“Iya, kebetulan banget” sahut Yosa.
Ku keluarkan hp dari saku seragamku, dan ku ambil foto mereka berdua.
“Kejadian ini jarang-jarang terjadi kan? Bisa di jadiin duit nih, buat hot news, breaking news dan bakal jadi trending topic. Yos, kita turun aja yuk. Biar ga ganggu mereka.” Aku berlari sekencang mungkin, menuruni anak tangga berpuluh-puluh. Yosa berteriak memintaku untuk berhenti, tapi tak ku dengarkan. Segera ku tancap gas, melaju dengan kecepatan tinggi. Tak peduli ada orang atau tidak, aku hanya berjalan lurus. Sampai ada tikungan, aku tetap melaju lurus dan #skip (adegan berbahaya tidak boleh di tiru).
*****
Begitu sadar aku sudah berada di UGD puskesmas terdekat. Yosa berdiri di samping aku dengan mata sebam, lebih kagetnya lagi ketika melihat orang tuaku yang duduk di sampingku juga.
“Apa yang terjadi?” tanyaku pura-pura tidak tau. Padahal aku tau, aku memang menabrak pohon dan dinding toserba.
“Kamu tidak bermaksud untuk bunuh diri kan?” Yosa khawatir.
“Aku hanya kebablasan.”
“Sejak kapan, kamu jadi anggota pembalap liar?” tanya papa dengan tegas.
“Nindy, Cuma kebablasan pa. Nindy, nggak ngebut.”
“Udah pa, yang penting Nindy tidak sakit parah” mama meredakan amarah papa.