"Tang, tentu aku bayar satu malam dulu. Kalau tak enak, bisa pindah kan? Untung juga belum kubayar lunas, tak nyaman aku tinggal di tempat seperti ini."
Pagi-pagi, setelah kami sarapan, Arman mengembalikan kunci kamar kepada resepsionis dan melakukan check out. Setelah pihak hotel memastikan tidak ada inventaris yang hilang di kamar, kami menyimpan barang-barang Arman di rumahku.
"Tang, rumahmu besar sekali, bagus dan sekaligus sayang. Seandainya uangnya kamu gunakan untuk beli rumah lain, pasti uangmu bisa beranak pinak."
"Macam kucing saja itu uang, beranak."
"Ya."
"Lalu?"
"Hari ini, bisa kan kamu temani aku ke proyek perumahan baru?"
"Serius?"
"Betul. Aku sudah hubungi sales-nya, aku baca di koran dan rumahnya terlihat menarik. Aku ingin membelinya, ya untuk tabungan. Nanti kalau aku sudah tua, aku bisa tetap makan dari uang sewanya. Kamu bisa kan menemaniku ke sana?"
"Bisa saja. Tapi, menemani? Emangnya kamu mau naik apa?"
"Ayo naik busway, aku ingin mencobanya. Kita pakai kaos dan celana pendek saja, takutnya hari ini panas."