Mohon tunggu...
Dean Ardeanto
Dean Ardeanto Mohon Tunggu... Seniman - Atlet gundu profesional

Manusia biasa yang hobi menulis. Suka kentut sambil tiarap.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Masa Kecilku: Demi Bermain Playstation

8 Januari 2024   08:00 Diperbarui: 8 Januari 2024   08:01 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Itu temen kamu yang suka ngajakin maen pe'es. Yang kaca matanya gede banget kayak kutang wewe gombel."

Gue langsung ngeh. "Oooh ... Ardan?"

"Ya, siapalah itu namanya. Eh, ngomong-ngomong, dia apa nggak mau cukur rambut?"

"Kenapa emang, Ma?"

"Itu rambut mekar banget kayak sarang tawon. Bawaanya, nih, ya, setiap dia ke sini, Mama pengen botakin aja, tuh, rambut mekarnya! Boleh nggak, ya? Kalo sekali-kali, pas dia dateng ke sini, Mama rejeng badannya, terus Mama jambak rambutnya sampe botak? Abis geregetan banget!"

Gue cengo.

Lalu ada kalanya ketika kami siap main PS, Ardan tiba-tiba disuruh neneknya untuk menyelesaikan PR-nya terlebih dulu. Gue, yang kelas lima, satu tingkat di atas Ardan yang masih kelas empat, kadang jadi ketumpuhan ngebantuin Ardan menyelesaikan PR-nya itu. Kalo PR-nya nggak susah-susah amat sih nggak masalah. Tapi kadang, ada satu hari di mana PR Ardan susah banget, dan itu jadi menyita waktu kami untuk main PS. Untung hari-hari seperti itu nggak terjadi setiap hari. Kalo iya, bisa habis waktu yang akan kami gunakan untuk main PS.

Namun bukan hidup namanya jika segala sesuatu selalu berjalan dengan baik-baik saja. Di saat gue dan Ardan lagi serius-seriusnya namatin Dynasty Warrior 5, kendala pun muncul. Ardan tiba-tiba nggak diperbolehkan lagi minta duit ke neneknya buat main PS. Hal itu terjadi karena nilai raport Ardan di semester pertama ini hancur parah. Orang tuanya marah. Mereka mengira anjloknya nilai Ardan terjadi karena dia keseringan main PS.

"Sampe kapan lo nggak dibolehin maen pe'es?" tanya gue ke Ardan, sore hari di depan pagar rumahnya.

"Kayaknya sampe UTS, deh. Sampe nilai gue bagus lagi."

"Masih lama dong?"

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun