Mohon tunggu...
Dian Kencana
Dian Kencana Mohon Tunggu... -

belajar hidup

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Antara Nada dan Johan (Sebuah Cerpen)

19 Februari 2016   11:58 Diperbarui: 19 Februari 2016   11:58 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Aah.. aku sedang tidak berminat. Tentu saja sebagus-bagus suaraku tidak sanggup menandingi suaramu.” Jawabnya sambil memejamkan mata. Dilihatnya Clara dengan wajah malaikatnya itu sedang menikmati suasana. Nada tertegun sejenak. Degup jantungnya yang sedari tadi sudah tak karuan sejak bertemu Clara, sekarang makin bertambah kencang saja. lidahnya mendadak kelu. Kembali diamatinya bibir merah tipis yang sedang tersenyum itu. Mukanya mendadak terasa panas. Cepat-cepat dia palingkan wajahnya ke arah lain. 

“Nada, kau kenapa? Apa di sana ada yang menarik?” Tanya Clara. Nada hanya menggeleng. Wajahnya kembali dia palingkan ke arah Clara dan jantungnya pun sekarang seolah berhenti berdetak.. wajah Clara berada hanya sekitar 2 cm dari wajahnya. Dia pejamkan matanya karena khawatir tidak tahan menahan godaan untuk mencium bibir tipis itu tapi … 

Ternyata Clara yang terlebih dahulu menyentuh bibir Nada dengan bibirnya. Tak kepalang kagetnya Nada mendapati hal ini. dia buka matanya untuk memastikan, sedangkan Clara masih juga mengulum bibirnya dengan lembut. 

“Maaf..” sambung Clara akhirnya. Dia merasa malu sendiri mengetahui dirinya tidak bisa mengendalikan diri. Kepalanya tertunduk dalam sedangkan mukanya memerah. Sejenak, Nada tidak bisa berpikir. Lidahnya kali ini benar-benar kelu. Bernafas pun tak berani. Namun begitu ujung bibirnya menyunggingkan senyuman kecil. 

“Clara, ayo masuk ke dalam. Kita sudah terlalu lama di sini.”

ϙϙϙ

“Clara, bagaimana kabarmu?” Tanya Bass. Dia seseorang yang cukup berpengaruh dalam perusahaan penerbitan tempat Clara menerbitkan beberapa bukunya. 

“Aku baik. Sejak kapan kau berada di sini?”

“Aku baru saja tiba. Maaf baru sempat menjengukmu.” Ucapnya sambil menyalami tangan Clara dengan santun. 

“Maaf aku belum bisa menyelesaikan naskahnya.” Kata Clara dengan kepala tertunduk. 

“Tidak apa-apa, Clara. Aku memahami keadaanmu. Hanya saja, memang ada yang bersikeras untuk bisa segera bukumu terbit. Kau tahu sendiri bukan siapa orangnya?” jelas Bass dengan wajah kurang senang. Clara mengangguk. Tiba-tiba dia teringat Nada berada di sampingnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun