"Kertas apa yang kamu maksud, Chard?"
      "Kertas yang akan menyadarkan kamu kalau dia benar-benar telah tiada, Lil."
      Tangan kanan ibunda Endo bergetar ketika akan menyerahkan kertas itu pada Lili. Kedua bola matanya memerah, hendak meneteskan air mata namun tertahan di pelupuk mata. Lili menerima kertas itu dengan hati dipenuhi tanda tanya tentang apa isi
      Andai tak termilikiku hidup 24 jam
Kan kupastikan rasa ini benar terungkap
Karena maut hampir menarik napasku hingga tercekat
Aku mencintaimu walau sekejap bahkan sesaat
Mungkin tak ada lagi waktu tuk jabarkan alasan demi alasan
Namun bila di surga nanti aku ingin lihat bibir indahmu goreskan senyum terindah
Biar aku tenang menghadap sang Ilahi...
      Lili tak mampu membendung tangisnya membaca kata demi kata yang diungkapkan Endo lewat puisi yang diungkapkannya. Sulit bahkan teramat sulit bagi Lili untuk mempercayai bahwa Endo, lelaki pujaannya sudah menghadap sang Tuhan. Ia sungguh menyesal tidak mengungkapkan perasaannya kepada Endo.