Mohon tunggu...
13_Fandi Achmad Fahrezi
13_Fandi Achmad Fahrezi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya menyukai tulisan tulisan edukasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Antalogi Puisi

4 Juli 2024   22:07 Diperbarui: 4 Juli 2024   22:07 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Detak-detak yang mencoba diterka

Sungging senyum haruslah merekah

Air tuba menjelma air susu

Menarik simpul tetaplah menjadi candu

Penantian Pangkas

Sofa usang yang terus menggoda pinggul untuk tetap rekat, sepasang insan yang nampak mesra menonton Spongebob di sofa sebrang serta ribuan helai rambut yang terus meniti keteguhan hati.

Kapankah akan tiba giliranku? Puluhan motor telah merayap meninggalkan tempat sedangkan aku masih disini menunggu untuk di eksekusi.

Puluhan batang rokok telah di hisap dan rasa dahaga begitu menggerogoti tenggorokan. Namun, sayangnya perjuangan ini tak bisa kubiarkan patah di tengah jalan

Ohh jagat dewa Batara... Andai saja kau mempertemukanku lebih dahulu dengan si pemotong rambut pastilah telah ku persunting dirinya untuk menjamah rambutku terlebih dahulu.

Antara Aku, Kau dan Hujan.

Teringat saat rintik hujan menjadi titik pengukir senyum kita... Berlari dan menari diatas bumi yang bersimbah genangan membuat kita basah kuyup di hujani kebahagiaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun