"Terima kasih ki demang. Pangestu ki demang sangat saya harapkan."
"Yah. Â Hanya itu yang bisa aku berikan padamu. Pangestu."
Menjelang matahari sepengalah Sembada pamit pulang ke Majalegi. Â Ki demang bertepuk tangan dua kali. Â Seorang pengawal datang menghampirinya.
"Ada perintah ki demang ?"
"Panggilkan pekatik. Â Bawa kuda hitam kemari. Â Kuda itu hadiah dari Senopati untuk Sembada."
Pengawal itu segera berlari ke belakang pendapa menuju kandang kuda. Â Ia menemui pekatik yang tengah membersihkan kandang itu. Â Ia sampaikan perintah ki demang agar membawa kuda hitam ke depan pendapa. Â Lelaki tua yang pernah bertemu Sembada di pinggir hutan saat mencari rumput itu segera membawa kuda hitam yang baru dua hari menghuni kandangnya ke depan pendapa.
"Berikan kuda itu kepadanya !" Perintah ki demang sambil menunjuk Sembada.
Lelaki itu menatap wajah Sembada.
"Kau ! Â Pemuda yang akan melamar menjadi pekatik di sini kan ? Â Kita pernah bertemu di pinggir hutan."
"Benar ki. Â Akulah itu."
"Melamar menjadi pekatik ? Â Siapa yang kau katakan itu Kang Badra ?"