Kutarik lengan Adam, dan membawanya pergi. Meski sempat mendapatkan protes tapi mereka bisa apa? Semua orang tahu kami bertunangan. Ku bawa Adam ke perpustakaan yang lumayan sepi, beberapa pasang mata memperhatikan.
"Kalau kalian nggak mau kena masalah mending pada minggat!" ancamku. Semua anak yang sedang berada disana langsung kabur, kurasa mereka cukup tahu siapa papaku! Ruangan sudah sepi.
"Lu kalau kangen nggak usah nyari tempat sepi, semua orang juga tahu kita bakal nikah!" ujarnya, ku pelototkan mataku padanya, "siapa juga yang kangen sama lu, nih!" ku tunjukan streaming video salah satu adegan mesranya dengan Kimmy di filmnya itu.
Ekspresinya biasa saja menatap layar hpku dan beralih ke wajahku, "ya, itu emang gue!" sahutnya.
"Gue juga tahu itu lu, maksud gue..., kenapa adegannya beneran kek gitu?" seruku setengah berteriak. Kurasa ia tahu kalau aku benar marah.
"Ya itu tuntutan profesionalitas, namanya juga main film romance. Pasti ada mesra-mesraannya dikit!"
"DIK-kit!" potongku, "kalian tuh belai-belaian, buka-an baju lalu ciuman, lu bilang dikit!"
"Key, cuma sebatas itu kok. Nggak lebih, lagian ini film nasional bukan bokep. Jadi nggak mungkin ada adegan yang melanggar SARA, dan ini profesi gue sebagai aktor!"
"Tapi gue nggak suka!" potongku lantang.
Seketika kami diam. Dan aku segera menyadari perkataanku yang kurasa bisa ia mengerti, "tunggu, lu nggak suka gue mesraan sama cewe lain gitu?" ujarnya.
Aku terkesiap, langsung tergagap, "eh..., eh...," ku balikan tubuhku dan melangkah sedikit. Disaat aku kebingungan mau menjawab apa, terdengar tawanya yang merdu. Menggelegar memenuhi ruangan.