"Saya tidak dapat menyalahkan kamu kalau begitu."
"Terima kasih, Kapten Shang."
"Lalu, bagaimana nasib prajurit-prajurit lainnya?"
Fa Mulan menghela napas sampai dadanya dipenuhi oksigen. "Nah, inilah yang membuat saya kalap tadi!"
"Kenapa?!"
"Nyaris seratus prajurit pilihan yang menyertainya gugur sia-sia di perbatasan!"
"Kurang ajar Si Yao itu!"
Shang Weng menggabruk meja.
Fa Mulan terlonjak. Sama sekali tidak menyangka atasannya itu akan mengguntur gusar. Ia sedikit menyesal telah menceritakan kejadian yang sesungguhnya di saat pihak Yuan sudah di ambang kehancuran. Tetapi ia tidak bisa mengarang kisah di hadapan sang pemimpin. Ia tidak bisa merangkai utopia sehingga tercipta ketenangan di benaknya yang babur.Â
"Maaf, Kapten Shang!" Fa Mulan mengatupkan tangannya menghormat. "Ini insiden. Yao sudah menyesali perbuatannya. Sebenarnya bukan maksud dia untuk bertindak gegabah. Hanya saja dia menganggap saya lamban mengeksekusi pasukan pemberontak Han beberapa bulan lalu saat terdesak mundur di gigir Sungai Onon."
"Tapi...."