" Kurang tahu saya juga baru dateng tadi"
Aku mulai berpikir yang tidak-tidak namun ku segera membuangya jauh-jauh dari kepalaku.
" Lalu kenapa kita tak berusaha menolongnya dan hanya menonton?"
" Kau mau bunuh diri? terlalu bahaya , saat kita menolongnya kemungkinan kita juga akan tertimbun , yang bisa kita lakukan hanya berdoa dan menunggu petugas yang sedang di jalan."
Kuperhatikan setiap orang yang berkumpul namun tak ada Syarif diantara mereka, jantungku semakin berdetak kencang setiap detiknya .setelah menunggu dua puluh menitan petugas pemadam kebakaran baru datang . Mereka sepertinya sudah tahu kondisinya dan segera bekerja.
Kami menunggu petugas dengan harap-harap cemas, semakin banyak orang yang berkumpul tapi lagi-lagi ku tak dapat temui Syarif semakin lama firasat buruk itu semakin kuat. Perlu satu jam bagi petugas untuk menemukan korban ketika suasana begitu mencekam, petugas langsung membungkus para korban dengan katung jenazah tak sempat ku lihat sosok malang itu karena orang-orang yang berkerumun menghalangiku.
Sampai sore kucari Syarif tapi tak kutemui dia , kucari di tempat menetapnya tak juga kutemui . Pada malam itu tak bisa ku tidur dipikiranku apakah korban itu benar-benar Syarif. Â Hingga pagi baru ku ketahui sahabatku yang malang itu ternyata benar-benar pergi dari lima orang korban salah satunya adalah sahabatku. Saat itulah terakhir kali ku menangis.
" Hey bangun...bangun... masjid bukan tempat untuk tidur!"
Ternyata aku ketiduran di masjid dan didepan mataku sudah ada Pak Zaenal yang membangunkanku.
" Maaf pak tadi saya ketiduran"
" Rif bener tempat tinggal kamu digusur pemerintah?"