Mohon tunggu...
Datuak Bandaro Sati
Datuak Bandaro Sati Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat Coffee

Secangkir ialah rasa; ribuan cangkir juga rasa. Seberapapun, semua tentang rasa. Warna yang serupa tiada bisa untuk saling membatasi! #CoffeeTime

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sri (2)

24 Juli 2019   09:24 Diperbarui: 24 Juli 2019   09:32 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

      Ada kalanya serasa mustahil bila terjadi, meski terkadang itu nyata adanya dan tengah terjadi! Ada kalanya sebuah gurauan menjadi batu loncatan bagi setiap Insan menikmati indahnya kehidupan. Ada kalanya tiada yang percaya dengan perputaram roda-roda Jaman. Di Dimensi apa kita, kita tetaplah kita yang sedia menikmati. Di segi mana kita, kita tetaplah kita yang harus melewati. Bukankah seharusnya kita menikmati waktu? Lalu apa yang meski kita perbincangkan lagi? Jalani dan lalui. Hidup ialah Misteri.

      Lalu? Lalu bagaimana dengan pertimbangan waktu? Tentang dahulu, sekarang, ataukah nanti! Ah, yang jelas, semua patut dipertimbangkan dan tak mengenal kata tidak. Dan waktu adalah apa yang seharusnya memang sebenarnya terjadi dan berlalu.

      "Selamat pagi duniaku saat ini, apa masih ada elegi yang akan aku karyakan? Jikapun ada, tolonglah; jangan tentang cinta." Ucapan yang terus menerus terucap dari bibir seorang Sri disetiap ia berdiri sejajar dengan Cermin yang sudah bosan dengan ucapan yang terlontar sama. Sementara ia masih setia tegak-bergelantungan di dinding kanan kamar Kontrakan.

      "Selamat pagi duniaku saat ini, apa masih ada elegi yang akan aku karyakan? Jikapun ada, tolonglah; jangan tentang cinta."  Bisa dibilang, dua tahun sudah ucapan itu terlontar manis dengan senyumnya yang kritis. Bagaimana tidak, tooh satu kata 'kepergian' menjadi batu penghalang bagi Sri membukakan pintu hatinya untuk dapat mudah tersenyum menikmati perjalanannya ke depan.

     

26 Maret 2019, Universitas Ekasakti

Hufftt... Dengan lembut Ari menendangi sebongkah blok mesin sepeda Scuternya(Besi lo Bro). Bidji!!! Kenapa juga Mesin ini sampai mati? Salah saya dimana? Tentang perbaikan; hampir ditiap 2000Km Perjalanan, Oli Scuter ini saya ganti, begitu pun bahagian lain. Saringan Hawa, Oli Samping bahkan Rem sekali pun pastinya. Why? Janjiku hari ini. Tapi aku kau abaikan begitu saja, duhai Scuter tua, "Ucap Ari menunjuk Scuter yang biasa dikendarainya".

"Olinya Nggak akan tembus kan, Id?" katanya.

Ridwan dengan manjanya menggeleng saja.

Yayat menepuk bahu Ari,. Scuter Abang mungkin demam diperkara Usianya hahhaaa. Jangan ragu, ini 2019 Usia Scutermu sudah hampir Tiga Dekade berjalannya waktu.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun