Mohon tunggu...
Christian Evan Chandra
Christian Evan Chandra Mohon Tunggu... Penulis - Narablog

Memiliki kegemaran seputar dunia kuliner, pariwisata, teknologi, motorsport, dan kepenulisan. Saat ini menulis di Kompasiana, Mojok, dan officialcevanideas.wordpress.com. IG: @cevan_321 / Twitter: @official_cevan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kerja Keras, Kepercayaan, dan Kesederhanaan yang Membuahkan Kebahagiaan dan Kesuksesan

17 Agustus 2021   05:30 Diperbarui: 17 Agustus 2021   05:41 379
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Buruan, Mbak. Dibuat yang cepat sebelum selera makan saya luntur."

Makanan diantar oleh rekannya lelaki, dia datang ke meja kami dan meletakkan makanannya satu per satu. Begitu selesai pekerjaannya, dia menatap kami keheranan dan Arman langsung melambaikan tangannya di depan mata lelaki itu.

"Mas, kenapa? Nanti kesambet, buruan balik lagi ke posisimu."

"Ini dua orang kan, Pak? Atau mata saya buram?"

"Mau dua orang, kek. Mau tiga orang, kek. Jelas gak penting buat kamu. Awas dibentak bosmu."

Jangankan dua pelayan tadi, aku pun bingung makanan sebanyak ini dipesan untuk sekali makan, tetapi lebih baik segera menyantapnya satu per satu sebelum Arman marah lagi.

"Ayo, Tang. Dimakan, Tang. Kamu makannya kurang lahap nih, bagaimana mau memotivasi aku makannya banyak? Sayang, Tang. Sudah datang ke Jakarta, mau aku coba semua dari makanan pembuka sampai penutup. Eits! Aku tahu apa penyebabnya, kekenyangan toh? Makanya, jangan pakai celana panjang nan ketat. Ini bukan kantor, Tang. Kamu bukan sedang bertemu RI 1 atau konglomerat kelas kakap, Tang."

"Jadi ini alasanmu pakai celana pendek? Kenapa gak bilang-bilang dulu, Man, Man."

Kami tertawa lepas. Satu jam berlalu, makanan di atas meja sudah ludes semua. Arman memanggil pelayan, membayar tagihan dengan lembaran-lembaran merah yang masih sangat licin dan mulus. Ketika pelayan itu datang memberikan kembalian, Arman memberikan semuanya kepadanya, sungguh luar biasa.

Tak jauh dari kawasan Gajah Mada, terdapat kawasan lain yang terkenal dengan barang berharga murah, apa lagi kalau bukan Mangga Dua. Jujur saja, kalau bukan karena Arman, aku tak pernah mau ke sini. Bukan karena aku sombong, tetapi aku takut dengan gedung parkirnya yang bagaikan roller coaster. Sampai di sana, aku memarkirkan mobilku di depan konter valet.

"Tang, ngapain kita parkir di sini? Ini bukan tempat parkir."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun