Mohon tunggu...
Dian Kencana
Dian Kencana Mohon Tunggu... -

belajar hidup

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Antara Nada dan Johan (Sebuah Cerpen)

19 Februari 2016   11:58 Diperbarui: 19 Februari 2016   11:58 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Hmmm.. baiklah. Aku akan menemanimu. Tapi aku tetap tidak bisa membuang waktu percuma di sana hanya dengan diam. Jadi kau tidak boleh melarangku membawa kesayanganku ini.”, kata Clara sambil menunjuk laptopnya. Johan melirik sebentar.

“Terserah. Lekaslah berkemas. Aku menunggumu di mobil.”

ϙϙϙ

Café itu tidak begitu ramai. Mungkin karena sore itu habis turun hujan. Orang-orang jelas tidak ingin keluar saat hari hujan, bukan?

Ketika mereka berdua melewati pintu depan, suara music lembut terdengar mengalun dari dalam ruang. Tidak seperti kebanyakan tempat makan lain yang hanya memperdengarkan suara music dari pengeras suara, café yang dipilih Johan ternyata menampilkan suguhan live show music. Bagian depan meja tamu yang berhadapan dengan panggung kecil (jika ingin dibilang begitu karena toh kenyataannya memang tidak ada panggung. Hanya deretan kursi kayu biasa yang diduduki para pemain band) hampir seluruhnya sudah terisi. Ternyata, masih ada satu meja yang berada agak dipinggir yang kosong dan ke sanalah Johan melangkahkah kaki. 

“Kenapa memilih di depan? Aku kan jadi susah konsentrasi!”, sewot Clara sambil menarik lengan Johan.

“Tanggung kau tidak akan kecewa duduk di sini. Kalau toh kecewa, nanti kita bisa pindah. Gampang bukan?”. Clara hanya mendengus pelan dan tetap mengikuti Johan. 

Music masih mengalun dari petikan gitar seseorang di depan sana. Clara sama sekali tidak memperhatikan karena begitu duduk dia langsung menyalakan laptop dan mulai bekerja. Pesanan pun Johan yang menyebutkan karena sudah paham dengan menu wajib teman kecilnya itu: coklat dingin. 

Tepuk tangan para tamu mulai bergema. Ini masih tidak membuat Clara memalingkan  matanya dari layar laptop. Matanya tetap menatap tak berkedip, sedang jemarinya terus menari kian kemari di atas tuts.

Tiba-tiba saja sebuah suara lembut mengalun perlahan. Nadanya lembut nan syahdu menggetarkan jiwa. Tanpa sadar Clara menoleh ke arah suara itu dan …

Tanpa berkedip Clara menatap seseorang yang sedang bernyanyi sambil memetik gitar. Baru sekarang Clara memperhatikannya dan darahnya seolah menyurut ke kepala membuat wajahnya memerah dan jantungnya berdebar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun