Mohon tunggu...
Aldo Manalu
Aldo Manalu Mohon Tunggu... Administrasi - Penulis

Lelaki kelahiran Bekasi, 11 Maret 1996. Menekuni bidang literasi terkhusus kepenulisan hingga sampai saat kini.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pemuja dan Memujamu

26 Januari 2018   19:56 Diperbarui: 26 Januari 2018   20:09 579
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

            Endo diam sejenak sambil berpikir apakah pertanyaan Lili perlu dijawab atau dia menunggu kesadaran Lili untuk tidak menanyakan pertanyaan semacam itu. Tapi Endo memilih menjawab pertanyaan itu.

            "Dia sudah mati. Dia memilih meninggalkan kami demi perempuan lain," jawab Endo dengan nada bicara dingin.

            "Maaf. Aku tidak bermaksud---"

            "Tidak apa-apa. Never mind. Omong-omong, apa yang terselip di ransel itu?" tunjuk Endo pada sebuah kertas yang menyempil keluar dari kantong ranselnya.

            "Eh ini bukan apa-apa. Ini hanya kertas biasa tapi nanti dehkukasi padamu setelah aku pulang dari sini," ujar Lili gugup sambil menekan kertas itu hingga tak terlihat lagi.

            "Ya sudah tapi boleh aku bertanya padamu---satu hal?" Kini Endo memandang serius ke arah bola mata Lili. Perempuan  itu merasa kalau tatapan Endo bereaksi pada degup jantungnya. Yang semula pelan kini kencang dan seirama dengan hela napasnya. Lili hanya mengangguk kikuk mengiyakan pertanyaan Endo.

            "Jika kau punya waktu hidup satu minggu lagi, hal-hal macam apa yang akan kau  lakukan?"

            Bola mata Lili yang jernih terbelalak begitu mendengar pertanyaan Endo. Dan dalam hati ia bertanya-tanya pertanyaan macam apa yang diajukan lelaki itu padanya. Namun perempuan itu tetap berpikir positif dan menjawab pertanyaan Endo seperti menjawab pertanyaan bersifat umum.

            "Kalau aku punya waktu seminggu, aku bakal habiskan waktu bersama dengan orang-orang yang kukasihi. Aku bakal meminta maaf dan memaafkan jika aku atau orang lain punya kesalahan padaku. Satu lagi, jika ada cinta yang belum kuungkap selama aku hidup, aku akan mengutarakan itu. Diterima atau tidak, itu urusan belakang. Aku tidak ingin ada penyesalan," ungkap Lili sambil menatap Endo penuh keyakinan.

            Endo mengulas senyum kecil menyimak jawaban Lili lalu membalas, "Kalau tidak diungkap sih, menurutku, itu tidak apa-apa. Karena ada perasaan yang sejatinya harus dipendam dan memang cuma kamu sendiri yang boleh mengetahuinya. Secepat dan selambat apapun itu diungkap, suatu saat pasti akan terlupakan."

            "Tidak seperti itu. Semua perasaan berhak untuk diungkap. Jika ditolak atau diterima, ya syukuri saja. Anggap saja semua itu bagian dari pendewasaan diri," balas Lili. Keduanya tidak menyadari kalau Ibunda Endo sudah melewati mereka dan pergi tanpa sepatah kata. Ibunda Endo tahu benar kalau mereka dalam pembicaraan serius.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun