Mohon tunggu...
Asep Setiawan
Asep Setiawan Mohon Tunggu... Akuntan - Membahasakan fantasi. Menulis untuk membentuk revolusi. Dedicated to the rebels.

Nalar, Nurani, Nyali. Curious, Critical, Rebellious. Mindset, Mindmap, Mindful

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Penderitaan sebagai Inti Eksistensi

18 Desember 2024   19:00 Diperbarui: 18 Desember 2024   19:00 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

11. Praktik Menghadapi Penderitaan dalam Islam

Islam memberikan panduan praktis yang terstruktur untuk menghadapi penderitaan. Beberapa langkah praktis yang dapat dilakukan oleh seorang Muslim untuk mengatasi penderitaan adalah:

Sabar (Kesabaran): Penderitaan dalam Islam dihadapi dengan sabar, yang berarti tidak hanya menahan diri dari keluhan, tetapi juga menerima ujian dengan hati yang ikhlas dan penuh tawakal kepada Allah. Kesabaran dalam menghadapi ujian ini adalah kunci untuk memperoleh pahala dan kebahagiaan spiritual.

Tawakkul (Berserah Diri kepada Allah): Meskipun usaha keras sangat dihargai dalam Islam, hasil akhir tetap berada di tangan Allah. Tawakkul adalah sikap menyerahkan segala urusan kepada-Nya setelah berusaha semaksimal mungkin. Dengan tawakkul, seorang Muslim percaya bahwa Allah akan memberikan hasil yang terbaik sesuai dengan kebutuhan dan takdir-Nya.

Doa dan Zikir: Doa adalah salah satu cara terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah ketika menghadapi penderitaan. Zikir, yaitu mengingat Allah dengan penuh kesadaran, juga merupakan cara efektif untuk menenangkan hati dan mengurangi kecemasan yang timbul akibat penderitaan.

Beramal Shalih (Amal Baik): Melakukan amal baik dan membantu sesama juga menjadi bagian dari cara Islam untuk menghadapi penderitaan. Memberikan bantuan kepada orang lain yang lebih menderita akan membawa ketenangan jiwa dan mengurangi rasa kesedihan yang dialami.

Perspektif Buddhisme tentang Penderitaan

Buddhisme secara fundamental berakar pada pengakuan terhadap penderitaan sebagai elemen tak terpisahkan dari kehidupan. Dalam inti ajarannya, Siddhartha Gautama, yang dikenal sebagai Sang Buddha, menyampaikan Empat Kebenaran Mulia (Cattri Ariyasaccni) yang menjadi dasar kerangka konseptual Buddhisme dalam memahami, menghadapi, dan mengatasi penderitaan. Perspektif Buddhisme mengenai penderitaan tidak hanya bersifat filosofis tetapi juga praktis, dengan memberikan jalan sistematis menuju pembebasan dari penderitaan.

1. Dukkha: Penderitaan Sebagai Realitas Fundamental

Konsep kunci dalam Buddhisme adalah dukkha, yang sering diterjemahkan sebagai "penderitaan," tetapi mencakup pengertian yang lebih luas seperti ketidakpuasan, ketidaksempurnaan, dan ketidaknyamanan. Sang Buddha, dalam khotbah pertamanya di Taman Rusa, Sarnath, menyatakan:

"Kelahiran adalah penderitaan, penuaan adalah penderitaan, penyakit adalah penderitaan, kematian adalah penderitaan; bersatu dengan apa yang tidak disukai adalah penderitaan, berpisah dari apa yang disukai adalah penderitaan, tidak mendapatkan apa yang diinginkan adalah penderitaan."

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun