"Wahhh segar sekali."
Sembada hanya tersenyum menanggapinya. Iapun kemudian menyeruput wedang serenya juga.
"Ayo teruskan makan pisang gorengnya. Tentu enak sekali ini" kata ki demang sambil mengambil pisang goreng dari atas cobek.
"Bagaimana, apakah kamu sudah siap berangkat ? Perjalananmu jauh. Kau bisa bawa kudaku ke padepokan gurumu."
"Aku akan berjalan kaki ki demang."
"Jangan kau menjatuhkan martabatku sebagai demang. Aku akan malu jika gusti senopati tahu kau pulang jalan kaki. Seolah aku  demang kikir yang tak mau meminjamkan seekor kuda demi kelancaran tugasmu."
"Jika alasannya itu mau apa lagi ki demang. Tentu saya sangat berterima kasih."
"Bawa kuda yang hitam. Kau pantas menaikinya. Ia sangat gagah." Kata ki demang.
Sembada mengangguk sambil tersenyum.
"Pekerjaanmu sangat berat Sembada. Juga resikonya tinggi. Waktunyapun tak bisa ditentukan kapan selesai. Bisa sebulan, dua bulan, bahkan setahun. Untuk menerobos padepokan besar di lodaya itu bukan pekerjaan yang gampang. Jika aku yang dipercaya bisa jadi aku merasa tak  akan sanggup."
"Mungkin karena tanggung jawab yang besar yang telah membebani ki demang di sini."