Mohon tunggu...
Datuak Bandaro Sati
Datuak Bandaro Sati Mohon Tunggu... Dosen - Penikmat Coffee

Secangkir ialah rasa; ribuan cangkir juga rasa. Seberapapun, semua tentang rasa. Warna yang serupa tiada bisa untuk saling membatasi! #CoffeeTime

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Sri (2)

24 Juli 2019   09:24 Diperbarui: 24 Juli 2019   09:32 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hahhaaaa.. Penuh galak tawa, ari menjawab... "Jangan ragu Yat, tendanganku ini hanya pemancing saja," katanya. Geser mundur Pick-up ke arah Taman Kampus, biar nanti kita gotong barang antic ini bertiga. Tapi antar saya menuju bengkel Haji Mahmud ya, beliau biasa rawat inap disana(Tunjuk Scuter tua dengan mata tajamnya).

Sesampainya di bengkel tujuan, Ari menaiki sepeda Scuternya--mendorong hingga rodanya mencecah di tanah tempat biasa Haji Mahmud menelanjangi dengan Khidmad. Ia menahan ketegakannya dengan dua kaki yang mengangkang. Pak Haji, Langgananmu kangen bengkel ini, rintihnya berseragam Putih Hitam bak pegawai Honorrer di Hari Rabu.

Terbayang lagi olehnya, ayahnya memberikan pesan khusus yang harus diperhatikan agar ia bisa tetap memakai barang antik itu. "Ari, Ini bukan punyamu, ini kepunyaan bapak yang dititip-pakaikan kepadamu, karenanya akan ada evaluasi setiap minggu atau Bulannya-tentang apakah masih layak diinventariskan apa pasnya dicabut(dijual)."

Ya! Akan tetapi, seingatnya, gertakan itu cuma efektif Tiga bulan saja, seperti layaknya Semester yang lalu. Setelah itu ia benar-benar menguasainya. Dan palingan tentang Scuter ini kini, ia akan menjadikannya hadiah utama untuk keinginan anak Sulungnya berkuliah di Jurusan Hukum. "Semoga kelak posisiku bisa kau imbangkan", Ucap sang Ayah.

Beberapa Menit berselang, Telephone genggam di saku kanan Ari berdering. (Sri Putri Tanjung) Tertulis jelas nama itu di bagian depan LCD Gadged tersebut. Namun Ari tidak mengindahkannya secara langsung. Meski dalam hatinya berkata-kata.

Tiga kali dalam waktu yang berdekatan, namsa yang indah "Sri Putri Tanjung" masih terlampir indah di LCD Gadged hadiah ulang tahun pernikahannya yang ke dua tersebut. Ari hanya membalasnya dengan pesan, nati saya hubungi, lagi di Bengkel Motor di seberang kampus Ekonomi Universitas Ekasakti.

Okey!! Empat huruf yang bermakna setuju beserta dua tanda seru yang menjelaskan penegasan terlukis di Applikasi WhatsApp Ari.

Dua Jam berlalu, 11.45Wib ...

 

Selesai sudah Scuter tua milik Ari menyerahkan sekujur tubuhnya kepada Haji Mahmud. Di perjalanannya menuju Fakultas Hukum, Ari melihat Sentya yang baru saja turun dari Angkot dan menumpangkannya menuju Kampus. Syukurlah, ada tumpangan gratis, ucap Sentya waktu itu. Kenapa baru ke Kampus, tanya Ketua kelas 2H5, Sentya menjawab; banyak cucian bang, udah Tiga hari hujan begitu setia dengan kota kita. Makanya di cuaca yang cerah ini aku bisa mengambil kesempatan mencucinya. Hehheeee... Ari hanya menjawabnya dengan senyum, sembari membayangkan sang Istri yang juga tengah sibuk-sibuknya berkemas di rumah.

Terima kasih bang, ucap Sentya. Dengan perawakan yang penuh canda, Ari menjawab... "Tertulis disini 4000 Mbak, *Dengan melihat Gadged yang berada di tangan kirinya*. Pantang untuk kalah, Sentya menjawab, Ups...Abang Gojek ya? Kirain Opang, nggak pake Tarif. Hahaha...Galak tawa mereka saling beradu dan mengalihkan pandangan Mahasiswa/I yang juga berada di Parkiran Kampus.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun