"semuannya masih berjalan bu, tapi sekarang kami ini seperti kapal tanpa nakhoda, biasanya tiap hari ia datang mencheck semuanya baik rumah makan atau percetakan, sekarang ia jarang datang, alasannya cari clientlah, kuliahlah, banyak tugaslah".
"seharusnya kalau ia bisa fokus dengan kuliah dan bisnis, seharusnya tidak harus seperti ini", ibu Sri berusaha menenangkan semuanya.
"coba ceritakan Lie, kamu yang tahu masalah Daniel, memangnya cantik sekali dr. Rere itu?, sampai Daniel menjadi seperti itu"
"iya bu", Lie menceritakan apa adanya
"padahal dr. Rere hanya menganggap Daniel hanya sebagai salah satunya mahasiswanya, ia juga sudah mempunyai calon dan Deniel tahu itu, saya sudah memperingatkan, tapi sepertinya ia tak mahu tahu, ia selalu menjawab namannya juga usaha, tapi mana usahannya bisanya cuman bengong, kalau ketemu, pasti takut ia".
Ibu Sri terlihat tersenyum,
"nanti saya akan bicarakan dengan Daniel, untuk sementara urusan rumah makan dan percetakan kalian berdua yang handle".
"iya bu", akhirnya menjadi antiklimaks dari usaha -- usaha Daniel yang selama ini ia perjuangkan dari 0.
Danielpun dipanggil ibu Sri besok paginya, sebelum ibu Sri berangkat kerja,
"kamu kenapa? bikin orang -- orang jadi bingung?", tegas tapi tenang.
Untuk yang ini, Daniel tidak bisa main -- main,