*****
19 Februari 2014
Hari ini ulang tahunku, aku harap hari ini hari bahagiaku juga. Aku bangun di sambut dengan ucapan-ucapan selamat dari teman-teman. Hanya saja, belum ada nama Nandi yang mengucapkan selamat. Aku cek kronologi akun Fbku, di inbox juga tidak ada. Ok, bersabarlah dan tidak usah berharap. Lagian kamu, udah dapat kado sepesial dari orang yang peduli dengan kamu.
Usai pelajaran, segera bergegas menghindari teman-teman. Aku sudah paham betul dengan tradisi anak-anak, di banjiri tepung, telur, air. Dan siap masuk oven atau penggorengan. Ternyata, mereka lebih jenius. Teman sekelasku memang berada di belakangku, tapi teman yang ada di kelas lain sudah menungguku di depan pintu. Sudah pasrah saja, itung-itung bahagiakan mereka satu tahun sekali. Badanku basah kuyup, dan penampilannya 11-12 dengan adonan. Kita langsung mengabadikan dalam bentuk foto. Aku melihat Nandi, yang baru keluar dari kelasnya.
“Eh.., Nandi Sentosa. Kamu nggak mau ngucapin selamat sama aku?” dengan suara lantang dan penuh percaya diri. Dia hanya diam dan melanjutkan perjalanannya, sementara teman-temannya seperti biasa. (ngecengin)
“Kamu punya telinga kan? Apa udah tuli? “ dia tetap berjalan tanpa dosa.
“Nandi Sentosa, aku itu lagi ngomong sama kamu. Denger nggak sih, dasar pecundang. Beraninya di belakang doang…”
Akhirnya dia melangkah ke arahku.
“Selamat ulang tahun..” ucapnya sambil mengulurkan tangan.
Ku lirik teman yang ada di sebelahku masih memegang satu bungkus tepung, aku ambil alih dan ku lemparkan ke muka dia “Rasain ini, makasih ya.” Aku berjalan menghindari dia, tapi dia menahan tanganku.
“Maksud kamu apa? nggak pernah di ajarin sopan santun ya?”