Sembada meneruskan perjalanannya. Â Kini ia telah memasuki hutan Waringin Soban. Â Hutan yang sangat berbahaya bagi siapapun yang melewatinya, terutama bagi mereka yang membawa barang-barang berharga. Â Namun Sembada sudah bulat hatinya untuk menerobos hutan itu apapun resikonya.
Ketika matahari sepengalah ia sampai di sebuah perkemahan para pedagang yang hendak menyebrang hutan itu. Â Mereka sudah bersiap-siap hendak melanjutkan perjalanannya. Â Seorang pengawal melihat kedatangan Sembada yang tengah menaiki kudanya. Pengawal itu segera menghampirinya.
"Siapa kau anak muda ? "
"Aku warga kademangan Majaduwur paman. Â Aku akan menyebrang hutan ini pula."
"Benarkah kau warga kademangan Majaduwur ? Â Bukan mata-mata para perampok yang biasa membegal pedagang di hutan ini ?"
"Tentu bukan paman. Â Jika aku mata-mata tentu aku tidak berani terang-terangan datang sendirian menemui rombongan ini. Â Aku akan bersembunyi mengawasi gerak-gerik kalian."
Pengawal itu merenung sejenak. Â Ada kebenaran yang diucapkan pemuda berkuda itu. Â Apalagi dia hanya sendirian. Â jika membikin masalah tentu dengan gampang para pengawal rombongan pedagang itu akan meringkusnya.
"Terus apa maumu datang kemari."
"Saya ingin menyebrang bersama-sama paman. Â Demi keselamatanku sendiri."
"Jika demikian maumu, baiklah. Â Asal jangan membuat onar rombongan ini."
"Tentu tidak paman. Â Keselamatanku ada di tangan para pengawal."