Mohon tunggu...
Dean Ardeanto
Dean Ardeanto Mohon Tunggu... Seniman - Atlet gundu profesional

Manusia biasa yang hobi menulis. Suka kentut sambil tiarap.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Masa Kecilku: Demi Bermain Playstation

8 Januari 2024   08:00 Diperbarui: 8 Januari 2024   08:01 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ya, gitu. Abis mao gimana?"

Belum sempat gue nanya-nanya lagi, tiba-tiba Bokapnya Ardan nongol dari balik pintu. Itu adalah pertama kali gue ngelihat Bokapnya Ardan secara langsung. Ternyata kepalanya botak kayak lampu taman. Ia juga memiliki kumis dan janggut tipis yang masing-masing tumbuh di atas bibir dan dagunya. Melihat itu gue heran, 'kok, bisa bapak dan anak punya model rambut berbeda?' Nggak lama Bokapnya Ardan bertanya geram ke Ardan, "MAU KE MANA KAMU?!"

"Nggak ke mana-mana, Yah," jawab Ardan. "Orang cuma ngobrol doang."

"MASUK!" perintah Bokapnya, tegas.

Ardan menurut.

Kini tersisa gue yang nggak tahu harus ngapain berhadapan dengan Bokapnya Ardan yang galak itu. Gue bengong. Bokapnya Ardan juga ikutan bengong. Sesaat setelah hening yang agak canggung, gue pun memilih ngacir dari sana sebelum dada gue disundul sama kepala Bokapnya yang mengilap itu. Gue pikir, pasti sakit rasanya kena hantaman benda tumpul.

Setibanya di rumah, soal Ardan yang sudah nggak dibolehin lagi main PS membuat gue melamun. Gue sedih, sekaligus kesal. Sedih karena nggak bisa lagi main PS bareng Ardan, kesal karena nggak punya uang buat gantian mentraktir dia main PS. Di tengah lamunan itu, muncul khayalan, andai saja gue punya banyak uang, mungkin momen seperti ini bukan masalah. Gue merasa seperti teman yang nggak berguna. Yang hanya bisa ditolong, tapi nggak mampu menolong balik.

***

HARI-HARI berlalu. Masa di mana gue nggak bisa lagi main PS, gue isi dengan banyak bengong. Gara-gara itu, Nyokap nyap-nyap tiap kali mendapati gue bengong. Ia bilang, "Jangan kebanyakan bengong! Ntar kamu kesurupan setan males!"

"Apaan, tuh, setan males?" tanya gue heran.

"Ya, setan yang males. Setan yang nggak mao ngapa-ngapain. Kerjaannya diem aja ngejogrok, kayak guci di rumah orang kaya."

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun