---Manusia Malang---
Aku adalah seorang pejuang bukan pemalas yang selalu mengeluh masalah kehidupan. Aku mati-matian melawan musuh kejam yang bernama "kelaparan". Aku adalah pelindung bumi ini dari ancaman kebusukan . Ya aku adalah seorang yang biasa disebut pemulung tapi aku lebih suka disebut sebagai Pejuang kebersihan.Setiap hari ku mengais sampah-sampah yang diabaikan manusia tak bertanggung jawab lalu kuubah menjadi lembaran rupiah.
Sejak pagi  jam 4 aku sudah bangun dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah ya begitu seharusnya yang kulakukan di usiaku saat ini tapi kenyataannya aku hanya  mempersiapkan karung dan  sebuah besi sepanjang 1 meteran yang membentuk huruf L.
Setiap hari aku selalu pergi ke TPS yang jaraknya cukup jauh dari rumahku meskipun kebanyakan orang akan tertawa ketika ku sebut ini sebuah rumah. Aku cukup berbangga  dengan rumahku karena anti air bahkan anti badai sekalipun karena atapnya adalah beton beraspal tebal. Sebelum berangkat  ke TPS  aku memohon terlebih dahulu kepada sang pencipta agar hari ini di beri kelancaran dan rezeki yang melimpah di masjid Al-Ikhlas .
Selama di perjalanan ke masjid ku jumpai orang-orang di jalan yang sibuk dengan kegiatannya masing-masing , ada yang  seperti diriku sepertinya akan pergi ke masjid juga terlihat dari peci dan sarungnya ,ada yang bersusah payah mendorong gerobak yang kelihatannya sangat berat, ada ibu-ibu yang akan pergi ke pasar,dan ada pedagang bubur yang sedang mendirikan tendanya.
Walaupun kegiatannya berbeda-beda tapi ada satu kesamaan yang kudapatkan saat memperhatikan mereka ,mukanya ,mukanya sama . Bukan secara fisik sudah pasti tidak mungkin  tapi aura atau apalah yang terpancar dari  wajah mereka menggambarkan seorang pekerja keras .
Aku sangat mengagumi orang-orang yang berjuang dengan keras,alasannya ? entahlah hanya saja saat aku bertemu atau melihat pekerja keras aku hanya tersenyum.Jarak masjid dari rumahku sekitar 200 meter , sesampainya di sana aku menyapa pak Zaenal marbot masjid Al-Ikhlas. Pak Zaenal orangnya sangat baik beliau sudah menjadi marbot sejak masjid ini berdiri dua puluh tahun silam.
Pak Zaenal banyak membantuku ketika kesulitan dan kami sering makan bersama ,karena aku sering membatu beliau membersihkan masjid, beliau sering mentraktirku dengan 1 porsi bakso. Bamyak nilai kehidupan yang beliau ajarkan  kepadaku tapi ada satu yang paling kuingat dari banyak nasihat-nasihat beliau.
" Jangan terlalu bahagia di dunia karena semakin engkau  bahagia di dunia , kau akan semakin sulit melepaskannya dan semakin sakit kau meninggalkannya," ucap Pak Zaenal.
Beliau sering berkata bahwa diriku sangat beruntung dengan kondisiku saat ini " Ente sangat beruntung Arif , ada orang yang sangat mencintai dunia dan harta hidupnya dipenuhi kesenangan tapi diakhir  dia sangat ketakutan dan memandang kematian di depannya sangat mengerikan karena bagi dia dunia ini adalah segalanya Astagfirullah.
" Naudzubillah Min Dzalik. Lalu ada orang yang gak punya  apa-apa kehidupannya sangat sederhana seperti ente Arif , tapi di napas terakhirnya dia sangat tenang dan memandang  kematian tanpa takut Maasyaa Allah... Semoga kita termasuk golongan yang ini. "
Nasihat beliau selalu ku ingat dan menjadi penawar rasa kekecewaan terhadap dunia yang kejam ini.Â
" Assalamualaikum Pak ," Â ku ucapkan salam.
 " walaikumussalam ayo cepet masuk udah mau Iqamah!" ucap Pak Zaenal.
Setelah selesai menunaikan shalat subuh aku langsung bergegas pergi ke TPS karena aku harus sudah ada di sana sebelum jam enam pagi, di perjalanan kuperhatikan  kota Bekasi yang sibuk dan aku pun tersenyum.
Sesampainnya di TPS aku langsung melakukan rutinitasku seperti biasa mengambil dan memungut sampah-sampah plastik ,styrofoam , kaleng- kaleng yang cukup berharga di mata kami para pemulung.
Matahari sudah tepat di atas kepalaku itu tandannya waktu makan pertama , jika orang lain mengenal breakfast,lunch,dinner, dan dessert. Aku juga punya makan pertama di jam 12.00 dan makan kedua jam 19.00 itu sudah cukup bagiku.
Sebelum  pergi ke warteg terdekat , aku harus  menukar sekantung penuh di pundak ku ini dengan uang karena ibu warteg mana mau menukar tempe oreknnya dengan sampah-sampah ini.
Pak Burhan seorang pengepul yang mempunyai wajah gahar yang membuat orang akan segan jika berbicara dengannya. Kami para pemulung biasa memanggil dia dengan sebutan bos , bos yang satu ini membeli setiap kg dari sampah plastik dengan harga Rp 5000 . Aku bisa mengumpulkan sampai Rp 15 .000 setiap harinya dan itu sudah cukup bagiku.
" Bos ga bisa lebih sedikit? Padahal cuma kurang 100 gram, " ucapku.
" No..no.. kalau gitu ane bakal rugi bandar , nih 14 500, " kata Bos .
'Ya.. padahal cuma gope lagi ," keluhku.Â
Seketika si bos langsung memolototiku , karena takut akupun bergegas pergi
" dasar pelit. "
" Aaaww.. ," ada sesuatu mengenai kepalaku.
Ternyata satu permen lolipop dilempar oleh si bos ke kepalaku "Ane bukan orang pelit ingat itu ! ," ucapanya.
~ - = - ~
Sekitar 200 meter dari Area TPS  ada tempat nongkrong favoritku disana aku sering berbincang- bincang dengan pelanggan lain. Setelah sampai di tujuan  kita bisa melihat tulisan yang  bisa dibilang sulit dibaca. Â
" War eg bu cin," tapi sebagai pelanggan setia aku tahu tulisan yang sebenarnya adalah      "Warteg Ibu Cina, " kenapa Ibu Cina sebenarnya nama pemiliknnya adalah Ibu Ros tapi karena punya mata yang sipit ia sering dipanggil Ibu Cina.
" Bu seperti biasa, " ucapku sambil duduk.
 Sembari menunggu pesanan datang aku tertarik terhadap pelanggan yang ada di sampingku . Tubuhnya kecil mungil  mumgkin dia masih SD  pikirku. Kekuranganku adalah rasa penasaran jika aku sudah penasaran mulutku ini akan langsung bekerja tanpa berpikir terlebih dahulu.
" Kenapa anak SD makan di warteg?," karena mendapat serangan tak terduga anak SD itupun langsung menatapku dengan tatapan benci sambil memakan daging ditangannya , ia pun mengabaikanku dan melanjutkan kegiatannya.
" Maaf sebelumnya tapi jarang-jarang ada anak-anak makan di sini emangnya ibu ade dimana? ," tanyaku dengan nada lebih lembut.
 " gatau," jawabnya acuh tak acuh.
" Eh.. terus..," sebelum aku menyelesaikan kalimatku pesanan ku telah datang.
" Terus bapak ade dimana ?," Â Tanyaku lagi karena penasaran.
" gatau..," jawabnya lagi.
" terus ade tinggalnya di mana?"
" kakak bawel ya," jawabnya.
 " mau permen ?"  Â
"aku tinggal di sana" jawabnya sambil menunjuk suatu daerah perumahan dengan permen yang ku berikan.
" Jadi kenapa ade makan di sini?"
" Nenek sakit lagi jadi  ga bisa masak."
" oh jadi ade tinggal bersama nenek , ade bahagia hidup sama nenek?"
" Ya.." jawabnya sambil mengagguk
" ade ga kangen atau ingin bertemu sama ayah dan Ibu ade ? "
" Buat apa ? yang penting bisa jajan sama main  aku udah seneng" jawabnya sambil mengunyah makanannya.
" ade benci sama  mereka?"
" mungkin  ,karena mereka sudah membuangku mereka tidak menyayagiku juga"
Jawabannya membuatku cukup sedih  seorang anak normal diusianya biasanya  sangat menyayangi kedua orang tuannya , bahkan jika ditinggal satu hari saja dia bakal rewel. Melihatnya seperti melihat di cermin dan membuatku  bersimpati.
" Ya setidaknnya ade ada yang menyayagi ade" ucapku  sambil tersenyum pahit.
" Yang harus ade ingat seberapa  ade benci sama orang tua ade mereka tetap orang tua yang telah melahirkan kita tanpa mereka kita tak mungkin ada di dunia yang kejam lagi indah ini"
" masa depan ade ke depannya mungkin  akan lebih sulit dan lebih menyakitkan tapi percayalah bahwa Tuhan selalu mendengar doa hambannya, begitulah yang guru kakak katakan"
" aku ga ngerti apa yang kakak katakana," jawabnya dengan muka bingung.
" suatu saat ade bakal paham, yaudah kakak duluan ." ucapku sambil memberikan selembar lima riibu dan dua ribu ke Ibu Ros .
"Memang dunia yang kejam" pikirku.
~ - = - ~
---Manusia Rajin Sekolah---
Setelah masalah perut selesai aku langsung pergi ke masjid terdekat untuk menunggu waktu shalat dzuhur.Setiap hari ku selalu membawa tas selendang kecil yang isinya hanya ada peci , baju koko,dan sarung karena mana mungkin aku menyembah Tuhanku dengan pakain lusuh dan kotor ini.
Setelah Shalat Dzuhur aku beristirahat di masjid baik itu hanya lesehan ataupun tidur sampai Ashar datang , bagiku hanya di Masjid lah jiwaku bisa tenang.
Sekarang ini sedang musim hujan musim yang paling aku sukai karena di musim ini  semakin banyak uang  yang bisa kuperoleh. Aku bisa mendapat paling banyak 20 ribu jika beruntung sebagai ojeg payung ,sungguh uang yang banyak bagiku.
 Aku mendapat payung yang cukup bagus di TPS entah orang macam apa yang membuang payung sebagus ini tapi aku harus berterima kasih padanya. Ojeg payung kulakukan dari jam 4 sore dan berakhir hingga hujan reda pernah suatu hari kulakukan pekerjaan ini hingga jam 10 malam.
Karena hari ini hujannya  tidak lebat jam setengah enam sore aku bisa pulang bukan ke rumah tapi ke masjid Al-Ikhlas dan mengobrol dengan guruku .
                      ~ - = - ~
Seperti biasa setelah memasuki waktu makan keduaku aku bergegeas ke warteg Ibu Cina. Saat ku masuk ke warteg lagi-lagi ku melihat pemandangan yang aneh di jam 7 ada seorang siswa , kusebut siswa karena dia memakai seragam putih abu . Normal jika jam 7 pagi tapi ini sudah gelap gulita apakah ini tren terbaru pikirku. Setahuku juga di SMA tidak ada jam belajar malam.
Sungguh jelek mulutku ini benar-benar tak bisa dikendalikan ketika bertemu dengan srsuatu yang membuatku penasaran.
" Yo.. lagi ada belajar malam nih?"
Wow luar biasa , biasanya jika ku katakan seperti itu orang-orang akan langsung memolotiku atau merasa tidak nyaman . Tetapi yang satu ini tak bereaksi sedikitpun sepertii seseorang yang sudah tidak memiliki harapan. Dia sedang menyantap makanan tapi pandangannya kosong.
" Jangan banyak melamun nanti makanannya jadi ga enak" Â
" Â gak kenal tapi banyak omong ya," ucapnya dengan pelan .
" emang harus kenal dulu ya? Yaudah namaku Arif aku seorang pemulung."
" Oh.. pantes."
" Pantes gimana?"
" Ga ada sopan santun "
" Ya begitulah kami cuma di ajari cara bertahan hidup tidak seperti kalian kaum terpelajar" jawabku dengan tersenyum.
Setelah ku terima sepiring nasi dan tempe orek akupun mulai menyantapnya di samping siswa itu.
" Jadi ada masalah apa kawanku, bisa kau ceritakan kepada kawanmu yang baru kau kenal ini"
..........
..........
" Baiklah jika tak mau diceritakan akan ku ceritakan kisah hidup temanku  yang cukup membosankan ,dengarkanlah  mungkin kau akan menemukan jawaban dari masalahmu".
" Kita mulai dari mana ya ...
" temanku yang malang dia hidup  dengan penuh kemalangan  oh.. sungguh malang benar-benar malang , dari kecil kedua orang tuanya meninggal saat berumur lima tahun , menurut dia wajah kedua orang tuannya saja dia tidak ingat karena satu foto pun tidak tersisa karena dilahap api. Pada suatu malam rumahnya hangus terbakar dan hanya dia yang selamat  karena pada saat itu kedua orang tuanya yang sedang terjebak melemparkan dia keluar lewat celah kecil  . "
" Sahabatku itu memiliki luka bakar di punggungnya sedangkan bagian depan tubuhnya aman karena pelukan kedua orang tuanya, menurut dia itu bukti bahwa kedua orang tuanya melindungi dia sampai akhir hayatnya ."
" Sepertinya kau sangat hapal ceritanya seakan-akan kau melihatnya juga" ucap siswa itu yang mulai tertarik.
" tidak-tidak aku hanya mendengar ceritanya dari guruku"
" kulanjutkan,  setelah peristiwa itu keadannya bukan  semakin baik tapi semakin sulit, dia berpikir setelah badai usai maka akan ada langit cerah namun yang menunggu  hanya langit mendung penuh kesedihan."
"Apa dia ga punya sanak saudara lain ?" tanya siswa itu
" Ya aku juga bertanya ke pak Zaenal hal yang sama  tapi menurutnya tak satupun yang tahu di mana sanak saudaranya. Tak seperti di desa yang rasa kepedulianya masih tinggi di kota manusia sudah individualisme hanya memikirkan dirinya sendiri, saat itu banyak yang tak peduli nasib temanku. Tidur di kolong jembatan , ngamen, jual koran, di kejar-kejar Satpol PP , kelaparan ,dan kehidupan keras jalananan lainnya sudah menjadi kesehariannya."
" Sepertinya kau sangat dekat dengannya" potong siswa itu.
" Dekat? ya sangat dekat temanku "
" walaupun kehidupannya meyedihkan tak pernah kutemui dia mengeluh atau melamun sedih , hidupnya sangat ceria , seharusnya aku yang menghiburnya  tapi dialah yang selalu membuatku tertawa."
"Pernah ku bertanya kepadanya tentang dunia ini , apakah kau membenci dunia ini ?"
Jawabannya sungguh membuatku tak bisa berkata -kata .
" Ya aku sangat mebencinya ingin ku caci maki dunia ini ingin ku hajar dunia ini ingin kuhancurkan dunia ini ingin kukutuk dunia dan isinya , jawab temanku dengan penuh amarah."
" Tapi................
 aku lebih mencintainya , ucap temanku dengan senyum , senyuman yang paling tulus yang pernah kulihat selama hidupku".
" Apa kau sering bertemu dengannya ?"
" Ya sering tapi dulu "
" kenapa ? "
" Walaupun dia sangat mencintai dinia ini fapi Tuhan lebih menyayangi dia "
" maaf aku tak bermaksud"
" Tak apa-apa aku yang ingin menceritakannya , sekarang giliranmu"
" Apa maksudmu"
"saat makan aku lebih suka ada yang bercerita serasa makananku lebih enak. Aku sudah panjang lebar bercerita sekarang giliranmu bercerita kenapa kau terlihat murung, Â "
" aku tak yakin ,mungin makananmu akan terasa pahit " siswa itu tersenyum pahit
" Tak apa itu lebih baik daripada hambar" ucapku secara perlahan sambil memperhatikan Ibu Ros."
" Baiklah kalau kau memaksa , ini akan menjadi cerita yang membosankan. Sebagai pelajar yang baik aku selalu berusaha semaksimal mungkin , sejak SMP aku belum pernah terlambat sekolah, selalu kutaati perintah guru , tugas-tugas pun selalu kukerjakan dengan tepat waktu, banyak pengorbanan yang telah kulakukan ."
" Kenapa aku berusaha begitu keras ? mungkin kesalahanku terletak di sini. Ayahku adalah kebanggaanku beliau selalu bekerja keras demi keluarganya , walaupun beliau hanya seorang kuli bangunan dia mampu menafkahi istri dan tiga anaknya. Aku ingin lebih baik dari ayahku menjadi kebangaannya dengan mampu kuliah di perguruan tinggi . Aku dibutakan oleh dunia banyak ibadah yang kulalaikan , seharusnya aku berusaha keras hanya karena Allah itulah kesalahanku. "
" Â Seharusnya hari ini adalah hari pertama kuliahku tapi seperti yang kau lihat sendiri aku ada disini"
" Terus kenapa harus menakai baju SMA? " tanyaku.
" Sabar nanti kujelaskan, aku sudah mempersiapkan segala sesuatu tentang perkuliahan belajar sudah kulakukan lebih giat dan hasilnya sangat memuaskan aku berhasil masuk ke perguruan tinggi negeri. Pikirku akhirnya keinginanku tercapai aku sangat bahagia .
" namun saat ku ingin menyampaikan berita bahagia itu ke orang tuaku , sesampainya di rumah seketika hatiku hancur. Seperti aku melesat sangat tinggi ke langit namun akhirnya aku jatuh ditarik gravitasi hingga ke dasar  palung terdalam. "
" Ayahku yang sangat ku sayangi meninggal dunia karena terjatuh di proyeknya" ucap siswa itu
Sekilas aku melihat matanya berlinang air mata.
" Pada saat itu aku merasa pusing dan selanjutnya aku tidak ingat apa yang terjadi, saat ku membuka mata yang kutahu aku sudah ada di rumah sakit "
" Aku  dirawat selama seminggu  berbagai pemeriksaan kulakukan namun dokter dan ibuku hanya mengatakan bahwa aku hanya kelelahan"
" dan baru tadi ibu memberitahuku keadaan yang sebenarnya terjadi."
" dia menceritakan bahwa diriku mempunyai penyakit yang mematikan dan memerlukan waktu istirahat yang cukup" siswa itu berusaha kuat tapi akhirnya dia tak bisa lagi membendung air matanya.
" Aku merasa usahaku selama ini sia-sia semuanya sudah berakhir"
" Kau tahu , kau terlalu melihat dunia ini secara sempit banyak cara meraih kesuksesan selain kuliah . Selain itu , kau bilang sia-sia ? Jangan bercanda mungkin kau benar  usahamu akan sia - sia di dunia ini, tapi ingatlah Allah melihatmu Dia mengawasimu Dia mengetahui semua yang telah kau lakukan dan jika kau benar benar telah berjuang Allah akan membalasmu dengan hal yang lebih baik dari yang kau idam-idamkan dan jika kau bertobat Dia pasti memaafkanmu."
" Lalu masalah penyakitmu , kau tadi bilang kau berhasil mendapat hasil yang memuaskan dalam tes masuk kuliah maka anggaplah penyakit tadi sebagai ujian yang tingkatannya lebih tinggi agar kau bisa menjadi lebih baik. Aku tak tahu kau menyadarinya atau tidak tapi masalah yang kau hadapi seperti serangakaian peristiwa di dalam naskah drama yang sudah diatur secara teliti , aku  yakin Tuhan sedang merencanakan sesuatu yang indah kepadamu dan naskah itu pasti berakhir happy ending jika kau bersabar."
" Terima kasih makanannya Bu" Â aku bangkit dan hendak membayar makanan .
"  ga usah biar aku yang bayar , bu  dua porsi ini jadi berapa ?"
" Satu ayam  dan satu tempe orek  jadi 18 ribu saja" kata bu Ros.
" Wah bener nih di bayarin"
" Ga mau?"
" Ya maulah , makasih ya semoga masalamu cepat selesai , eh pertanyaanku belum terjawab soal pakaianmu"
" Oh.. itu karena ingin aja" jawab siswa itu
" Hah ingin aja , fuahahaha kau memang aneh , yaudah hati-hati di jalan nanti disangka murid kabur dan terima kasih ceritanya  "
Saat ku keluar warteg suasana malam kota Bekasi  penuh dengan lampu-lampu kendaraan yang lalu lalang,  mungkin kebayakan orang-orang yang baru pulang kerja.
 " Ya begitulah dunia yang kita tinggali "
~ - = - ~
Sebelum terlelap kebiasaanku adalah memandangi langit berbintang karena tak mungkin melihatnya dari bawah jembatan aku harus mengeluarkan sedikit usaha untuk pergi ke bagian atas rumahku.
Saat melihat langit ku merasa sangat kecil dan lemah di depan ciptaan-Nya yang menakjubkan ini. Suasana seperti ini selalu mampu menenangkan jiwaku agar terbebas dari rasa iri , kecewa , dan sedih . Bagaimanapun keadaanku saat ini aku harus selalu bersyukur  karena setiap detik kehidupan adalah  anugerah.
----Manusia Pendendam----
Jarang sekali  ku bagun kesiangan bukan apa-apa hanya saja aku memiliki teman yang rajin setiap hari membangunakanku , lagian mana ada orang yang tetap  tertidur pulas saat tubuhnya dihinggapi nyamuk-nyamuk.
Seperti hari biasanya kulakuakan rutinitasku sepertinya sang mentari akan masih setia menemaniku pada hari ini. Aku bersyukur karena jika hujan bau sampah - sampah organik yang busuk akan terasa lebih menyegat menusuk hidung.
 Sebagai pemulung sudah kulakuakan selama 3 tahun sejak usiaku 15 tahun dan kumulai terbiasa dengan rutinitasku ini , bukannya aku tak mau bekerja di tempar lain tapi susah mencari pekerjaan apalagi bagiku yang tak pernah sekalipun mencicipi bangku sekolah.Â
Setiap hari jika ada uang tersisa dari pendapatanku kuusahakan untuk menabungnya namun selalu saja uang itu cepat menguap karena hal darurat. Misal dulu aku pernah mengumpulkan hingga melebihi 1 juta namun akhirnya uang itu terpaksa terpakai untuk mengobati kakiku yang pernah patah karena jatuh.
TPS ini sangat ramai dengan orang sepertiku , sering ku bercerita dengan mereka yang nasibnya sama sepertiku. Dari anak kecil hingga kakek-kakek ada disini untuk sekedar  mencari lembaran-lembaran rupiah. Memperhatikan mereka selalu membuatku tersenyum , ku merasa diriku tidak sendirian menghadapi dunia ini ada teman seperjuangan yang selalu membantuku.
Namun sering ku berpikir mengenai sisi lain dari dunia ini , dunia yang indah tempat bersenang-senang dimana penghuninya sering tersenyum walaupun harus mengijak-injak orang lain. Dunia yang memabukan dan penuh tipu muslihat dan mereka tidak mengenal haram atau halal mereka hanya tahu enak dan tidak enak.
Dunia dimana uang yang banyak hanya ditukarkan  untuk barang-barang remeh bahkan pernah ku melihat di TV warteg ada seseorang yang rela membeli  satu batu bata dengan harga selangit , saat ku melihatnya tak mampu ku menahan tawa. Disaat ada orang yang mati-matian mencari uang agar bisa hidup , di sisi lain ada orang yang membuang-buang uangnya. Mungkin saat orang memiliki banyak uang mereka akan pusing menghabiskannya pikirku.
3 tahun yang lalu tidak secara tiba-tiba aku ada di sini, saat ku terlantar di jalanan tanpa tahu apa lagi yang bisa dilakukan ada seseorang yang memberiku harapan. Dia berkata ada yang bisa kau lakukan selain memohon-mohon kepada orang lain.
" Kau jangan merendahkan dirimu sendiri jika kau masih bisa berdiri , kau tidak boleh mengeluh jika kau masih bisa berusaha, dan kau tidak boleh berputus asa jika masih ada harapan." Ucapnya.
Dialah sahabatku yang kini sudah tidak ada lagi di dunia ini banyak hal yang kupelajari darinya. Jujur hari-hari setelah dia tidak ada cukup membosankan. Seperti Gilgamesh yang kehilangan Enkidu satu-satunya sahabat yang dia miliki , banyak hal yang berubah dalam diriku.
Bunyi bel berbunyi dari dalam perutku yang menandakan waktu ku di TPS sudah berakhir dan aku harus segera pergi ke Warteg Ibu Ros. Setelah mendapat uang dari Si Bos aku bergegas melangkah ke Warteg.
Saat di jalan ku temui manusia gerobak mereka sekeluarga sepertinya sedamg beristirahat. Mereka menjadi manusia gerobak biasanya karena rumah mereka atau lebih tepatnya tempat menetap mereka sudah digusur Satpol PP.
Saat memikirkanya  entah mengapa muncul kekhawatiran di hatiku. Namun karena terlalu lapar ku abaikan perasaan itu.
~ - = - ~
Ada apa dengan warteg ini dari kemarin saat aku datang  selalu kujumpai  orang-orang yang terlihat suram, karena penasaran ku bertanya ke Bu Ros " Bu di sini tempat perkumpulan Sobat Ambyar ?"
" apa itu ?"
" gak lupain , porsi biasa ya bu "
Aku duduk di sebelah seorang  bapak yang memakai jas rapi , umurnya kira-kira 30 tahun. Sepertinya baru pulang kerja tapi jarang-jarang pelanggan Bu Ros pake jas hal itu membuatku sangat penasaran.
" Pulang kerja pak" ucapku
Bapak itu memalingkan wajahnya tapi bukan menjawab  ia meperlihatkan wajah yang sedang kesal. Kalau orang biasa mungkin akan takut dan pergi cari warteg lain tetapi bagiku yang hidup dijalanan wajahnya bukan apa-apa dibanding wajah preman.
" Sabar pak saya cuma nyapa doang ,bapak kelihatnnya ada masalah ya Pak mungkin saya bisa bantu"
" Â Apasih bocah , ga bakal ente ngerti urusan orang dewasa "
" memang  saya masih bocah tapi mungkin saya lebih sering dapat masalah daripada Bapak " ucapku sambil tersenyum.
" Cih , nih dengerin ya bocah umur saya udah 30 tahun sudah banyak saya ngalamin asam pahit kehidupan "
" Tapi kalo diliat-liat muka bapak kaya udah 40-an."
" NIH BOCAH MAUNYA APASIH MINTA DI HAJAR ?"
" Â Hey kalian jangan ribut di sini atuh, " teriak Bu Ros.
Bapak itu meraih kerah bajuku dan tanganya yang lain mengepal dan tatapannya kini mirip preman jalanan.
" Fuahahaha "
"APANYA YANG LUCU?"
" sabar pak sabar , gimana pak sudah lebih lega?"
Akhirnya tangannyapun melepaskan kerahku dan suasana kembali dingin.
" Saya tahu Bapak lagi stress dan marah tapi Bapak  gak tahu harus marah sama siapa kan , makannya saya macing Bapak , maaf kalo Bapak terganggu."
"  Pak kalo ada masalah  jangan di timbun sendiri nanti jadi penyakit "
" Masa saya cerita masalah pribadi ke orang yang  ga dikenal" ucap bapak itu.
" Menurut saya  lebih baik curhat ke orang yang gak dikenal pak karena apapun akhirnya mau masalahnya selesai atau enggak orang  yang gak dikenal  gabakal  nyebarin masalah Bapak, palingan besok juga lupa. Beda dengan orang yang kita kenal kita mungkin akan lebih malu atau orang yang kita kenal akan nyebarin masalahnya."
" Ada benernya juga sih  ,tapi pas saya cerita kamu jangan ganggu  ."
" Tenang Pak saya dengernya sambil makan"
Akhirnya bapak itu bersedia menceritakan masalahnya, dipikir-pikir aku seperti apa sihh oh seperti psikolog pikirku yang katanya suka maksa orang lain untuk meceritakan masalahnya.
" Dimana ya saya mulai, Pertama  saya bekerja di perusahaan jasa transportasi di bagian Manajer Keuangan , di sana sudah hampir 5 tahun saya bekerja. Selama 5 tahun  bekerja belum  pernah mengalami kesulitan yang berarti karena saya selalu berprinsip kerja kerja kerja."
" Kulakukan pekerjaan itu dengan senang walaupun ada masalah selalu mampu terselesaikan. Gajinya sudah terbilang lumayan , lingkungannya juga bagus. Â Jarak antara rumah dan kantor juga tidak terlalu jauh .Intinya pekerjaan itu sudah membuat saya nyaman."
" Namun 6 bulan terakhir di kantor ada pekerja baru ya umurnya kurang lebih sama dengan saya , orangnya terlihat ramah dan murah senyum tapi kusadari ada sesuatu yang dia sembunyikan terlihat jelas di matanya dan aku merasa tak asing dengan dia."
" Sebagai bawahan ku akui kemampuannya , selalu mampu melaksanakan tugas-tugas yang diberikan. Tetapi dia seperti ingin merebut posisi manajer keuangan , saya tidak keberatan bila berkompetisi secara sehat malah lebih bersemangat dalam bekerja."
" Tapi si brengsek itu gak tau malunya menjatuhkan orang dengan cara kotor , gara-gara dia nama baik saya tercoreng dan sekarang saya dianggap seorang pencuri karena difitnah telah menggelapkan uang kantor. Saya bersumpah tak pernah mengambil seperak pun dengan cara haram."
" Tapi tak satupun teman dan atasan saya dikantor mempercayai saya dan kebanyakan hanya mengabaikan  acuh tak acuh "
" memang uang yang hilang cukup besar tapi dengan prestasi yang telah saya buat seharusnya tak perlu sampai mengeluarkan juga, mereka  setidaknya bisa memberi  peringatan terlebih dulu , bahkan ada yang mengancam melaporkan saya ke polisi ."
Ekspresi bapak itu seketika berubah seratus delapan puluh derajat ketika membahas orang yang menjatuhkannya sesekali dia menggebrak meja .
" Kenapa bapak yakin dia yang menjatuhkan Bapak nanti takutnya suudzon loh pak "
" Kan saya bilang jangan ganggu !"
" maaf "
 " bukan  bermaksud suudzon tapi dia sendiri yang mengakuinya sendiri di depan orang yang dijatuhkannya  dan menertawakan dengan puas penderitaan orang lain ."
" Saya bingung nanti pulang bilang gimana ke istri dan anak saya , saya takut mengecewakan mereka, serta bagaimana menafkahi mereka , mungkin kehidupan keluarga saya juga akan terancam."
" Nah jadi bagaimana menurut bocah yang ngaku mengalami banyak masalah"
" hmmm  bapak yakin gak berbuat buruk pada bawahan bapak? mana mungkin ada asap tanpa ada api, mana mungkin bawahan bapak tidak suka bapak kalo ada sebabnya, mungkin di masa lalu ada sesuatu."
" apa maksudmu bocah ? , gak ada , saya baru ketemu pas januari selama enam bulan ini juga gak ada mas..."
" Â kenapa Pak baru inget sesuatu?"
Muka Bapak itu terkejut seperti menemukan sesuatu.
" Fahmi... Fahmi.. Fahmi F....Fahmi  Faturrahman astaga kenapa sampai lupa "
" ada apa Pak"
" Dia yang kuceritakan itu adalah teman sewaktu SMA, kami pernah satu SMA Â wajahnya banyak berubah hinga membuat saya tak mengenalinya."
"Teman SMA?, jadi bapak menyadari sesuatu?"
"Namanya Firman Faturrahman ya gimana ya mungkin dia dendam pada saya"
" Dulu saya cukup populer di SMA , atlet basket provinsi yang punya tampang lumayan sudah pasti banyak godaan yang datang, bukan maksud sombong ya."
" iya..iyaa.." jawabku sambil memalingkan wajah
" Pada saat itu ada satu siswi yang membuatku tertarik mau gimana lagi kan kalo suka ga bisa dibohongi, kucoba bertanya pada teman saya tentang dirinnya. Sempat saya kecewa karena tahu dia sudah ada yang punya tapi tekad saya saat itu  sudah bulat saya yakin dialah jodoh saya."
" Kudekati dia kurayu namun kesetiannya pada pasangannya patut dipuji, tapi saya tidak menyerah. Banyak pengorbanan yang saya lakukan banyak tenaga yang saya keluarkan pada saat itu saya seperti dimabuk tak tahu harus berhenti . Kau tahu bocah berapa lama saya berusaha? perlu satu tahun  untuk bisa mendapatkannya,  walaupun melelahkan tapi akhirnya saya mendapat yang diidam-idamkan. "
" Lalu hubungan bapak dengan perempuan itu bagaimana?"tanyaku.
" Kau dapat menemuinya jika berkunjung ke rumah saya"
Wajah bapak itu yang tadinya suram  seketika menjadi lebih cerah.
" dan mantan pacar wanita itu adalah Fahmi orang yang sama yang menjatuhkan saya"
" Saya tak percaya bahwa si Fahmi akan mendedam sampai saat ini yah manusia memang sulit  dimengerti, tapi saat ini  masalahnya saya tak sanggup menghadap istri dan anak saya"
" Bapak tak perlu bersedih hati ingatlah siapa yang mengatur rezeki manusia , Bapak tinggal memintanya , lalu jika istri dan anak Bapak memang menyayangi Bapak seharusnya mereka bisa memaklumi dan akan mendukung bapak.
" Jika Bapak masih sulit mencari kerja hubungi saja saya" ucapku sambil membayar nasi ke Ibu Ros dan bersiap-siap pergi.
" Memangnya kau bisa apa bocah?"
" Mencarikan pekerjaan untuk Bapaklah"
" Pekerjaan apa?"
" Pemulung"
"....."
Bapak itu hanya tersenyum melihatku yah setidaknya dia bisa tersenyum kembali.
 ~ - = - ~
Â
-----Manusia Penindas-----
Siang hari yang panas , perut terisi penuh dan suasana yang cukup tenang merupakan faktor yang mendukung tidur siang sumber? Pengalaman pribadi. Gubuk eh maksudku Istana ini merupakan hasil kerja kerasku bahan-bahannya ku kumpulakan dari TPS , diperlukan bertahun-tahun agar tempat ini dapat berdiri seperti saat ini. Â Sebelum kubangun istana ini aku seperti tak tahu arah tak tahu harus pulang kemana tapi setelah ada istana ini aku merasakan kenyamanan rumah
Ukurannya 200 kali 300 senti karena tidak ada satupun perabot tempat ini terasa luas, isinya hanya peralatan kerjaku dan setumpuk pakaian di pojoksudut. Â Tidak ada kamar mandi sehingga jika malam ingin membuang sesuatu harus pergi terlebih dahulu ke Masjid atau SPBU terdekat.Â
Berdiri di bawah jembatan artinya berdiri di atas tanah pemerintah . Suatu hari pernah ku mendengar dari Pak Zaenal beliau menceritakan tentang UUD 1945 dimana katanya ada suatu pasal yang menyatakan bahwa fakir miskin dan anak yang terlantar dipelihara oleh negara. Sehingga aku berpikir aku punya hak tinggal di sini anggaplah sebagai wujud  nyata dari pasal itu.
Aku tidak sendirian di sini banyak orang yang sepertiku  mengandalakaan tempat ini sebagai pelindung dari teriknya sinar matahari dan derasnya hujan. Mungkin tempat ini tak seindah apartemen-apartemen yang sering kulihat di kejauhan atau hotel-hotel berbintang yang hanya mampu kulihat luarnya saja. Tetapi aku merasa tenang tinggal di sini.
Berbaring di beton yang dilapisi kardus lumayan nyaman, sambil memikirkan Bapak yang tadi lama -- lama mata ini semakin berat
Tiba-tiba ku terbangun tidak tahu sudah berapa  lama aku terlelap tapi diluar sana sangat berisik terdengar  suara orang berteriak , orang menangis ,dan marah firasatku mengatakan sesuatu yng buruk terjadi. Saat ku keluar istanaku benar saja  di sana sudah ada barisan orang memakai baju berwarna abu kehijau-hijauan dan memakai baret  dan didampingi  alat besar berwarna kuning.
" Jangan pak... jangan kasihan Pak anak saya nanti tinggal di mana" teriak seorang ibu sambil menggendong anaknya .
" Woy maksudnya apa-apaan ini  !" teriak seorang laki-laki parubaya.
" mau kalian rebut apa lagi dari kami, kami gak punya apa-apa lagi terkutuklah kalian para manusia serakah" teriak seorang kakek.
Semakin lama suara penolakan semakin riuh, suasana mulai panas para pemulung , pengamen, serta anak jalanan semuanya merapatkan barisan untuk menghalau petugas Satpol  PP. Kulihat mereka tak gentar walaupun badan mereka kalah  jauh dibanding tegaknya badan para petugas Satpol PP selain itu jumlah kami hanya setengahnya dari petugas .
Aku ikut berdiri paling depan bersama teman - temanku seolah para pemberontak yang melawan tirani kami tak gentar  melawan Satpol PP. Walaupun kami hanya beberapa tahun tinggal di sini dan bukan tempat lahir kami tetapi tempat ini kami bangun dari nol dengan keringat  tidak seperti rumah mewah para pejabat korup yang busuk.
Tiba-tiba terdengar suara yang cukup keras dari toa .
" Kepada para  pemukim kami himbau jangan melawan kami hanya melaksanakan tugas , sesuai perintah gubernur yang telah menyatakan bahwa area di  bawah jembatan harus kosong oleh karena itu saya menghimbau Bapak/Ibu segera  meninggalkan tempat ini "ucap seorang yang mungin pemimpinnya.
Seketika  suara-suara kekecewaan terdengar
" apa apaan kami juga manusia jangan perlakukan seperti binatang"
" Apa yang kalian dapat jika menggusur kami?"
" Kalian perampok"
" Bayangkan jika kalian ada di posisi kami"
" Kami juga masih rakyat indonesia , apakah  begini yang dimaksud  melindungi segenap bangsa indonesia"
" KAMI TIDAK AKAN PERGI! KAMI TIDAK AKAN PERGI! KAMI TIDAK AKAN PERGI!"
Keadaan semakin mencekam kedua belah pihak tak mau nengalah  .
Para petugas pun mulai bergerak mendekat dan kami semakin merapatkan barisan.  Suasana mulai tak terkendali mulai terjadi pelemparan batu ,petugas yang tak terima mulai mengejar  dan menangkap yang dianggap mereka sebagai ptovokator.
Bahkan mereka memukuli kami tak peduli anak-anak atau bukan ,tanpa belas kasih mereka mendorong kami.
Jeritan dan tangisan  mulai terdengar aku tak berdaya menahan dorongan yang sangat kuat dari petugas berbadan kokoh. Akupun terjatuh barisan kami berhasil ditembus dengan mudahnya seketika ku mulai putus asa, kusadari tak ada lagi yang bisa kuperbuat.
Sekeras apapun kami berusaha akhirnya petugaslah yang menang kami hanya bisa memandangi tempat kami tinggal dihancurkan. Tempat yang kubangun dengan susah payah dirobohkan dengan mudahnya . Hancur benar-benar hancur hati kami , kami akhirnya hanya bisa memandangi dan menangisi istana, rumah ,harapan kami dihancurkan dengan mudahnya
Mungkin di mata mereka hanya gubuk kotor seperti sampah di kota mereka yang dipenuhi gedung-gedung pencakar langit. Tapi kami masih manusia seperti mereka sudah hilangkah rasa simpati di hati mereka.
Para pejabat  korup bermuka tebal , Konglomerat pelit , Pengusaha kapitalis serakah mereka itu jauh lebih buruk dari kami . Walaupun di dunia ini kami dianggap sampah tapi suatu saat nanti akan kubuktikan siapa yang lebih baik .
" Hey kalian semua  katakan pada pemimpin kalian  ,  Aku  memang  tidak berdaya melawan kalian tapi tak apalah karena Tuhan ku lah yang akan membalas kalian. Kalian dan pemimpin kalian akan mendapat kesenangan , kekayaan dan kebahagiaan dunia tapi karena itulah kalian akan jatuh kalian akan dimabukan , jatuh sangat dalam dan tak ada kesempatanan untuk selamat dan kalian akan menyesal dan lebih bersedih daripada kami saat ini " teriak ku dengan lantang .
Kubalikan badan dan pergi dari sana dengan kepala tegak . Walapun tadi aku bilang kami menangis tapi itu tidak bisa dikatakan benar , sejak awal sampai sekarang pun tak setetes pun air menetes di mataku ini.
Aku sering bertanya pada diriku sendiri apakah aku masih bisa disebut manusia. Aku tak bisa menangis lagi bukan karena ada masalah dengan mataku, tetapi hatiku serasa mati rasa dengan kesedihan.
Aku tak mengada-ngada bagiku sudah tak ada lagi di dunia ini yang bisa kutangisi. Seseorang akan ahli jika terus berlatih, seseorang akan bosan jika terus mengalami pengalaman yang sama terus - menerus . Anggaplah bahwa aku sudah banyak mengalami pahitnya kehidupan di dunia ini hingga aku ahli dan bosan dengan kejutan-kejutan yang dunia ini berikan. Dimataku dunia ini sudah hilang sinarnya
Tetapi bagi teman-temanku dimata mereka dunia ini masih bersinar mereka masih berharap pada dunia ini ,mereka masih memiliki semangat. Jadi tak perlu ragu untuk membantu teman dan saudaraku agar sinar itu tetap ada di mata mereka.
Seperti prajurit yang kalah perang ku berjalan  lemah menyusuri jalan. Dibawah terik matahari ku memikirkan nasib teman-temanku yang kehilangan tempat tinggal. Langkah kakiku terasa berat namun kupaksakan karena tempat yang kutuju mampu meringankan beban ini.
Saat di jalan ku melihat  seorang kakek yang sedang mengayuh becak, keringat bercucuran di wajahnya dengan memakai topi biru yang sepertinya tak mampu menahan panas siang hari. Saat dia lewat di sampingku kami bertatapan dan dia tersenyum , secara reflek diriku pun membalasnya dengan senyuman. Wajah gelisahku pun luntur karena kakek itu .
" Setua itu tapi masih semangat bekerja" ucapku.
Kakek itu sudah mengayuh becaknya jauh tapi senyuman di wajahku masih bertahan , mungkin ini cara tuhan menghiburku.
~ - = - ~
-----Manusia Bahagia-------
Seperti dugaanku ditempat ini kutemukan kedamaian tempat yang benar-benar tenang , setelah kuadukan semua masalahku kepada Yang Maha Kuasa ku berbaring di dalam masjid. Sebenarnya Allah pasti sudah tahu semua masalah hambanya  tanpa harus kuadukan tapi itu semua demi hambanya sendiri , dengan mengadu kepada-Nya hatiku lebih tenang
Entah mengapa saat ku berbaring  tiba-tiba ku teringat masa laluku , masa lalu yang tidak menarik, masa lalu yang menggelikan yang kutahu dari Pak Zaenal . Terlahir tanpa tahu siapa orang tua kandung, bukannya aku seperti sahabatku yang ditinggal meninggal oleh orang tuanya tapi aku dibuang,  mereka tak memerlukanku. Mungkin karena itulah aku sangat dekat dengan sahabatku itu , kami bisa saling mengerti satu sama lain.
Aku dibuang begitu saja di sisi jalan ditemani kardus dan diselimuti sehelai kain tipis begitulah kata Pak Zaenal. Saat ku mendengarnya dari Pak Zaenal aku malah tertawa dan membuat Pak Zaenal keheranan.
" lah ko ketawa ? "
" lucu pak mungkin karena itu saya dekat dengan jalanan"
Bayi merah yang ditelantarkan begitu saja di sisi jalan pada malam hari , untungnya ada seorang nenek yang memungutku. Menurut pak Zaenal nenek itu sudah meninggal saat aku berusia 5 tahun ,diingatanku juga masih terbayang samar-samar tentang nenek itu.
Saat itu dia merasa iba kepadaku hidupnya bukan berarti berkecukupan, kata Pak Zaenal hidupnya sederhana bahkan anak-anaknya menentang keputusannya untuk memungutku, tapi dia tetap  keukeh merawatku. Dia anggap aku seperti anaknya sendiri dibelikannya susu untukku , menggendongku walaupun badannya bungkuk . Bagiku dia lebih pantas kusebut Ibu , setiap sebulan sekali selalu kusempatkan untuk berziarah ke tempat peristirahatannya.
Setelah beliau meninggal tak ada yang merawatku lagi , anak -anaknya karena tak suka denganku mereka membiarkanku. Rumah nenek itu langsung dijual dan sekarang ini sudah menjadi gedung  pembelanjaan  yang sering kulihat bagian depannya saja.
Seingatku setelah itu aku hidup di jalanan mengandalkan rasa iba orang lain, mengamen walau tak punya suara merdu, menjual koran, bahkan pernah kumencuri karena lapar perbuatan yang kusesali hingga saat ini .
Setelah itu seperti yang pernah kuceritakan aku bertemu dengan sahabatku , namanya Syarif . ntah takdir macam apa yang mempertemukan kami , banyak kesamaan diantara kami . Usia Syarif satu tahun lebih tua dariku sehingga dia sudah kuanggap sebagai kakak ku juga
Kami sering bercanda soal siapa yang paling tampan dan siapa yang akan menikah lebih dahulu dengan bertanya kepada orang lain .
" Sudahlah kau menyerah saja sudah jelas siapa yang lebih tampan diantara kita, aku lebih tua darimu sudah pasti akulah yang akan nikah duluan."
" Omong kosong "
Dia sering menggodaku mentang-mentang punya tampan yang lumayan .
Namun takdir bekata lain sepertinya Syarif salah menebak , saat itu kami sedang bekerja di TPS  bersama-sama namun kami berpisah karena ada masalah sepele . Saat itu tak ada yang aneh,  hanya saja aku  bekerja sambil mengomel karena perilaku Syarif yang menyebalkan sehingga aku terpeleset dan jatuh di gunungan sampah .
" Dasar  Syarif bikin orang lain susah aja" keluhku
Aku pun segera bangkit namun dikejauhan terdengar suara banyak orang yang heboh. Akupun mencoba mendekat ke sumber suara , benar saja ada banyak orang yang sedang berkumpul. Â Hatiku sudah mulai merasa tak enak.
" Pak ada apa ya kok pada rame?" tanyaku kepada seorang bapak.
" Ada longsor dek longsor sampah, Â ada orang yang tertimbun sampah"
" Siapa yang tertimbun Pak?"
" Kurang tahu saya juga baru dateng tadi"
Aku mulai berpikir yang tidak-tidak namun ku segera membuangya jauh-jauh dari kepalaku.
" Lalu kenapa kita tak berusaha menolongnya dan hanya menonton?"
" Kau mau bunuh diri? terlalu bahaya , saat kita menolongnya kemungkinan kita juga akan tertimbun , yang bisa kita lakukan hanya berdoa dan menunggu petugas yang sedang di jalan."
Kuperhatikan setiap orang yang berkumpul namun tak ada Syarif diantara mereka, jantungku semakin berdetak kencang setiap detiknya .setelah menunggu dua puluh menitan petugas pemadam kebakaran baru datang . Mereka sepertinya sudah tahu kondisinya dan segera bekerja.
Kami menunggu petugas dengan harap-harap cemas, semakin banyak orang yang berkumpul tapi lagi-lagi ku tak dapat temui Syarif semakin lama firasat buruk itu semakin kuat. Perlu satu jam bagi petugas untuk menemukan korban ketika suasana begitu mencekam, petugas langsung membungkus para korban dengan katung jenazah tak sempat ku lihat sosok malang itu karena orang-orang yang berkerumun menghalangiku.
Sampai sore kucari Syarif tapi tak kutemui dia , kucari di tempat menetapnya tak juga kutemui . Pada malam itu tak bisa ku tidur dipikiranku apakah korban itu benar-benar Syarif. Â Hingga pagi baru ku ketahui sahabatku yang malang itu ternyata benar-benar pergi dari lima orang korban salah satunya adalah sahabatku. Saat itulah terakhir kali ku menangis.
" Hey bangun...bangun... masjid bukan tempat untuk tidur!"
Ternyata aku ketiduran di masjid dan didepan mataku sudah ada Pak Zaenal yang membangunkanku.
" Maaf pak tadi saya ketiduran"
" Rif bener tempat tinggal kamu digusur pemerintah?"
" Bapak tahu dari mana?"
" Bapak tahu dari pak Tarno dia bilang tadi"
" Ya begitulah Pak kami dimata mereka hanya sampah yang mengotori lingkungan "
" Terus kamu mau kemana?"
" Ya  jadi saya minta izin untuk tinggal sementara di sini"
" Hmm....maaf Rif  kamu gak bisa tinggal disini , paling bapak izinin cuma 3 hari"
" Oh begitu gapapa Pak tiga hari juga Alhamdulillah"
" Kalau begitu cepat kamu Wudhu ini sudah waktu Ashar"
" Siap Pak ! Â "
Kukira Pak Zaenal akan mengizinkanku , sepertinya dalam tiga hari kedepan ku harus mendapatkan tempat menetap yang baru.
Â
Â
 ~ - = - Â
Â
Â
Â
" Rif kesini kamu masih ingat kan tiga hari yang lalu? "
" Iya Pak saya masih ingat saya sudah bersiap-siap mau pergi "
" Sebelum pergi ada yang ingin bapak omongin sama kamu "
" Ada apa Pak ? "
" Kita ngobrolnya di dalam "
" Jadi gini Rif bapak sudah kenal kamu dari semenjak kamu bayi hingga saat ini. Bapak sudah tahu kehidupan kamu seperti apa , Bapak juga sudah hafal perilaku kamu , setiap hari Bapak  mengobrol denganmu . Djpandangan bapak kamu adalah orang yamg baik "
" Ya terima kasih Pak kalau saya dipandangan bapak baik itu juga berkat bimbingan bapak selama ini".
" Oleh karena itu bapak ajak kamu tinggal bersama bapak "
" Maaf Pak tapi saya tidak bisa menerima ajakan baik bapak , bukannya di rumah bapak ada putri bapak tidak mungkin saya tinggal satu rumah dengan putri bapak "
" Mungkin kok asal dihalalakan dulu "
" Maksud Bapak? "
" Ya jadi  begini kamu sudah tahu kan saya punya satu putri yang umurnya tidak jauh dari kamu . Ayo Nak masuklah! "
Seorang perempuan pun mucul dari pintu  , Masya Allah wanita yang datang adalah wanita yang cantik dan sholehah terlihat dari pakaian dan auranya. Pakaian berwarna merah muda serasi dengan jilbabnya. Ketika dia tersenyum kepadaku serasa ada kejutan yang menerjang tubuhku perasaan apa ini.
" Yah inilah putri bapak yang tadi diceritakan, cantik kan? Â "
Kujawab dengan anggukan , entah kenapa ku tak berani lagi menatapnya.
" Jadi bagaimana kamu mau atau tidak ? "
" Pak bapak gak bercanda kan? "
"Bapak serius Rif"`
" Bapak tadi bilang tahu tentang saya kan lalu kenapa saya? saya cuma pemulung tak punya harta , keturunan saya juga tidak jelas, mukapun biasa "
" Abi mengajari saya untuk memilih pasangan karena akhlak nya bukan karena harta,wajah,atau keturunan"ucap wanita itu.
Seketika kejutan itu sekali lagi menyerang serasa tubuhku ingin pingsan.
" Tapi nanti saya akan jadi Imam saya harus menafkahi putri bapak sedangkan untuk menafkahi diri sendiri saja saya kesulitan "
" Kalu masalah itu saya punya kebun dan beberapa kambing kamu uruslah, Â itu akan cukup bagi kalian "
" Tapi Pak itu sangat banyak , Saya merasa tak layak mendapatkan itu semua "
" Arif iya atau tidak? bapak sudah tahu kesabaran kamu dalam menghadapi berbagai masalah dalam kehidupan mungkin ini hadiah dari Tuhan atas kesabaranmu sampai saat ini "
" Tapi Pak... .... "
" Iya atau tidak" Â ucap Pak Zaenal dengan nada tinggi.
" Iya Pak saya mau terima kasih ".
Saat itu ku langsung memeluk Pak Zaenal dan air mata bercucuran di pipiku akhirnya aku dapat menangis kembali tapi kali ini berbeda ini adalah tangisan  bahagia.
~ - = - ~
~ F i n ~
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Â
Catatan Penulis
Sebagai tugas sekolah Bahasa Indonesia membuat novel semoga tulisan ini mendapat nilai yang memuaskan dan semoga pembaca dapat menikmatinya juga. Kami Memandang Dunia Yang Sama terinspirasi dari Novel "I Saw the Same Dream Again" karya Sumino Yoru. Â Jika ada yang bertanya ceritanya dari kisah nyata atau tidak ? jawabannya dibawah bunga mawar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H