Pada awalnya teh sendiri di santap dengan tambahan alkohol untuk menghangatkan tubuh manusia eropa... Seiring berjalanya waktu datang seseorang yang tidak sengaja mencampurkan salju pada tehnya itu. Sehingga jadilah es teh.Â
Seakan-akan es teh masih kurang menggoda lidah dengan kesejukanya ditambhakanlah gula sebagai pemikat agar lidah lebih giat berdansa.
Jikalau es teh saja yang terkenal ke seluruh pelosok dunia mengalami beberapa proses sebelum menjadi sosok yang begitu mempesona dihadapan seluruh manusia lantas mengapa kadet-kadet ini enggan melalui hal yang sama? Enggan menambahkan salju jika dirasa kurang menyejukkan... Enggan menambahkan gula ketika dirasa tawar malah terkurung dalam labirin idealisme eksistensi.Â
Haduhh.
Titik Temu
Semilir angin dengan gesitnya menyusup diantara bintang-bintang yang bergantung di cakrawala biru itu seolah-olah menyeret diriku untuk melaju ke warung Maju. Disanalah kita bertemu.
Seorang perempuan yang mengenakan Hoodie kuning kenari dengan celana jeans putihnya sedang merogoh saku... Seperti tampak kebingungan untuk membayar seporsi bakso yang telah di pesanya. Wajahnya tampak muram sekali kala itu sehingga aku menganggap sesuatu yang dicarinya tak kunjung ketemu.
"Gpp kak, bareng saya aja" sebuah kalimat yang telah membuka pintu kebahagiaan dan menutup erat cerita masa silam.Â
Senyummu yang selalu merekah setiap kita bertemu...Caramu mendengar dan merespon ceritaku dan teguran dikala diriku sedang terjerumus begitu sederhana dan membuatku bahagia.
Nona, tuan tidak sedang merayu melainkan sedang bersyukur kepada Tuhan.
Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia