“Baiklah, kalau itu memang yang terbaik akan aku lakukan.”
*****
Alaramku berbunyi pukul 03.00, sengaja tidak aku buat tepat pukul 00.00. Aku masih ragu dengan tindakanku kali ini, hatiku terus berkata lebih baik aku tidak mengucapkan selamat untuk dia. Tapi, di lain sisi perkataan Yosa terus mendorong tanganku untuk mengirim kata-kata yang telah aku buat semalam.
To : Nandi
Selamat ulang tahun temanku tercinta, ini hari yang kau tunggu bukan?
Hal sepesial yang telah kau nanti, semoga terjadi pada hari ini. Dan, apa yang kau mimpikan juga kau inginkan kelak bisa menjadi kenyataaan. Jadilah diri kamu sendiri dan hargai orang lain. Tentunya, panjang umur agar kita bisa bertemu dengan kesuksesan yang telah di raih. Tolong, jangan hapuskan pertemanan yang ada. J
Pesan itu sudah ku kirim ke Nandi dan langsung terkirim. Lalu ku ubah profil dari umum menjadi diam. Aku terlalu takut untuk mendengar jawaban dari dia.
Berbagai kegiatan sudah aku lakukan. Bersih-bersih rumahpun sudah selesai, aku tak melihat tanda ada sebuah pesan masuk. Lalu ku nyalakan tv untuk membuang rasa penasaran ini, acara kartun favorit di tv sudah habis. Segera ku bunuh tv yang mulai menyajikan acara-acara aneh, aku mengangkat hp dengan lembut. Tombolnya berkedip, sudah pasti ada pesan masuk. Aisshh.., bukan dari dia. Aduh, dia ini baca pesan dari aku tidak sih? tapi, jelas sekali pesanku tadi pagi langsung terkirim. Kejamnya kau ini. Aku harus menelepon Yosa, dia harus bertanggung jawab.
“Iya, aku tau hari ini kamu tidak akan berangkat. Aku tidak akan menjemputmu.”
“Ahh.., apaan sih Yos. Bukan itu yang mau aku bicarakan sama kamu.”
“Terus apa?”