“Huuhh.., serba salah aku.” ku tarik tangan Yosa keluar dari perpus. Tapi, di luar ada Nandi sama teman-temannya duduk menghalangi jalan.
“Ehem.., cie Nandi di cariin Nindy” ucap salah satu temannya membuatku semakin kesal. Nandi melihat ke arahku yang berdiri di belakangnya. Aku memalingkan wajahku, dan mengajak Yosa masuk ke perpus lagi. Arggghhhhh…. Kesal dan kesal.
“Yos, kita bisa tukeran hati nggak?” tanyaku lemah.
“Loh, kenapa?”
“Sepertinya, hatiku akan hancur. Menurutku, dia itu paling sebel kalau di ejek sama teman-temannya. Lihat aja, kejadian yang lalu pas dia dikecengin sama teman-temannya, dia cuma diam aja tapi pada akhirnya dia ngejauhin aku. Apalagi, sekarang lagi jauh malah dikecengin jelas akan semakin jauh.”
“Kan, sudah aku tebak. Kamu suka kan, sama dia?”
“Iya, aku emang suka sama dia.”
“Nyatain aja, daripada bikin penyakit hati.”
“Masa harus aku dulu, dia kan cowok.”
“Apa salahnya, sekarang tuh ga zaman galau nunggu di tembak cowok. Daripada, nunggu tapi ternyata dia nunggu yang lain. Udah deh, bye bye perasaan kamu.“
“Yos, semangatin aku dong. Lagian tanpa aku bilang ke dia, aku yakin dia udah tau. Kata temannya, dia juga nunggu aku.”