Mohon tunggu...
13_Fandi Achmad Fahrezi
13_Fandi Achmad Fahrezi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya menyukai tulisan tulisan edukasi

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Antalogi Puisi

4 Juli 2024   22:07 Diperbarui: 4 Juli 2024   22:07 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bu. Kadang aku tak sekuat itu dan meratapi banyak hal di dalam bahtera ini.

Puluhan jam ku habiskan untuk tidur bukan karena ingin menghindar melainkan untuk memenuhi harapan untuk bertemu denganmu dan menumpahkan semua ini.

Ku mohon berkunjunglah ibu... Rindu ini mulai mencekik relung hati serta menghantam keras kelopak mata. Ibu, anakmu sedang tidak berdaya.

Terima Kasih Telah Pergi

Semua mulai terasa membosankan...

Perempuan dambaan, aktivitas kegemaran serta hiruk-pikuk dunia kedua benar-benar hambar.

Bersamanya bukan lagi sebuah impian meskipun ia pernah membuatku merasa "aku menjadi lebih baik karenanya." 

Awalnya ku rasa semesta enggan melihatku bahagia sebab merenggangkan aku denganya. Akan tetapi... Pamitnya adalah anugerah.

Tak ku jumpai lagi semangat itu, Jarang terjadi lagi kebersamaan dikala senggang dan pupus sudah impian kita.

Kemana semua itu?

Air masih tersisa, sebagian tanah masih subur dan beberapa tanaman belum gersang... 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun