Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Penderitaan sebagai Inti Eksistensi

18 Desember 2024   19:00 Diperbarui: 18 Desember 2024   19:00 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Selain itu, konsep qadar ini juga mengajarkan pentingnya bersyukur dan tetap berusaha meskipun dihadapkan dengan penderitaan. Seorang Muslim tidak boleh berputus asa atau merasa tertekan dengan ujian hidup, tetapi harus tetap berusaha dan bersabar, karena Allah mengetahui apa yang terbaik bagi hamba-Nya, meskipun terkadang ujian tersebut tampak sulit dipahami oleh akal manusia.

5. Penderitaan sebagai Rahmat Ilahi

Dalam pandangan Imam Al-Ghazali, penderitaan adalah salah satu cara Allah membersihkan jiwa manusia dari keterikatan duniawi, sehingga mereka dapat mendekat kepada-Nya dengan kesucian hati.

"Seperti api yang membakar kotoran dari emas, penderitaan membakar dosa dan sifat buruk dari jiwa manusia."

(Ihya Ulumuddin, Al-Ghazali)

Penderitaan tidak sekadar fenomena duniawi tetapi merupakan medium spiritual yang mengantar manusia kepada pengakuan akan kelemahan diri dan kekuasaan mutlak Allah. Dalam konteks ini, penderitaan menjadi bagian integral dari perjalanan seorang Muslim menuju kesempurnaan iman (taqwa).

6. Penderitaan dalam Perspektif Filsafat Islam

Filsafat Islam mengkaji penderitaan melalui kerangka eksistensial dan kosmologis. Para filsuf seperti Ibn Sina dan Ibn Arabi memandang penderitaan sebagai konsekuensi inheren dari keberadaan di dunia material, yang bersifat sementara dan penuh keterbatasan.

Ibn Sina, dalam karyanya Asy-Syifa, menyatakan bahwa dunia ini bukanlah tempat kesempurnaan, melainkan arena ujian dan transisi menuju realitas yang lebih tinggi, yaitu alam akhirat. Segala bentuk penderitaan yang dialami manusia, menurut Ibn Sina, berfungsi sebagai peringatan bahwa kebahagiaan sejati hanya dapat ditemukan dalam kedekatan dengan Tuhan.

Ibn Arabi, dalam karya sufistiknya Futuhat al-Makkiyyah, menyebut penderitaan sebagai "tanda cinta Ilahi." Bagi Ibn Arabi, Allah menguji manusia melalui penderitaan agar mereka dapat menyadari ketergantungan mutlak mereka kepada Sang Pencipta dan mengalami transformasi spiritual.

"Ketika engkau menderita, ketahuilah bahwa Allah sedang membawamu lebih dekat kepada-Nya. Setiap luka adalah pintu menuju cahaya-Nya."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun