Mohon tunggu...
Afroh Fauziah
Afroh Fauziah Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

Pemahaman

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kungkungan Buatan

10 Februari 2021   02:44 Diperbarui: 10 Februari 2021   03:01 2639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Tak perlu takut, dengan keyakinan kita pasti bisa melewati mereka." semangat Ibu.

"Betul, lagi pula yang kulihat mereka hanya sedang bersantai saja meminum air dari dalam danau kecil." ucap Ida cukup menenangkan hati.

"Nah, tunggu apa lagi? Mari berangkat!" ujarku kembali memimpin perjalanan untuk melihat situasi lebih dulu dari mereka. Semakin lama terlihatlah sekawanan harimau besar yang tadi dibilang Ica, memang benar, itu adalah harimau. Otakku berputar memikirkan rencana yang mesti dibuat. Kembalilah aku pada Ibu dan dua kawanku untuk membicarakan siasat melewati hewan buas itu.

"Sekitar ada lima, 800 meter dari sini, berkumpul di satu titik, membelakangi kita," infoku.

"Kita berpencar?"

"Jangan, itu ide gila untuk sekarang. Ida, bisakah kau naik keatas pohon dan lihat apakah ada jalan lain yang bisa dilalui?" tanya Aca. "Dari atas bukitpun aku sudah lihat, resiko melewati jalan lainnya sama saja, hanya ini yang lebih aman, kita mesti melewati danau, danaunya pun tak lebar."

"Aman kau bilang?" komentarku. "I-iya begitulah," cicitnya.

"Baiklah, Ica kau muncul lebih dulu dihadapan mereka. Ketika semua hewan terpaku dan menyerangmu, Aca akan datang dan membawamu melompat melewati harimau itu, Ibu dan Ida akan berlari di samping para harimau," saran Ibu.

Terlaksanalah konsep yang Ibu susun mendadak itu. Akupun berjalan santai agar tak menarik perhatian menemui kawanan harimau, tapi seperti punya firasat kuat, kelima harimau itu serempak berbalik badan dan menatap tajam kearahku, ya tepat kearahku. Tak seperti sebelumnya, kali ini mereka seperti punya ambisi kuat dan haus akan darah, atau mungkin daging manusia seperti diriku. Ketika keterpakuanku belum mereda, kompak mereka bersiap menerjang diriku yang sepertinya tak berjarak jauh bagi hewan macam itu. Aca yang masih ingat dengan rencana segera menampakkan diri dan berlari mendekat. Daripada aku hanya diam seperti orang bodoh, kuambil segenggam batu disekitar dan melempar ke sembarang arah untuk mengecoh perhatian para harimau. Tak bergeming, harimau itu kuat dengan tekadnya hanya pada mangsa yang diburu, yaitu aku. Semakin dekat dan semakin dekat, kelima harimau serentak menerjangku dengan lompatan disertai gigi dan kuku panjang melukis. Dan hap!

VI. Serangan

Tubuhku terbawa melayang melintasi tingginya lompatan harimau. Padahal lompatan harimau saja sudah cukup tinggi, tapi ya itulah, masih ada langit diatas langit. Seperti tak mengangkat beban, Aca membawaku melayang mengudara dengan entengnya. Entah memang aku yang tak berat atau hanya terpaksa karena mengikuti rencana. Kusadari sedari tadi kakiku belum menapak ke tanah, Aca, dia benar-benar melakukan lompatan luar biasa jauhnya dari titik pacu. Saat sampai di tapakan tanah, aku langsung mencari keberadaan Ibu dan Ida. Ternyata, akh mereka berpencar! Ibu disisi kanan tanpa hambatan sedangkan Ida disisi kiri lari kocar kacir menghindari harimau yang tadinya hampir menerjangku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun