Mohon tunggu...
Firdaus Ahmadi
Firdaus Ahmadi Mohon Tunggu... Dosen - Dosen dan Penulis

Dosen dan Penulis

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Daniel (From Zero to Hero)

30 Maret 2021   09:18 Diperbarui: 30 Maret 2021   09:34 398
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Daniel, From Zero to Hero
--- firdaus79
Rumah panti asuhan Ayah Ibu adalah tempat seorang anak manusia bernama Mohammad Daniel tinggal, belajar dan berbisnis. Ia berasal dari keluarga yang tidak mampu, tinggal dipanti asuhan agar bisa melanjutkan sekolahnya. Daniel belajar banyak bisnis dari pemilik Yayasan Ayah, Ibu Sri yang juga merupakan seorang pengusaha didaerahnya, hingga ia bisa kuliah dan berkenalan dengan banyak orang, termasuk dengan teman -- temannya dari Panti Asuhan, di Kampus juga Daniel berkenalan dengan Dosennya dr.Rere. M.Kes yang belakangan menjadi dilema hubungan panjang antara mereka, yang akhirnya berakhir dengan pengkhianatan mereka (teman dan Dosennya) terhadap Daniel. Apakah yang akan terjadi antara mereka?, bagaimana dengan akhir hubungan antara Daniel dengan teman -- teman dan Dosennya?, bagaimana dengan Panti Asuhan tempat Daniel belajar dari kecil?, dan bagaimana dengan bisnis -- bisnis Daniel?

1.  Introduction

Sore itu, telihat hujan deras sekali, padahal sudah masuk musim kemarau, katannya efek domino El Nino, atau apalah.  Daniel hanya melihatnya dari jendela dalam rumah panti asuhan tempai ia bernaung, bernauang bukan saja dari hujan tapi dari hidupnya yang serba kesusahan, rumah panti asuhan ini memang menjadi tempatnya berlindung dan bagi sekitar empat puluh orang yang didalamnya. Namanya Panti asuhan Ayah-Ibu, dibawah Yayasan Ayah -- Ibu, pemiliknya ibu Sri seorang pengusaha keturunan bangsawan Yogyakarta dan bersuamikan seorang mantan pejabat BUMN namun sudah lama meninggal sekitar sepuluh tahun yang lalu. Dahulu mereka berdua yang menjalankan panti asuhan ini, sekarang tinggal ibu Sri dan kedua anak -- laki -- lakinya, sedangkan letak panti asuhan tepat di depan rumah besar ibu Sri, dan Panti asuhan Ayah -- Ibu ini untuk semua suku, agama, ras dan  antar golongan, ibu Sri tidak membedakan semuanya.

Orang tua Muhammad Daniel nama lengkapnya masih ada namun tinggal ibunya, bapak Daniel sudah lama meninggal dan mereka orang yang serba kekurangan. Dia dititipkan di rumah Panti Asuhan bersama adik perempuannya karena ibunya tidak sanggup membiayai  hidupnya termasuk biaya sekolahnya, tinggallah ibunya bersama kakak perempuannya.  Daniel masih sekolah dasar kelas enam sedangkan adiknya sudah kelas tiga.  Malam itu sesuai jadwal yang ditentukan pengurus panti ada kajian masalah agama setelah sholat Isya, dengan mengundang Ustadz, biasanya  sering dihadiri ibu Sri dan anak -- anaknya. Dalam kesempatan itu ibu Sri sering memberikan nasihat -- nasihat kepada anak -- anak panti untuk selalu tegar dan tabah dalam menghadapi hidup.  

"ingatlah kalian di titipkan kesini bukan karena orangtua kalian tidak sayang kepada kalian, tapi karena mereka lebih mementingkan kesejahtaraan kalian, sekolah kalian dan kesehatan kalian, kalian harus sabar dan tegar dalam menghadapinya ". Setelah menghela napas panjang ibu Sri melanjutkan

"ikutilah kata -- kata kakak -- kakak  kalian yang mengurus kalian di  panti ini, nanti kalau ada masalah kalian bisa membicarakan dengan ibu, tidak usah takut, jangan diam saja ", anak -- anak panti lainya hanya menanguk saja.

Seperti biasa, paginya Daniel dan anak -- anak panti lainnya berangkat sekolah, tempatnya tidak jauh dari panti sedangkan anak -- anak ibu Sri sudah besar dan sekolah di SMA.  Di sekolah Daniel termasuk anak pintar dia selalu masuk rangking lima besar, umumnya anak -- anak panti adalah anak -- anak yang pintar, mereka dididik dengan baik dengan penuh disiplin oleh ibu Sri dan kakak -- kakaknya pengurus panti, hampir -- hampir seperti kamp tentara semua penuh disipin, kecuali mereka adalah orang sipil.

Setelah mereka agak besar Daniel dikuliahkan di kampus Universitas di Jakarta sedangkan anak -- anak ibu Sri dikuliahkan di luar negri. Daniel dikuliahkan karena prestasi yang bagus di sekolahan walaupun bukan rangking satu, ada nilai tersendiri bagi Yayasan, bukan saja ia seorang pekerja keras lebih dari itu ia punya naluri bisnis yang bagus, sewaktu kecil ia sudah berjualan di sekolahannya, baik menjual makanan, minuman sampai menjual baju, celana. Apa saja dilakukan untuk mendapat uang lebih untuk menambah biaya hidupnya dan sebagian ia berikan untuk ibunya. Ia mulai intens dalam berbisnis waktu ia SMA. Uang yang diberikan sebagai uang jajan dari panti ia pakai untuk belajar berbisnis.  Pada dasarnya ada keinginan Ibu Sri agar Daniel ikut kakak -- kakaknya, anak -- anak ibu Sri untuk kuliah diluar negri, tapi mengingat ibunya dan saudaranya yang masih butuh keberadaannya ia menolak dengan halus keinginan ibu Sri, dan ibu Sri menerima alasan Daniel. Sewaktu dipanggil di  rumahnya ibu Sri, Daniel mengatakan,

"terima kasih atas niat ibu menyuruh saya agar bisa kuliah keluar negri, namun saya teringat ibu dan saudara -- saudara saya, alhamdulliah sayapun sudah mempunyai kesibukan dari usaha -- usaha saya walaupun masih kecil, semuanya atas bantuan ibu", Daniel juga bercerita tentang usahanya dengan harapan ibu Sri memberikan izin agar ia tidak kuliah di luar negri, yah syukur -- syukur mendapat modal dan proyek buat percetakan kecilnya.

"yah, tidak apa -- apa Neil, ibu sudah tahu semuanya, tapi kalau kamu selesai S1 di sini nanti S2 kamu harus bisa kuliah di luar negri".

"insya Allah Bu",

"sekarang kamu usaha apa saja?", akhirnya ibu Sri bertanya tentang usahanya

"sekarang ini saya usaha percetakan dan rumah makan, saya kerja sama dengan Lie sesama orang panti bu",

 "ooh, yang orang putih keturunan Cina Padang itu, dia kuliah sama dengan kamu kan?",bertanya ibu Sri

"iya bu", Daniel sendiri keturanan Betawi Sunda, Bapaknya dari Betawi sedangkan ibunya dari Sunda Bogor.

"dia mengurus rumah makan kita dan juga si Rojak anak panti juga bu", Rojak anak Betawi asli diajak Daniel untuk membantu usahanya, walaupun masih sekolah tapi rajin.

"di rumah makan siapa masak? dan dimana tempatnya?"

"kami menyewa kontrakkan di dekat panti bu dan yang masak anak -- anak panti yang perempuan"

"ibu senang sekali dan selalu ingin membantu usaha kamu apalagi kamu selalu mengikutkan sesama anak -- anak panti yang lain"

"adik saya sering saya suruh membantu bu, dia saya taruh di percetakan, sekarang ini kami harus punya obyekan untuk membayar honor mereka".

"nanti kalau ibu dapat proyek untuk kalian, ibu akan memberitahu"

"terima kasih bu".

2. Campus life 

            Dikampus Daniel terkenal rajin mengikuti kegiatan -- kegiatan kampusnya, dari Senat sampai Kerohanian Islam dia ikut, alasannya sederhana saja, untuk mencari relasi siapa tahu mendapat proyek, dan memang ia sering mendapat proyek dari kegiatan yang ia ikuti, seperti percetakan baju buat mahasiswa baru, sticker, pengadaan baju/celana buat panitia penerimaan mahasiswa baru hingga di bulan puasa rumah makan ia mendapat order makanan siap saji untuk buka puasa bersama setiap harinya di Masjid di kampusnya, belum lagi order - order dari kantor - kantor ibu Sri. Bagi Daniel usahanya ini bukan saja keberhasilan dirinnya saja tapi juga timnya.  Sedangkan dikeluarganya, ibunya sudah pensiun sebagai staf di Kelurahan sementara kakaknya ia suruh melanjutkan sekolah yang sempat putus dijalan, ia hanya ingin tunjukkan kepada keluarganya, ibu Sri dan pengurus panti lainnya bahwa ia bisa berhasil.

Pagi itu Daniel dan Lie diundang oleh pihak Fakultas Ekonomi Universitas tempat mereka kuliah sebagai utusan dari Senat Fakultas dan Kerohanian Islam dengan agenda Rapat Penerimaan Mahasiswa Baru. Diruang rapat Fakultas disitu sudah ada Dosen -- dosen, sesama mahasiswa senior dan pejabat -- pejabat kampus. Setelah mengucapkan salam Dekan Fakultas Ekonomi Prof.Budiman berbicara,

"Alhamdullillah tahun kemarin kita mendapat banyak mahasiswa hampir 300 orang buat S1 sedangkan S2 mendapat sekitar 50 orang, suatu pencapaian yang bagus sekali, Rektor dan Yayasanpun sudah mengucapkan selamat kepada kita, saya harap tahun ini akan lebih baik".

"semua berkat kerjasama yang bagus antara civitas akademika bahkan sampai mahasiswa yang kita libatkan", Ibu Winda, Wakil Dekan menyambahkan.

"termasuk Senat dan Organisasi - organisasi yang ada dibawahnya".

 "kami melakukan karena kita menghormati dan menyayangi kampus kami",kata Daniel

Lie menambahkan,"kami melakukan ini atas petunjuk dari bapak ibu Dosen".

"baguslah kita semua berkerjasama gotong- royong untuk kelanggengan kampus kita", keluar kata -- kata daerah Jawa Yogya dari Prof. Budiman, ditambahkan lagi,

"kita sekarang membuat Panitia Baru Penerimaan Mahasiswa Baru, saya punya usul untuk mengangkat bapak Rudi, SE, MBA sebagai Ketua Panitia Baru Penerimaan Mahasiswa Baru dan dr. Rere. M.Kes sebagai Wakil Ketua, dengan pertimbangan mereka punya pengalaman dari tahun -- tahun kemarin, dan mereka boleh mengatur dan mengangkat anak buah sendiri, untuk anggaran silakan bicara dengan ibu Winda".

Terlihat yang lain mengangguk saja tanda setuju.

dr. Rere M.Kes adalah kepala Klinik di kampus, cantik masih single dan juga kadang menjadi seorang model, Indo antara Betawi dan Turki, dan masih saudara pemilik yayasan kampus. ini yang membuat Daniel menjadi semangat dalam berbisnis dan tentu saja kuliahnya.

Kata Lie sambil berbisik,"yahh kita sih hanya bisa melihat saja, jangan coba -- coba berharap". Sedangkan Daniel hanya terpesona melihat dr. Rere dan sedikit berkhayal nakal. 

dr. Rere bertanya kepada Daniel.

Dengan gugup Daniel menjawab,"sssaya siap pak, eh maksud saya bu, mba",

Mereka agak tertawa lepas melihat tingkah laku Daniel,

"apa yang siap", tanya dr. Rere, agak tersenyum juga melihat keadaan Daniel. dr. Rere sebetulnya sudah tahu sikap Daniel terhadapnya, ia hanya berpikir sikap Daniel terhadapnya hanya sikap yang biasa antara mahasiswa dan Dosen. dr. Rere. M.kes mengajar di kelas statistik.  

"begini Niel, Lie", terdengar berkata Neil, berusaha untuk bersahabat tapi yang dipanggil seperti itu pasti berbeda tanggapan.

"Coba kalian mengkoordinir teman -- teman kalian seperti tahun kemarin, nanti Insya Allah ada duit lelah bagi kalian seperti yang dulu kita kerjakan".

"bagaiman rencana untuk membuat acsessoris buat calon mahasiswa baru bu?", tanya Lie, ia bertanya untuk proyek -- proyek yang mereka harapkan melihat Daniel kelihatannya masih jetleg melihat dr. Rere. dr. Rere tahu itu dan mengatakan akan dirapatkan antara Panitia Utama karena menyangkut anggaran.

Bapak Rudi menambahkan," untuk Panitia Inti akan diadakan rapat lagi besok pagi untuk menuntukan struktur anggota dan terutama anggaran pelaksana". Rapatpun selesai.

Di kantin kampus Lie mengomeli Daniel, 

"ente gimana sih, nga ada usahanya sedikitpun, cuman bengong aje"

"gue ngga tahu dah",

"ente kalau ketemu dr. Rere kaya kemasukaan jin, bengoong aje, fokus donk" 

"iye iye, kata dr. Rere belum diputuskan, yah tunggu aja",

"jangan tunggu aje, press tekan kalau bisa, gimana bayar anak buah", terlihat Lie penasaran sekali terhadap proyek di depan matanya yang belum jelas larinya kemana. Lie memang belakangan terlihat menjadi sosok yang ambisius, mungkin sudah bisa melihat banyak duit, sesuatu yang dulu hanya menjadi angan -- angan saja.

3. Curhat 

Sebaliknya dengan Daniel, semenjak kenal dr. Rere ia terlihat agak malas, jarang ke rumah kontrakan tempat mereka berbisnis  apalagi ke panti, terlihat sering bengong, sering menghayal, hilang semuanya semangat yang ia sering tunjukan kepada anak -- anak panti dan teman -- temannya, sudah setahun lebih ia seperti itu. Hal itu yang  membuat Lie dan anak -- anak panti menjadi kesal termasuk adiknya, dan kemudian bertemu dengan ibu Sri, curhat,

"saya sudah mendengar semuannya, saya sangat menyayangkan keadaan ini, kalian sudah membicarakan semuannya dengan Daniel?"

"kami sudah membicarakan semuannya dengan Daniel bu",Lie berusaha bersikap tenang.

Rojak berusaha menerangkan,"iya bu, terakhir dua hari yang lalu, memintannya agar ia fokus dalam bisnisnya, ia selalu menjawab semuannya tidak ada masalah". Rojak juga sudah kuliah di kampus Daniel, dia dibiayai oleh Yayasan Ayah -- Ibu pimpinan ibu Sri.

"bagaimana dengan usaha bisnis kalian?"

"semuannya masih berjalan bu, tapi sekarang kami ini seperti kapal tanpa nakhoda, biasanya tiap hari ia datang mencheck semuanya baik rumah makan atau percetakan, sekarang ia jarang datang, alasannya cari clientlah, kuliahlah, banyak tugaslah".

"seharusnya kalau ia bisa fokus dengan kuliah dan bisnis, seharusnya tidak harus seperti ini", ibu Sri berusaha menenangkan semuanya.

"coba ceritakan Lie, kamu yang tahu masalah Daniel, memangnya cantik sekali dr. Rere itu?, sampai Daniel menjadi seperti itu"

"iya bu", Lie menceritakan apa adanya

"padahal dr. Rere hanya menganggap Daniel hanya sebagai salah satunya mahasiswanya, ia juga sudah mempunyai calon dan Deniel tahu itu, saya sudah memperingatkan, tapi sepertinya ia tak mahu tahu, ia selalu menjawab namannya juga usaha, tapi mana usahannya bisanya cuman bengong, kalau ketemu, pasti takut ia".

Ibu Sri terlihat tersenyum,

"nanti saya akan bicarakan dengan Daniel, untuk sementara urusan rumah makan dan percetakan kalian berdua yang handle".

"iya bu", akhirnya menjadi antiklimaks dari usaha -- usaha Daniel yang selama ini ia perjuangkan dari 0.

Danielpun dipanggil ibu Sri besok paginya, sebelum ibu Sri berangkat kerja,

"kamu kenapa? bikin orang -- orang jadi bingung?", tegas tapi tenang.

Untuk yang ini, Daniel tidak bisa main -- main,

"saya juga bingung bu, saya tidak merasa ada masalah dengan diri saya, tapi saya juga meminta maaf atas kesalahan saya bu", dengan raup muka yang agak memelas

"berarti kamu tahu yang salah".

Sambil tertunduk,"iya bu",

Ibu Sripun langsung menasehati Daniel 

"ibukan sering memberitahukan kepada kalian, kalau kalian ada masalah bicarakan dengan ibu, jangan diam saja.  Kamu sekarang kuliah dan berbinis kalau bisa fokus masalah seperti tidak perlu terjadi".

"iya bu".

"sekarang kamu bisa menyelesaikan masalah kamu dengan banyak mengingat Allah, banyakin mengaji, banyak istghfar", ibu Sri sengaja tidak menyebut inti masalah yang dialami Daniel, takut menyinggung perasan Daniel, Daniel memang orangnya agak pendiam tapi penuh ide, ibu Sri berkeyakinan bahwa orang yang pendiam akan sensitif.

"saya sudah menyuruh Lin dan Rojak untuk mengurus usaha -- usaha kamu sampai kamu bisa menyelasaikan masalah - masalah kamu".

"iya bu", lemas, gara -- gara dr. Rere semuannya menjadi kacau.  Tapi semua usaha -- usaha adalah punya dia, ide, perjalanan dan dana awal sendiri, baru setelah agak besar masuklah Lie, Rojak dan ibu Sri dengan proyek -- proyeknya. Tapi sudahlah, dia menyandari dia yang salah, istilahnya dia masih punya "saham" disana. 

Sekarang ia harus mulai dari awal lagi, dalam renungannya ia berkata, ia seorang pemikir dengan ide -- idenya yang briliyan, seorang pelaksana, tidak ada lagi yang lebih baik dari itu, sekarang apa lagi yang harus dia lakukan, ia evaluasi kekurangan dan kelebihannya. Kelebihannya  dia masih punya duit sisa tabungannya, panti asuhan masih menerima dia, biaya kuliah masih ditanggung Yayasan Ayah -- Ibu, ibunya dan saudaranya masih sehat dan masih punya dana untuk mereka. Kekurangganya semua bisnisnya sudah diambil alih oleh teman -- temannya sendiri dan teman -- temannya juga menjauhinya. Tapi, pasti ada hikmahnya dari kejadian ini, dan ia tidak tahu bagaimana ceritannya sampai dr.Rere bisa tahu masalah yang ia hadapi.

Setelah ia selesai menjalankan kuliah, sambil berjalan ia didekati dr.Rere,     

"Assalamu'alaikum, bagaimana kabar kamu Niel?",

Seperti biasa Daniel langsung gugup,"Walaikum salam, sssaya baik -- baik saja bu, bagaimana kabar ibu?",mulai berani ia.

"baik saja, bagaimana kabar panti asuhan?", Daniel, Lie dan Rojak  memang terkenal mahasiswa dari panti asuhan.

"baik -- baik saja",

 "kemana teman -- temannya?", yang ia maksud Lie dan Rojak.

"saya sudah beberapa hari ini tidak ketemu dengan mereka, mungkin kuliah di jam yang beda bu", Daniel tidak mau menceritakan masalah diantara mereka.

Sambil berhenti dr. Rere bertanya,

"kamu sedang ada masalah dengan mereka yah?",

"engga bu",

"saya sudah mendengar semuannya, dua hari lalu kami mengadakan rapat anggaran untuk Penerimaan Mahasiswa Baru dan diputuskan untuk mengalokasikan dana untuk baju, celana mahasiswa baru juga panitia untuk lewat usaha percetakan kamu tapi kamu tidak hadir, yang ada hanya Lie dan Rojak, berkali kali saya tanya katannya kamu sibuk. Akhirnya mereka bercerita yang apa sebenarnya terjadi", setelah terdiam dr. Rere melanjutkan

"memang bukan hak kami untuk mengetahui yang terjadi, hanya saja saya merasa saya punya "andil" dalam masalah kalian", agak tergetar suaranya.

"saya yang salah bu, bukan ibu, yang sudah sudahlah bu, saya berdoa dan yakin mereka bisa melaksakan proyek -- proyek dari ibu".

"menurut saya ini tidak adil Neil, kamu yang buat usaha itu dari awal, tau -- tau kamu disingkirkan", (Alhamdullillah akhirnya ada yang dukung, dari orang yang paling membuat masalah ini sampai terjadi. Agar terharu juga)

Daniel menghela napas panjang, lalu tiba -- tiba mengatakan untuk mengalihperhatian,"saya sudah dua tahun ini tidak makan gado -- gado  mpok Iyam di depan kampus, ibu mau saya traktir di sana, yah sekali -- kali makanan di emperan, sekali -- kali makan makanan tidak sehat".

Orang yang ditanya bengong tidak menyangka Daniel akan berbicara seperti itu, untuk kemudian menganguk.

Yah kapan lagi bisa makan siang dengan dr. Rere, keberanianya Daniel timbul demi mendengar kata -- kata dr. Rere.

"memangnya kamu masih punya duit?", terlihatlah sifat asli Daniel, ia tidak mau membicarakan masalah ia dengan teman -- temannya dari panti asuhan, dengan sabar ia malah mendoakan agar usaha teman -- temannya bisa berjalan dengan lancar, itu yang membuat dr. Rere suka akan keperibadian Daniel.

"yaah insya Allah kalau buat traktir ibu masih ada", akhirnya bisa makan siang dengan dr. Rere, dream come true, mungkin juga bisa berlanjut, wallahua'laam

dr. Rere hanya tersenyum, tidak tahu apa yang ada di hatinya.

4.  Era Investama.

Kejadian demi kejadian yang baru saja terjadi membuat semangat Daniel kembali, semangat kuliah, berteman lagi dan yang penting insting bisnis dia. Sekarang ia hampir menyelesaikan kuliah, sedang skripsi dengan dibimbing salah satunya oleh dr.Rere terutama masalah statistik yang memang ia lemah sekali disitu, hal itu tidak membuatnya putus asa, ia mengambil penelitian di Bursa Berjangka di Jakarta. Ia meneliti perusahaan investasi yang sudah go internasional maupun yang belum. Ia banyak belajar disitu, intinya atau gampangnya, investasi disini adalah salah satunya adalah mencari perusahaan yang butuh dana untuk menjalankan usahanya atau perusahaan yang tidak bagus atau hampir bangkrut yang butuh dana untuk usahanya yang kemudian diambil alih manajemannya untuk diperbaiki agar menjadi lebih baik, yang akhirnya bisa meningkatkan kinerja perusahaan itu. Bukan usaha - usaha investasi tidak jelas seperti yang sekarang ada dengan sistem bagi hasil yang tidak masuk akal.

Hal itu menjadikan ide sendiri bagi Daniel, ia masih punya duit dari usahanya yang dulu yang pernah ia pimpin kemudian ia punya kenalan client waktu usahanya di percetakan, pak Made namanya yang punya usaha kursus bahasa Inggris "English First Think", namun sedang lesu, bahkan usahanya akan dijual dan pak Made berencana akan pulang kampung.

Di ruko tempai ia menjalankan kursus bahasa Inggrisnya Daniel bertemu dengan Pak Made,

"bapak jangan pulang kampung dulu, saya punya ide untuk berinvestasi di usaha bapak".

"maksud kamu",

"saya masih punya duit untuk berinvestasi di kursus bahasa Inggris bapak, saya punya ide untuk membuat freanchise usaha kursus bapak"

"iyaa saya tahu ide tersebut, tapi itu butuh proses yang tidak mudah, terutama masalah sumber daya baik manusia atau fisik terutama gedung, gedung kita masih sederhana, mana mau ada orang mau kerjasama dengan kita"

"kita akan sewa ruko yang disebelah, kita akan perbaiki tampilan gedung agar lebih besar dan elegan, SDM kita akan naikan honor mereka, Saya akan investasikan dana saya untuk hal ini, bagaimana pak? "

"kalau bagitu kita kerjasama saja dengan sistem bagi hasil"

"itu maksud saya"

Dengan idenya Daniel meminta pak Made untuk mengurunkan niat ia pulang kampung di Bali. Dengan pengalamannya sebagai sebagai pemimpin suatu usaha, dengan dana yang cukup dari Daniel dan prosentase bagi hasil yang sesuai perjanjian, pak Made akhirnya mengijinkan Daniel untuk mengambil alih usaha dia.

Lama juga usaha Daniel untuk memajukan usaha kursusnya, namun selama itulah skripsinya telah selesai, ia mendapat nilai A dari penelitiannya, dr. Rerepun bangga "mahasiswanya" mendapat nilai yang bagus, sedangkan usaha kursus sedikit demi sedikit berhasil dengan mendapatkan client dan murid dari hasil freanchise yang ia usahakan setelah ia mengikuti pemeran -- pemeran dimana - mana, alhamdullillah usaha ia mulai terbayar. Sekarang usaha kursusnya English First Think sudah punya cabang dimana -- mana. Ia pun mulai melirik bisnis baru sebagai seorang investor. Alhamdullillah ia mulai "mengakusisi" lembaga -- lembaga kursus yang lainnya yang butuh pendanaan, sebagian besar mereka adalah teman -- temannya pak Made, bukan saja dari kursus bahasa Inggris saja tetapi juga kursus lainnya sampai mengambil alih sebuah sekolah, hingga Daniel membuat perusahaan sendiri, perusahaan investasi dengan nama "Era Investama" dan menjadi Direkturnya. Diapun membuka kantornya di Selatan Jakarta, disebuah komplek bisnis di segitiga bisnis Jakarta. Sementara ibu Sri tidak tahu menahu, yang ia tahu Daniel bekerja di Lembaga Kursus ternama, itulah yang terdengar maka biarlah seperti itu. Setiap satu tahun sekali Daniel datang ke panti asuhan pas lebaran, ia baru bertemu dengan ibu Sri, kakak -- kakak pengolala panti, Lie, Rojak dan adik -- adik panti. Sedangkan adik perempuannya sudah diambil oleh Daniel dari Panti Asuhan.    

Sekarang ini ia sedang mengincar dua perguruan tinggi swasta yang hampir tutup karena kekurangan mahasiswa dan ada masalah dimanajemannya, yaitu Sekolah Tinggi Ekonomi dan Sekolah Tinggi Informatika. Ia mendapat informasi dari orang yang bekerja sebagai pegawai negri dari Depertement Pendidikan dan Kebudayaan dan mengatur pertemuan pertama dengan pemilik kampus, ketika bertemu mereka di kantor Yayasan, Ketua Yayasan sebagai pemilik kampus, bapak DR. Hari Siregar, Daniel berkata,

"kalau bapak percaya dengan saya, insya Allah saya akan merubah kampus ini menjadi lebih baik"

Bapak Hari hanya menganguk pelan, mungkin belum percaya dengan Daniel, memang terlihat Daniel masih muda, belum punya pengalaman dalam pengorganisasian sebuah kampus, tapi mau bagaimana lagi, dia melihat Daniel orang yang serius, dan sudah berhasil mengurus beberapa tempat kursus dan sudah mempunyai cabang dimana -- mana dan yang paling penting ia butuh dana segar untuk operasional kampusnya.

"saya berterima kasih atas keinginan bapak, saya akan bicarakan terutama dengan keluarga saya dan tentu saja dengan struktur pejabat yang ada"  

"saya berharap bapak akan memikirkan keinginan saya demi kebaikan kampus bapak". Maunya Daniel, ia ingin membeli kampus ini, tapi kekurangan dananya, sedangkan pemiliknya masih ingin memilikinnya, buat anak cucunya katanya.

"kira -- kira apa yang bapak lakukan dengan kampus kita, kalau misalnya bapak jadi mengambil separuh saham dari kampus kami", tanya bapak DR. Didik Siregar, dia sekretaris Yayasan, masih saudara dengan bapak DR. Hari Siragar.

"pertama saya akan menggabungkan dua institusi tersebut menjadi sebuah Institut yang akan dipimpin seorang Rektor agar kita mudah mengawasinnya, kedua kemudian kita akan merubah menjadi sebuah Institut Bisnis", ia teringat pengalaman Perguruan Tinggi yang pernah melakukannya, selanjutnya,

"ketiga saya akan merubah sistem manajeman yang ada dikampus ini, dari struktur sampai staf dibawah, keempat saya perbaiki tampilan bentuk kampus ini, jika semua selesai saya akan melakukan sistem franchise untuk mengembangkan kampus ini", Daniel langsung bercerita panjang lebar tentang semua ide -- idenya untuk organisasi yang ia ingin ambil alih, sejenak mereka cukup terpana dengan ide -- ide Daniel.   

"jelas ini akan membutuhkan dana yang tidak sedikit, saya sudah mengitung, insya Allah saya bisa mencovernya", memang ini membutuhkan dana yang cukup besar, Daniel ingin berkerjasama dengan bapak Made dan pihak Bank, ia memang sudah menghitung.

Sejenak mereka terdiam kemudian DR. Hary Siregar mengatakan,

"terus terang saya cukup tertarik dengan konsep yang bapak jelaskan, tapi tentu saja saya harus membicarakan dengan orang -- orang yang akan terkait dengan usaha ini, dan saya  akan sangat mempertimbangkan keinginan bapak",

"baiklah pak, saya akan menunggu respon dari bapak".

Yaah memang tidak gampang terjun dalam bisnis ini, setelah keluar dari kantor Yayasan, Daniel langsung mengukuti seminar bisnis di Jakarta. Ia bertemu seorang pengusaha yang lagi krisis, beberapa warung makannya yang bertemakan dari daerah ia tutup karena masalah pemasaran dan keuangan yang buruk. Melihat hal itu Daniel melihat ini sebagai sebuah peluang,

Merekapun bertemu di kantin didekat tempat seminar diwaktu istirahat, setelah berkenalan mereka mulai bercakap -- cakap,

"tadi saya mendengar di dalam seminar bapak bertanya kepada salah seorang penelis bahwa bapak sedang ada masalah di rumah makan "doa ibu" yang bapak kelola, mungkin ada yang bisa saya bantu",

"iya pak, seperti yang saya tanyakan kepada salah -- satu penelis di seminar, saya ini punya delapan warung makan sepertinya ada masalah di pemasaran, cukup susah mencari tempat yang cocok sesuai dengan calon konsumen kami yang biasannya orang -- orang dari ekonomi kebawah, juga masalah keuangan kayanya ada kebocoran disana -- sini, pusing saya menghadapinya", terdengar logat Tegalnya, pak Purnamo orang dari daerah yang cukup sukses di Jakarta.

"sayang sekali saya lihat bapak punya sumber daya yang bagus terbukti bisa membuka delapan cabang di Jakarta, masalah pemasaran dan keuangan kalau saya lihat ada dimana -- mana terutama bagi usaha kecil dan menengah seperti bapak, pasti bapak mempercayakan saudara atau kenalan bapak untuk menghandle keuangan bapak?",

"lho bapak Daniel tahu!..lalu bagusnya bagaimana?"

"bagaimana kita berkerjasama?, namun saya ingin melihat dulu warung makan bapak, lalu kita bicarakan seluruh masalah yang ada seperti masalah keuangan dan pemasaran, bahkan saya tidak ragu - ragu untuk menanamkan dana untuk usaha ini",

"benar pak?"      

"insya Allah, saya juga pernah menghandle usaha yang sejenis".

Alhamdullillah untuk bisnis yang satu ini lebih mudah di "akuisisi" oleh Daniel, pengalaman ia pernah menghandle usaha rumah makan, namun memang ada kekurangan disana - sini, dari mulai masalah keuangan yang tidak sinkron dengan laporan keuangannya, masalah SDM dan pemasaran yang memang yang memang sudah diperkirakan, namun untuk rasa makanan sudah bagus. Iapun menghandle langsung masalah keuangan di rumah makan ini. Jelas banyak yang tidak suka terutama pihak statusquo, ia sudah memperingatkan bahwa ia seorang investor yang pasti dana yang ia tanam harus bisa berjalan baik sebagaimana mestinya. Ia juga memberi nasihat dan pengertian kepada karyawaan yang ada untuk bisa membuat usaha agar lebih baik terstruktur dan terarah, akhirnya tinggalah yang baik -- baik saja yang punya keinginan untuk memperbaiki usaha ini. Selama ini ia sering sidak ke cabang -- cabang rumah makannya, ia menginstruksikan agar menjaga kebersihan karena itu menjadi ciri khas ruman makannya, walaupun pangsa pasar orang -- orang menengah kebawah namun kita harus menjaga kebersihan supaya kelihatan bersih dan sehat.

Sudah ada beberapa usaha yang ia "akuisisi" dan semuannya berjalan dengan cukup lancar, entah cara bicarannya yang bagus, entah keadaan yang memungkinkan, entah ia ketemu orang yang tepat, waulau a'lam. Beberapa lama DR. Hari Siregar menghubunginya, Daniel berpikir, mereka pasti sudah berubah pikiran, untung masalah bisnis rumah makan "doa ibu" sedah selesai. Danielpun bertemu di tempat yang lama, ia sekarang lebih percaya diri dalam menghandapi bisnis ini. Setelah mengucap salam mereka saling berbicara, di dalam  ruang rapat ada struktural kampus yaitu,  bapak Jonan Siregar dan ibu Ani sebagai Ketua masing -- masing Sekolah Tinggi dan ada bapak DR. Didik Siregar sebagai sekretaris Yayasan, kemudian pak DR. Hary Siregar memulai pembicaraan,

"Saya sudah mengumpulkan struktural Sekolah Tinggi untuk mendengarkan apa -- apa yang ingin bapak Daniel sampaikan terhadap kelangsungan kampus kami , silakan",

"terima kasih, seperti yang sudah saya jelaskan, pertama saya akan menggabungkan dua institusi tersebut menjadi sebuah Institut yang akan dipimpin seorang Rektor agar kita mudah mengawasinnya, kedua kemudian kita akan merubah menjadi sebuah Institut Bisnis", ia teringat pengalaman Perguruan Tinggi yang pernah melakukannya, selanjutnya,

"ketiga saya akan merubah sistem manajeman yang ada dikampus ini, dari struktur sampai staf dibawah, keempat saya perbaiki tampilan bentuk kampus ini, jika semua selesai saya akan melakukan sistem franchise untuk mengembangkan kampus ini", Daniel langsung bercerita panjang lebar tentang semua ide -- idenya untuk organisasi yang akan ia ambil alih, seperti biasa sejenak mereka cukup terpana dengan ide -- ide Daniel, terutama struktural kampus.   

"jelas ini akan membutuhkan dana yang tidak sedikit, saya sudah mengitung, insya Allah saya bisa mencovernya", memang ini membutuhkan dana yang cukup besar, sekarang Daniel ingin berkerjasama dengan bapak Made dan bapak Purnomo sebagai investor juga yang sudah ia kenal baik dan pihak Bank, sekali lagi ia memang sudah menghitung.

"untuk level senior staf saya akan minta pertimbangan Yayasan untuk mengganti atau tidak",

Pak DR. Didik Siregar bertanya,

"kalau nanti berubah manjadi Institut kira -- kira siapa yang menjadi Rektornya?"

"insya Allah, kalau jadi kita kerjasama, saya akan mengangkat bapak DR. Rahmat Juwono sebagai Rektor, saya kenal baik dengan beliau, dia pembimbing waktu saya skripsi", Daniel sebenarnya tidak siap dengan pertanyaan itu, tapi untuk menjaga Image omdo (omong doang) gak apa -- apalah.

Tiba -- tiba pak DR. Hari Siragar berteriak,

"baah, itu sih teman kita waktu di Kuliah, teman pak Didik juga", baru keluar logat Bataknya.

Sejenak mereka tertawa, lumayanlah buat menghilangkan ketegangan, pak Hari kemudian bertanya kepada strukturnya ibu Ani dan bapak Jonan Siregar,

"kalau saya pribadi terserah baiknya dari yayasan, semuannya untuk kebaikan kampus kita", ibu Ani juga bependapat yang sama.

"baiklah kalau begitu, nanti kami akan kabarkan bapak Daniel", kata pak Hari

"sebagai tambahan, kalau kita jadi bekerjasama saya akan investasi sebesar empat milyar untuk menjalankan kerja sama kita", kata Daniel memberi semangat orang -- orang yang ada. Ia pikir kampus ini sudah mempunyai tempat yang cukup bagus, jadi tidak usah memikirkan tempat hanya perlu mempercantik kampus ini, biar bagaimanapun tampilan memberi efek yang bagus untuk memulai sebuah bisnis, sisanya tinggal memperbaiki manejerial, keuangan dan sdm, seperti biasa.

"Alhamdullillah", kata orang -- orang yang datang.

Dalam hati Daniel, kalau mereka setuju dengan keinginannya, ia akan merubah nama kampus ini yang tadinya Sekolah Tinggi Informatka dan Sekolah Tinggi Ekonomi menjadi Institut Bisnis dan Informatika dan ia baru pertama mengeluarkan dana sebesar ini, tapi dengan dukungan pak Made dan pak Purwanto sebagai salah satu investor, ia lebih percaya diri, karena sudah membicarakannya dan mereka mendukung.

Beberapa hari kemudian pak Hari Siregar menguhubungi Daniel yang intinya mereka tertarik untuk berkerjasama dengan Daniel dan juga meminta waktu bertemu dengan calon Rektor kampusnya. Dalam hatinya, "saya sudah lama tidak bertemu dengan pak Rahmat, bagaimana kabarnya? tapi nanti bisa diatur lah", iapun minta waktu untuk bertemu. Sebenarnya ia malas kekampusnya, terlalu banyak kenangan, baginya kenangan yang tidak bagus, hanya kepentingan bisnisnya ia datang kekampusnya bertemu dengan bapak DR. Rahmat Juwono, dan satu lagi bagaimana dengan dr. Rere, bagaimana kabarnya? ia sudah hampir empat tahun belum berjumpa, dalam hatinya berkata mudah -- mudah dia belum nikah.

5. DEJAVU

Esoknya Iapun bertemu dengan pak DR. Rahmat Juwono di ruangannya, setelah menunggu DR. Rahmat Juwono selesai mengajar. Pak DR. Rahmat Juwono sudah pensiun makanya ia sudah tidak menjabat, padahal ia kelihatan sehat -- sehat saja, tidak terlihat tua,

"Assalamua'laikum, pak, Saya Daniel, mungkin bapak masih ingat saya, saya bimbingan bapak sewaktu skripsi",

"ya ya, saya ingat kamu, kamu juga dibimbing dengan dr. Rere, kalau tidak salah"

"benar pak"

"bagaimana kabar kamu? sekarang kamu kerja dimana", sambil mempersilahkan Daniel untuk duduk.

"saya kerja di lembaga kursus bahasa Inggris pak"

"memangnya kamu bisa bahasa Inggris, saya inget waktu saya bimbingan dengan dr.Rere kamu bisanya bengong saja"

"sedikit banyak bisa bapak", sambil cengar -- cengir mendengar perkataan DR. Rahmat Juwono.

"bagaimana kabar kamu dengan dr. Rere, katanya kamu pacaran?"

"bukan saya pacarnya pak, saya ini siapalah, apa dia sudah menikah?", Daniel balik bertanya

"belum", jawab DR. Rahmat Jowono.

"Alhamdullillah", reflek saja ia mengatakannya, sekilas teringat ia akan peristiwa beberapa tahun yang lalu, saat ia mendekati dr. Rere saat mereka mengerjakan skripsinya, luar biasa begitu banyak orang -- orang yang tidak suka dengan hubungan mereka, sampai -- sampai ibunya dr. Rere berusaha menasehati Daniel dan juga dr. Rere bawasannya hubungan mereka hanya sebatas antara mahasiswa dan pembimbingnya tidak lebih, aneh padahal dr. Rere tidak mempermasalahkan hubungan mereka, enjoy saja. Daniel akhirnya hanya berkata kepada ibunya dr. Rere juga saudaranya sewaktu Daniel datang kerumah dr. Rere yang besar untuk mengerjakan skripsi, atas keinginan dr. Rere

"benar bu, saya cuman datang untuk mengerjakan skripsi saya tidak lebih", usahanya berpura -- pura didepan keluarga dr. Rere

"terima kasih nak, tapi bukan itu maksud ibu, Rere sudah punya calon pendamping sama juga profesinya dengan Rere, seorang dokter"

"iya bu, saya yang salah", pada pertama ia datang dan bertemu ibunya, ia tahu ini ide yang salah kerumah dr. Rere, tapi dr. Rere yang minta.

Lalu ibunya bercerita kalau sampai Rere menikah dengan orang lain, bukan dari yang masih keluarga mereka, bukan saja dr. Rere yang diasingkan tapi juga keluarganya oleh saudara -- saudara yang lain. Kasihan dr. Rere, setelah ditunggu dr. Rere tidak juga datang di rumahnya, Danielpun memohon pamit, itu saat terakhir dia ingin bertemu dr. Rere, yang ia ingat pada saat itu, ibunya dr. Rere menceritakan semuanya pada dr. Rere waktu Daniel datang, dan sudah diperkirakan dr. Rere "marah" pada ibunya dan saudaranya, tapi dr. Rere akhirnya sadar bahwa ibunya benar, buat apa ia "main -- main" terhadap orang yang baru dikenalnya, mahasiswanya lagi  dan belum punya "masa depan", beda dengan pacarnya yang sekarang Ricko semua yang ada pada  Ricko semua yang tidak dimiliki Daniel, pada akhirnya ia merasa bersalah, ia pun mengirim surat permohonan maaf ke Daniel dan surat pengunduran diri sebagai pembimbing skripsi Daniel kepada bapak DR. Rahmat Juwono, yang intinya menyatakan pengunduran diri sebagai pembimbing skripsi Daniel dan ia meminta maaf atas semua yang terjadi, dia akan tunangan dan ingin hubungan dia, pacaranya dan keluarganya besarnya baik -- baik saja.

Lalu bagaimana dengan saya, Daniel hanya menghela napas panjang, ini yang kedua kalinya ia dikhianati orang, orang -- orang yang ia kenal baik.  

"Terus kamu ada perlu apa ketemu saya?, atau ingin ketemu dr. Rere, atau cuman main -- main saja", omongan DR. Rahmat Juwono membuyarkan pikiran masa lalu Daniel.

Setelah menghela nafas panjang, ia berkata,

"yah sudah berlalu, biar berlalu pak, saya memang masih ingin bertemu dr. Rere, tapi apa daya, saya hanya orang biasa beda dengan kelurganya", Daniel hanya berpura -- pura, ia yang sekarang beda dengan yang dulu. Sebenarnya ia ingin sekali bertemu dengan dr. Rere dan keluarganya, ingin membuktikan sekarang ia sudah beda, tapi rasa bersalah sering menghampirinya, sekarang dr. Rere mungkin sudah bahagia, tapi rasa itu masih ada..

Daniel baru teringat ia belum mengambil izajahnya, itu penting untuk kejelasan statusnya jika ia ingin "masuk" di kampus barunya hasil kerja samanya. Bingung mulai dari mana, to the point aja,

"kami memiliki sebuah Institut di Jakarta dan kami ingin bapak  menjadi Rektor disana"

"kamu kalau ngomong yang benar jangan main - main"

"benar pak, pak DR. Hari Siregar dan pak DR. Didik Siregar yang juga minta"

Nama -- nama itu terdengar lama sekali, langsung teringat ia waktu kuliah, berarti yang dibicarakan bukan main -- main,

"kamu kenal mereka dari mana?"

"kami akan berkerja sama membangun kampus yang baru, mereka memiliki dua Sekolah Tinggi yang akan kita gabung menjadi sebuah Institut, dan kami sepakat memilih bapak sebagai Rektor, memang kami meminta maaf karena tidak meminta izin dulu ke bapak"

Bukan saja pekerjaan yang baru yang mungkin ia dapat namun yang tak kalah penting ketemu teman -- teman lama yang sudah lama sekali tidak ketemu.

"saya akan bicarakan dulu dengan keluarga saya dan Yayasan kita, kamu bisa kasih nomor telepon mereka?, saya ingin bicara banyak hal dengan mereka"

"iya pak",

"saya sekalian mau mengambil izajah saya yang sudah lama tidak saya ambil"

"wah, kamu benar -- benar sedang sibuk sampai izajah saja tidak punya waktu untuk mengambilnya"

"ha ha, bisa aja bapak",setelah mereka berbicara banyak hal Danielpun berpesan,

"saya harap bapak merahasiakan dulu keinginan kami, sampai jelas semua",

"pasti".

Ketika ia berjalan ke bagian akademik untuk mengambil izajah, takdir Allah, ia bertemu dengan dr. Rere dan teman -- temannya sesama dosen, memang sekarang waktunya makan siang, dalam hatinya ia hanya berkata bukan waktu yang tepat.

dr. Rere yang pertama menyapa, seperti biasa Daniel hanya bengong saja,

"hai, bagaimana kabarnya?", terdengar agak tertahan suarannya, mungkin dia juga tidak menyangka akan ketemu Daniel disini.

"Alhamdulillah baik bu", dijawabnya sambil tersenyum yang agak aneh, tapi dia masih seperti yang dulu, masih cantik.

Sejenak mereka terdiam, hingga ibu Lastri temannya sesama Dosen memulai pembicaraan,

"kamu kemana saja? sudah suksus yaa, sampai lupa kekampus",

"bisa aja ibu",

"sakarang kamu kegiataannya apa?", tanya lagi ibu Lastri

"saya kerja di lembaga kursus bahasa Inggris",

"memangnya kamu bisa bahasa Inggris?",

"sedikit -- sedikit bisa bu", terlihat tidak ada kebanggaan dalam diri mereka akan kerjaan Daniel sekarang, tapi mereka tidak salah karena mereka tidak tahu.

"bagaimana kabar adik dan ibu kamu?", sekarang baru dr, Rere berbicara, yang ditanya masalah keluarga lagi. Dia masih ingat dulu Daniel pernah membawanya kerumahnya yang lama, betemu dengan Ibu dan adiknya.

"alhamdullillah mereka baik -- baik saja bu",

"bagaimana kabar ibu dan keluarga ibu",Daniel balik bertanya,

"sama juga",sekilas mereka langsung teringat masa lalu.

"Kamu disini ada keperluan apa?", sekarang ibu Lastri bertanya lagi untuk menghilangkan kegalauan diantara mereka.

"saya mau mengambil izajah bu",

"izajah kamu baru diambil sekarang!, kamu pasti sibuk yaa",

"yaa kurang lebih bu",

"oke dah, jangan sampai kami menghalangi kamu",

"terima kasih bu",

dr. Rere hanya berkata,"sampaikan salam buat ibu dan adik kamu, yaa"

"salam juga buat ibu dan keluarga ibu",

"oke",

Aneh, pertemuan yang meninggalkan pertanyaan -- pertanyaan yang sulit sekali terjawab.

Esoknya Daniel membawa DR. Rahmat Juwono bertemu dengan teman -- temanya yang sudah lama tidak bertemu, DR. Hari Siregar dan DR. Didik Siregar, di Yayasan ditempat janjian untuk bertemu. Mereka berbicara banyak hal tentang masa -- masa mereka pernah kuliah, sampai tentang rencana -- rencana strategis untuk membangun kampus baru mereka seperti yang sesuai yang pernah Daniel usulkan. Tidak lupa adanya bapak Jonan dan ibu Ani sebagai struktur kampus yang hadir, dan juga adanya Notaris yang menjadi saksi untuk perjanjian ini, diruang rapat yayasan mereka mulai berbicara,

"saya berterimakasih atas kepercayaan bapak dan ibu sekalian yang telah mempercayakan saya dan bapak DR. Rahmat Juwono untuk mengelola kampus ini, saya berharap bapak dan ibu sekalian selalu memberikan nasihat, dorongan dan memberitahu bilamana ada kekurangan disana -- sini", normatif sekali perkataan Daniel sebagai pembuka.

Sama juga dengan pak DR. Rahmat Juwono,

"pertama sekali saya tidak mempercayai ucapan bapak Daniel waktu ia datang keruangan saya di kampus, namun dengan membawa orang -- orang yang saya kenal baik akhirnya saya percaya juga, itu juga yang menjelaskan kepada saya, bahwa mahasiswa saya bapak Daniel ini sekarang  telah menjadi orang yang sukses, saya terharu sekali dan bangga", ia berbicara sambil menepuk pundak Daniel dan agak berkaca -- kaca..

Selanjutnya ditambahkannya, "kedua saya juga tidak menyangka akan bertemu dengan kawan -- kawan yang sudah lama sekali tidak bertemu, sejak kita masih kuliah, dan ketiga saya juga telah memikirkan masukan yang diberikan oleh bapak Daniel dan alhamdullillah sudah disetujui oleh Yayasan kampus ini agar saya bisa memimpin kampus ini, seperti yang bapak Daniel sampaikan, saya berharap bapak dan ibu sekalian untuk selalu memberikan nasihat dan masukan bilama ada kekurangan disana -- sini"

Sedangkan pak DR.Hari Siregar menjawab,

"kami semua menguncapkan terima kasih atas ide -- ide yang bapak Daniel sampaikan dan juga tentu saja dukungan dana yang cukup besar untuk menjalankan operasional kampus ini, saya juga berharap agar kampus ini menjadi kampus yang besar sesuai yang kita cita -- citakan, memang kita sekarang kekurangan mahasiswa dan dosen namun dengan ide baru yang kita usung Insya Allah kampus ini akan menjadi besar dan yang lebih membuat kami tenang adalah orang -- orang yang bisa kita percaya yang akan menjalankan kampus ini",

Sedangkan dari Notaris mengatakan, "kami sudah menerima usulan pihak yayasan yang membawahi Sekolah Tinggi untuk menjadi Institut setelah nanti kita mendapat izin dari  Departemant Pendidikan dan Kebudayaan dan dana yang kita terima akan disetor ke rekening Yayasan untuk dipergunakan sebagai mana mestinya",

Masing -- masing pihak hanya menganguk, Daniel tidak membawa pak Made dan pak Purwanto sebagai salah satu investor di kampus ini, karena selain sibuk mereka mempercayakan dana mereka pada Daniel, akhirnya Dosen dan mahasiswanya yang akan menjalankan kamus ini, Institut Bisnis dan Informatika.

....

Read more story in KBM App. Click link below :
https://kbm.id/book/detail/93d1f38e-0cde-bb11-732e-cb90ffe93035?af=8cbc46d2-6e30-e36a-8074-57a954144e5b

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun