Mohon tunggu...
Wahyudi Nugroho
Wahyudi Nugroho Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan MC Jawa. Cita-cita ingin jadi penulis

Saya suka menulis, dengarkan gending Jawa, sambil ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Bab 22, Perjalanan Ke Padepokan (Cersil STN)

22 April 2024   09:50 Diperbarui: 1 Juni 2024   14:59 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebentar kemudian rombongan pedagang dan pengawalnya melanjutkan perjalanan mereka.  Sembada dengan menaiki kudanya berjalan di belakang barisan itu.  Namun lama-kelamaan ia menjadi segan, karena semua orang dalam rombongan itu berjalan kaki. Kecuali pemilik-pemilik barang dagangan yang tinggal dalam gerobak berkuda yang mengangkut barang-barang mereka.  Nampak di sana ada juga beberapa perempuan keluarga pemilik barang.  Maka Sembada segera turun dari kuda dan berjalan sambil menuntun hewan itu.

Beberapa saat setelah matahari melewati puncaknya, rombongan itu beristirahat.  Masing-masing membuka bekal mereka untuk makan siang.  Tak terkecuali Sembada, yang telah dibekali simboknya dengan beberapa buah ketupat dan ikan bakar.  Bersama-sama dengan para pengawal Sembada menikmati makan siangnya dengan lahap.

"Kau akan pergi kemana anak muda ?  Menaiki kuda yang sangat bagus, melewati hutan Waringin Soban sangatlah berbahaya bagimu."

"Saya akan ke padepokan Cemara Sewu paman.  Sudah lama saya tidak menjenguk guru di sana."

"Kau murid Ajar Menjangan Gumringsing ?"

"Benar paman.  Lebih lima tahun saya berguru di sana.  Karena suatu hal saya terpaksa pulang ke kademangan Majaduwur."

"Andai kau tak bertemu rombongan ini, apakah kau akan nekad menyebrang sendirian."

"Tentu tidak paman.  Justru karena saya mendengar ada rombongan yang baru masuk hutan ini saya memberanikan diri untuk melanjutkan perjalanan saya.  Dengan harapan saya bertemu di jalan dan bersama-sama menyebrang."

"Hahaha yah.  Perhitunganmu tepat.  Tapi kau masih agak sembrono anak muda.  Untuk menyebrang hutan ini kami membawa teman lebih dari dua puluh orang.  Semata-mata untuk memastikan kami selamat dari gangguan kelompok Gagak Ijo.  Kami dengar Gagak Ijo terluka dalam pertempuran di wilayah kademangan Majaduwur.  Jadi kalaulah ada pembegalan tentu hanya anak buahnya saja.  Jadi kami berani menyebrang dengan separo pengawal dari biasanya."

Namun saat mereka asyik berbincang-bincang mereka mendengar bunyi burung kedasih merintih-rintih di kejauhan.  Suara burung itu kemudian disaut oleh suara yang sama namun pada arah yang berbeda.  Rombongan itu kemudian diam sesaat.  Memperhatikan suara burung yang tidak sebagaimana biasanya.  Pemimpin pengawal segera memberi peringatan kepada anak buahnya.

"Ternyata perjalanan kita sekarangpun tidaklah aman.  Bersiaplah kalian.  Kita akan bertemu dengan tamu yang tak diundang."

Para pengawal segera berdiri melingkari gerobak-gerobak yang mereka lindungi. Semua menghunus pedang menghadap keluar menanti datangnya musuh.

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun