Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Penderitaan sebagai Inti Eksistensi

18 Desember 2024   19:00 Diperbarui: 18 Desember 2024   19:00 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Buddhisme melihat penderitaan sebagai peluang untuk:

Pencerahan: Melalui pemahaman mendalam tentang sifat kehidupan, penderitaan, dan keterikatan.

Pengembangan kebijaksanaan: Melepaskan keterikatan terhadap hal-hal duniawi untuk mencapai nirvana.

Keseimbangan batin: Menemukan kebahagiaan sejati melalui pelepasan ego dan keinginan.

3. Atheisme

Atheisme menekankan utilitas tertinggi yang bersifat manusiawi:

Meningkatkan kualitas hidup: Mengurangi penderitaan individu dan kolektif melalui usaha bersama.

Menciptakan makna pribadi: Dalam ketiadaan makna kosmis, individu dapat menciptakan tujuan hidup yang sesuai dengan nilai dan aspirasi mereka.

Kontribusi bagi kemanusiaan: Membantu orang lain dan menciptakan dunia yang lebih adil dan sejahtera.

IV. Titik Temu dan Kolaborasi

Meskipun memiliki landasan metafisik yang berbeda, Islam, Buddhisme, dan Atheisme memiliki kesamaan dalam menghadapi penderitaan:

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun