Studi ini menganalisis perbedaan dan persamaan antara Islam, Buddhisme, dan Atheisme dalam memandang penderitaan, upaya mengatasinya, serta mencapai utilitas tertinggi. Fokus utamanya adalah pada cara setiap pandangan menjelaskan asal-usul penderitaan, strategi untuk mengatasinya, dan makna yang dapat diperoleh dari pengalaman tersebut.
I. Asal-Usul Penderitaan
1. Islam
Dalam Islam, penderitaan merupakan bagian integral dari ujian kehidupan (fitnah) yang dirancang Allah untuk menguji keimanan manusia (QS. Al-Baqarah: 155-157).
Dimensi teologis: Penderitaan sering dikaitkan dengan hikmah ilahiyah yang tidak selalu dapat dipahami manusia.
Dimensi moral: Penderitaan dapat menjadi konsekuensi dari dosa, tetapi juga sebagai cara untuk membersihkan jiwa (tazkiyah) dan mendekatkan diri kepada Allah.
Dimensi eksistensial: Kehidupan dunia dianggap sebagai tempat ujian, dengan penderitaan sebagai alat untuk membentuk ketabahan dan kesabaran.
2. Buddhisme
Buddhisme melihat penderitaan (dukkha) sebagai fakta universal kehidupan, yang dijelaskan dalam Empat Kebenaran Mulia (Four Noble Truths):
Kehidupan penuh dengan penderitaan.
Penderitaan berasal dari keinginan dan keterikatan (tanha).