Mohon tunggu...
Dede Suhada
Dede Suhada Mohon Tunggu... Konsultan - Pelajar

12 MIPA 1 SMAN 1 PADALARANG

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kami Melihat Dunia yang Sama

25 Januari 2020   22:44 Diperbarui: 25 Januari 2020   22:44 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

..........

..........

" Baiklah jika tak mau diceritakan akan ku ceritakan kisah hidup temanku  yang cukup membosankan ,dengarkanlah  mungkin kau akan menemukan jawaban dari masalahmu".

" Kita mulai dari mana ya ...

" temanku yang malang dia hidup  dengan penuh kemalangan  oh.. sungguh malang benar-benar malang , dari kecil kedua orang tuanya meninggal saat berumur lima tahun , menurut dia wajah kedua orang tuannya saja dia tidak ingat karena satu foto pun tidak tersisa karena dilahap api. Pada suatu malam rumahnya hangus terbakar dan hanya dia yang selamat  karena pada saat itu kedua orang tuanya yang sedang terjebak melemparkan dia keluar lewat celah kecil  . "

" Sahabatku itu memiliki luka bakar di punggungnya sedangkan bagian depan tubuhnya aman karena pelukan kedua orang tuanya, menurut dia itu bukti bahwa kedua orang tuanya melindungi dia sampai akhir hayatnya ."

" Sepertinya kau sangat hapal ceritanya seakan-akan kau melihatnya juga" ucap siswa itu yang mulai tertarik.

" tidak-tidak aku hanya mendengar ceritanya dari guruku"

" kulanjutkan,  setelah peristiwa itu keadannya bukan  semakin baik tapi semakin sulit, dia berpikir setelah badai usai maka akan ada langit cerah namun yang menunggu   hanya langit mendung penuh kesedihan."

"Apa dia ga punya sanak saudara lain ?" tanya siswa itu

" Ya aku juga bertanya ke pak Zaenal hal yang sama  tapi menurutnya tak satupun yang tahu di mana sanak saudaranya. Tak seperti di desa yang rasa kepedulianya masih tinggi di kota manusia sudah individualisme hanya memikirkan dirinya sendiri, saat itu banyak yang tak peduli nasib temanku. Tidur di kolong jembatan , ngamen, jual koran, di kejar-kejar Satpol PP , kelaparan ,dan kehidupan keras jalananan lainnya sudah menjadi kesehariannya."

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun