"Key,"
"Key benci sama Adam!" potongku, "Key sangat-sangat-sangat benci sama Adam. Saking Key bencinya..., Key nggak bisa hidup tanpa Adam kak...," tangisku pecah, tapi aku belum meraung. Hanya lelehan panas ini mulai membanjir, "kenapa Adam tega lakuin ini? Dia mencuri sebagian dari diri Key, sebagian dari jiwa Key, lalu dia menghilang begitu saja..., seharusnya datang buat nikahi Key kak. Tapi dia pergi..., dia pergi...," dan selanjutnya aku hanya bisa menangis tersedu-sedu dalam pelukan kak Keyga.
Setelah tangisku sedikit mereda, kudengar kak Keyga mengucap sesuatu yang membuat jantungku berhenti berdetak.
"Apa?" seruku mendorong tubuh kak Keyga menjauh dariku, kuberi tatapan tak percayaku.
"Bulan lalu, mereka menemukan Adam. Dia masih hidup, hanya...,"
Aku tak bereaksi, hanya terpatung mendengar cerita kak Keyga. Tubuhku lemas seketika. Adam masih hidup, dan tak ada yang memberitahuku!
 ••••••••••• Â
"Sudalah ma, hentikan!" ku dengar suara Adam lemah.
"Tapi Adam, Key...,"
"Ma, please. Jangan sebut nama Key lagi, itu nggak akan mungkin ma. Sewaktu Adam normal saja, Key itu benci sama Adam. Apalagi sekarang...,____ Adam sudah nggak berguna ma, Key pasti tambah benci sama Adam!" suaranya geram tapi bergetar. Penuh luka.
"Jadi begitu!" ujarku.