Mohon tunggu...
Dede Suhada
Dede Suhada Mohon Tunggu... Konsultan - Pelajar

12 MIPA 1 SMAN 1 PADALARANG

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kami Melihat Dunia yang Sama

25 Januari 2020   22:44 Diperbarui: 25 Januari 2020   22:44 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum terlelap kebiasaanku adalah memandangi langit berbintang karena tak mungkin melihatnya dari bawah jembatan aku harus mengeluarkan sedikit usaha untuk pergi ke bagian atas rumahku.

Saat melihat langit ku merasa sangat kecil dan lemah di depan ciptaan-Nya yang menakjubkan ini. Suasana seperti ini selalu mampu menenangkan jiwaku agar terbebas dari rasa iri , kecewa , dan sedih . Bagaimanapun keadaanku saat ini aku harus selalu bersyukur  karena setiap detik kehidupan adalah  anugerah.

----Manusia Pendendam----

Jarang sekali  ku bagun kesiangan bukan apa-apa hanya saja aku memiliki teman yang rajin setiap hari membangunakanku , lagian mana ada orang yang tetap  tertidur pulas saat tubuhnya dihinggapi nyamuk-nyamuk.

Seperti hari biasanya kulakuakan rutinitasku sepertinya sang mentari akan masih setia menemaniku pada hari ini. Aku bersyukur karena jika hujan bau sampah - sampah organik yang busuk akan terasa lebih menyegat menusuk hidung.

 Sebagai pemulung sudah kulakuakan selama 3 tahun sejak usiaku 15 tahun dan kumulai terbiasa dengan rutinitasku ini , bukannya aku tak mau bekerja di tempar lain tapi susah mencari pekerjaan apalagi bagiku yang tak pernah sekalipun mencicipi bangku sekolah. 

Setiap hari jika ada uang tersisa dari pendapatanku kuusahakan untuk menabungnya namun selalu saja uang itu cepat menguap karena hal darurat. Misal dulu aku pernah mengumpulkan hingga melebihi 1 juta namun akhirnya uang itu terpaksa terpakai untuk mengobati kakiku yang pernah patah karena jatuh.

TPS ini sangat ramai dengan orang sepertiku , sering ku bercerita dengan mereka yang nasibnya sama sepertiku. Dari anak kecil hingga kakek-kakek ada disini untuk sekedar  mencari lembaran-lembaran rupiah. Memperhatikan mereka selalu membuatku tersenyum , ku merasa diriku tidak sendirian menghadapi dunia ini ada teman seperjuangan yang selalu membantuku.

Namun sering ku berpikir mengenai sisi lain dari dunia ini , dunia yang indah tempat bersenang-senang dimana penghuninya sering tersenyum walaupun harus mengijak-injak orang lain. Dunia yang memabukan dan penuh tipu muslihat dan mereka tidak mengenal haram atau halal mereka hanya tahu enak dan tidak enak.

Dunia dimana uang yang banyak hanya ditukarkan  untuk barang-barang remeh bahkan pernah ku melihat di TV warteg ada seseorang yang rela membeli  satu batu bata dengan harga selangit , saat ku melihatnya tak mampu ku menahan tawa. Disaat ada orang yang mati-matian mencari uang agar bisa hidup , di sisi lain ada orang yang membuang-buang uangnya. Mungkin saat orang memiliki banyak uang mereka akan pusing menghabiskannya pikirku.

3 tahun yang lalu tidak secara tiba-tiba aku ada di sini, saat ku terlantar di jalanan tanpa tahu apa lagi yang bisa dilakukan ada seseorang yang memberiku harapan. Dia berkata ada yang bisa kau lakukan selain memohon-mohon kepada orang lain.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun