Mohon tunggu...
Yusi Kurniati
Yusi Kurniati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan penikmat sastra

Penulis novel Ayam Goreng Gadamala & Pria Berkacamata (2021), Pacar Dunia Maya (2016), Kumpulan cerpen Sepenggal Kisah (2016), dan kontributor dalam 45 antologi cerpen dan fiksimini. Alumnus S2 Pendidikan Bahasa Universitas Negeri Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Doa Restu

21 September 2020   22:02 Diperbarui: 21 September 2020   22:36 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Trus gimana, Mas? Ketangkep ga pelakunya?” Aku antusias.

“Ketangkep Dek, Mas Bagas jadi salah satu yang melumpuhkan pelaku,” terangnya.

“Wah, Mas Bagas keren!” Aku kagum pada kakak tertuaku itu. Dibanding kedua kakakku yang lain aku memang lebih akrab dengan Mas Bagas. Dua kakak kembarku itu lebih suka berteman dengan buku-buku mereka. Tak heran, karena mereka ingin mengikuti jejak bapak menjadi dokter.

“Dua hari yang lalu Mas Bagas ikut latihan nembak lagi Dek,” lanjutnya.

“Nembak Mas? Wah, keren! Seru ga Mas?” Aku lagi-lagi terkagum-kagum.

“Seru banget Dek, ini nih jenis senjata yang dipake” Mas Bagas menunjukkan gambar sebuah senjata api yang digunakannya untuk berlatih menembak.

“Ini namanya Remington 700,” ucap Mas Bagas. Aku memperhatikan dengan saksama senjata berkaliber 7,62 x 51 mm itu. Entah kenapa senjata yang biasa digunakan oleh para marinir itu begitu menarik di mataku. Mungkin sebagian orang akan menganggapku sebagai gadis aneh. Yah, wajar. Mana ada gadis usia belasan yang tertarik dengan senjata api? Tapi aku tak bisa membohongi diri sendiri bahwa sejak saat itulah aku jatuh cinta pada dunia menembak.

“Mas, aku boleh gak ikutan latihan menembak?” tanyaku kemudian. Mas Bagas yang paham akan minatku yang memang cukup aneh kemudian tersenyum.

“Kamu tertarik sama olah raga menembak?” tanyanya. Aku mengangguk mantap. Entah mengapa aku begitu yakin saat itu, padahal ini kali pertamanya aku melihat senjata api (yang hanya berbentuk gambar). Mungkin inilah yang dinamakan jatuh cinta pada pandangan pertama.

“Nanti ya, kalau kamu sudah SMA. Mas Bagas punya  kenalan tempat olah raga menembak. Kamu itu nurunin sifat Mas Bagas banget ya, Dek.” Mas Bagas tertawa sembari mengacak rambutku perlahan.

“Nih, Dek. Ini namanya Kowad atau tentara wanita, kalau ini polwan, nah ini anggota brimob, Dek. Kalau kamu bisa jago tembak, kamu bagusan ke brimob. Bisa jadi penembak jitu, lho.” Mas Bagas menunjukkan artikel tentang para wanita yang menggeluti dunia militer. Ada yang menjadi Kowad yang terpilih untuk menjalankan misi perdamaian di daerah konflik, ada pula brimob wanita yang masuk menjadi pasukan wanteror (anti teror). Semua membuatku tambah tertarik dengan dunia militer.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun