“Nggak usah sok baik deh, ngaca dulu. Kamu pantes nggak, ngomong kaya gitu. Munafik.” Aku langsung berjalan menuju toilet, dan teman-teman melongo atas insiden ini. Mungkin mereka ngerasa lagi di acara, nggak nyangka.
Aku keluar dari toilet, setelah kurang lebih setengah jam di toilet. (sampe pingsan kalau setengah jam beneran) Yosa mengejutkanku, tanpa ekspresi dia berdiri di depanku. Dia mengamatiku dengan sinis.
“Kamu nangis, kalau emang nggak kuat. Nggak perlu lah, kamu kaya tadi.”
“Nggak ko, malah aku seneng. Setidaknya aku udah buat dia malu, dihadapan teman-temannya.”
“Iya, kalau mereka maksud. Kalau nggak?”
“Yosa, seumur hidup aku selalu di acuhkan. Masa kamu juga mau mengacuhkan aku?”
“Aku bercanda ko. Sini aku peluk.”
Greeettt….greeetttt….. (Nandi memanggil)
“Nandi memanggil” ucapku pada Yosa.
“Ya udah, angkat dong.” Yosa melepaskan pelukannya.
“Nggak penting lah, yo kita pulang.” Aku tolak panggilan dari dia.