Lalu ibunya bercerita kalau sampai Rere menikah dengan orang lain, bukan dari yang masih keluarga mereka, bukan saja dr. Rere yang diasingkan tapi juga keluarganya oleh saudara -- saudara yang lain. Kasihan dr. Rere, setelah ditunggu dr. Rere tidak juga datang di rumahnya, Danielpun memohon pamit, itu saat terakhir dia ingin bertemu dr. Rere, yang ia ingat pada saat itu, ibunya dr. Rere menceritakan semuanya pada dr. Rere waktu Daniel datang, dan sudah diperkirakan dr. Rere "marah" pada ibunya dan saudaranya, tapi dr. Rere akhirnya sadar bahwa ibunya benar, buat apa ia "main -- main" terhadap orang yang baru dikenalnya, mahasiswanya lagi  dan belum punya "masa depan", beda dengan pacarnya yang sekarang Ricko semua yang ada pada  Ricko semua yang tidak dimiliki Daniel, pada akhirnya ia merasa bersalah, ia pun mengirim surat permohonan maaf ke Daniel dan surat pengunduran diri sebagai pembimbing skripsi Daniel kepada bapak DR. Rahmat Juwono, yang intinya menyatakan pengunduran diri sebagai pembimbing skripsi Daniel dan ia meminta maaf atas semua yang terjadi, dia akan tunangan dan ingin hubungan dia, pacaranya dan keluarganya besarnya baik -- baik saja.
Lalu bagaimana dengan saya, Daniel hanya menghela napas panjang, ini yang kedua kalinya ia dikhianati orang, orang -- orang yang ia kenal baik. Â
"Terus kamu ada perlu apa ketemu saya?, atau ingin ketemu dr. Rere, atau cuman main -- main saja", omongan DR. Rahmat Juwono membuyarkan pikiran masa lalu Daniel.
Setelah menghela nafas panjang, ia berkata,
"yah sudah berlalu, biar berlalu pak, saya memang masih ingin bertemu dr. Rere, tapi apa daya, saya hanya orang biasa beda dengan kelurganya", Daniel hanya berpura -- pura, ia yang sekarang beda dengan yang dulu. Sebenarnya ia ingin sekali bertemu dengan dr. Rere dan keluarganya, ingin membuktikan sekarang ia sudah beda, tapi rasa bersalah sering menghampirinya, sekarang dr. Rere mungkin sudah bahagia, tapi rasa itu masih ada..
Daniel baru teringat ia belum mengambil izajahnya, itu penting untuk kejelasan statusnya jika ia ingin "masuk" di kampus barunya hasil kerja samanya. Bingung mulai dari mana, to the point aja,
"kami memiliki sebuah Institut di Jakarta dan kami ingin bapak  menjadi Rektor disana"
"kamu kalau ngomong yang benar jangan main - main"
"benar pak, pak DR. Hari Siregar dan pak DR. Didik Siregar yang juga minta"
Nama -- nama itu terdengar lama sekali, langsung teringat ia waktu kuliah, berarti yang dibicarakan bukan main -- main,
"kamu kenal mereka dari mana?"