Aku hanya melamun di dalam kamar.
Satu bulan tanpa Adam.
Aku mulai meracau sendiri. Sering blank. Setiap ada telepon masuk, tanpa kulirik nama yang muncul ketika kuangkat aku langsung mengomel selayaknya tengah mengomeli Adam. Aku tak pernah melepaskan hpku dari diriku, setiap malam ku peluk hp itu, siapa tahu Adam akan menelponku. Atau, mengirimiku pesan WA.
Delapan bulan tanpa Adam.
Aku mulai menjalani rutinitas normal, tapi masih sama. Aku tidak akan melepaskan teleponku sampai terlelap. Meski semua orang bilang Adam sudah meningal. Aku tidak akan percaya.
Sebelum aku sendiri yang membunuhnya karena telah membuatku sengasa seperti ini. Ia membuktikan kata-katanya, bahwa ia akan membuatku sengsara dengan sangat menginginkannya. Ya, sekarang aku sangat mengingingkan Adam. Aku ingin Adam ada disisiku. Aku ingin mendengar suaranya. Aku ingin merasakan pelukannya, aku ingin merasakan ciumannya. Atau, semua kenakalannya!
Aku tetap tak bisa hidup seperti dulu, seperti sebelum Adam muncul dalam hidupku. Aku tak bisa! Karena ia pergi membawa sebagian dari diriku. Aku tak akan bisa menemukan separuh diriku jika tak bisa bertemu dengannya lagi.
Aku sedang membaca pesan WA dari Adam 8 bulan lalu, ketika langkah kaki kak Keyga membuatku mengalihkan perhatian, ia duduk di tepi kasur seperti biasa. Ia melirik layar hpku yang kupangku,
"Lu benar-benar cinta ya sama Adam?" tanyanya. Itu adalah pertanyaan bodoh! Ia tahu bagaimana perasaanku terhadap Adam dan ia masih bertanya?
"Key, lu harus tetap melanjutkan hidup lu. Masa depan lu masih panjang!"
"Kalau kakak ada di posisi Key,____tapi tidak, kakak tidak berada di posisi Key. Kakak nggak akan ngerti!"