Tapi tidak terlihat bahagia juga, tatapannya sangat sendu.
Tiba-tiba seorang pria yang cukup tinggi dan berkulit sawo matang menghampiri senjani.
"Mawar udah belum ngobrolnya ? Jangan sampai terlambat soalnya pesawatnya jam 5" memang masih ada dua setengah jam lagi untuk ke jam 5, tapi alangkah baiknya tidak terlalu mepet.
"Bunda sama papah sebenarnya senjani mau minta izin sama kalian. Senjani ngambil beasiswa ke Singapura supaya Senjani bisa sah jadi dokter. Maaf ya terlalu tiba-tiba, tapi senjani baru bisa bilang sekarang" senjani tersenyum sangat cantik dan sedikit bersemangat dalam ucapannya itu.
Sebelum benar-benar pergi dari hadapan kedua orang tuanya, senjani meletakan dua buket bunga yang selalu menjadi favorite keduanya.
"Mawar ayo ini udah jam 3" ucapnya sedikit tegas.
"Iya sebentar" jawab senjani sedikit kesal.
Karena sudah sedikit kesal, pria itu menghampiri senjani lebih dekat lagi.
Tak disangka tiba-tiba dia jongkok disamping makam kedua orang tua senjani.
"Tante, om tenang aja anak tante sama om bakal bakal aman sama aku. Aku yang bakal jagain dia soalnya kita satu kampus. Dan satu lagi buat om, izin ya om, buat aku masuk kedalam kehidupannya" kalimat terakhir dari pria itu mampu membuat senjani melotot karena kaget, ia tidak menyangka kalau temannya ini bakal melakukan hal itu.
"Ngapain ngomong kayak gitu didepan bunda sama papah ?" Senjani bertanya dengan nada yang ketus dan muka yang ditekuk karena ia merasa bahwa temannya ini aneh.
"Gak kenapa-kenapa" jawabnya sambil memegang kepala bagian atas Senjani yang diiringi dengan tatapan hangat dan senyuman manisnya itu.