Mohon tunggu...
Yusi Kurniati
Yusi Kurniati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan penikmat sastra

Penulis novel Ayam Goreng Gadamala & Pria Berkacamata (2021), Pacar Dunia Maya (2016), Kumpulan cerpen Sepenggal Kisah (2016), dan kontributor dalam 45 antologi cerpen dan fiksimini. Alumnus S2 Pendidikan Bahasa Universitas Negeri Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Doa Restu

21 September 2020   22:02 Diperbarui: 21 September 2020   22:36 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Siapa ya?”  tanyaku.

“Saya Restu, rekan Bagas di asrama. Sebelum Bagas berangkat ke Poso, dia minta saya kasi surat ini buat adik perempuan satu-satunya kalau dia tidak selamat.” Pria itu menyodorkan sebuah amplop putih kepadaku. Aku menyambutnya.  Di amplop itu tertulis: kepada adik kesayanganku, Kinanti Prameswari. Aku terpana sejenak, surat ini dari Mas Bagas. Dia menulis surat khusus untukku, terpisah dari surat yang dibacakan bapak kemarin. Aku memutuskan untuk membaca surat itu di  rumah. Aku takut tak sanggup mengendalikan emosiku jika membacanya di depan Mas Restu ataupun Jaka.

Lama kupandangi surat itu lekat-lekat. Terbayang wajah Mas Bagas di benakku. Aku begitu merindukannya. Kubuka perlahan amplop itu dan kulihat tulisan tangan mas Bagas yang rapi.

 

Teruntuk  adik kesayanganku, Kinanti Prameswari.

Jika kamu membaca surat ini, itu artinya Mas Bagas sudah tiada. Kinan, kamu adalah adik  yang selalu membuat Mas Bagas bangga. Waktu mendengar kamu punya minat yang kuat di dunia militer, Mas Bagas senang sekali. Kamu harus tahu bahwa dunia militer itu keras, Kinan. Tapi Mas yakin kalau kamu mampu melewatinya.  Satu hal yang kamu harus tahu bahwa Mas Bagas tidak pernah menyesal memilih jalan ini. Mengabdi kepada negara hingga tetes darah penghabisan adalah mimpi Mas Bagas sejak kecil. 

Kinan, Mas tahu bahwa selama ini kamu tidak pernah berminat di dunia seni tari seperti ibu. Kamu hanya ingin menyenangkan hati bapak dan ibu, itu sebabnya kamu mengikuti les tari. Tapi Mas Bagas tahu bahwa minatmu di bela diri dan dunia tembak menembak. Mas tahu kamu putri yang berbakti, tapi kamu tidak bisa selamanya melawan hati kamu, Kinan. Jujurlah pada hatimu. Masa depanmu ada di tanganmu.

Kinan, Mas juga tahu bahwa bapak adalah orang yang keras.  Jika beliau tahu bahwa putri satu-satunya mencintai dunia militer, pasti beliau akan murka. Tapi Kinan, jangan takut. Kamu berhak menentukan hidupmu. Mas Bagas bukan mengajarkanmu untuk jadi anak durhaka, tapi Mas Bagas hanya ingin adik kesayangan Mas bahagia menjalani hidupnya. Mas Bagas gak mau kamu menyesal karena meninggalkan mimpimu. Memang berat meyakinkan bapak dan ibu, tapi seiring waktu Mas yakin mereka akan mengerti.

Kinan, jaga dirimu. Mas akan menjaga dan mendukungmu dari surga.

Sepucuk surat dari Mas Bagas sukses membuat air mataku mengalir deras. Mas Bagaslah orang yang paling mengerti akan semua mimpiku. Dan orang itu kini telah pergi untuk selama-lamanya. Aku memeluk erat surat dari Mas Bagas itu sambil terisak. Mas Tian masuk ke kamarku, didapatinya aku tengah berlinang air mata masih dengan seragam sekolah. Mas Tian tak berkata sepatah kata pun, ia langsung memelukku erat sembari mengusap lembut kepalaku.

“Kinan kangen Mas Bagas,” ucapku serak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun