“Eh.., aku bisa laporin kamu ke polisi” tanganku di tahan sama Nandi.
“Laporin aja, dimana-mana itu cowok nganter pulang ceweknya, bukan cewek nganter cowok.”
“Itukan, peraturan orang yang pacaran. Pokoknya, aku ga mau tau antar aku pulang. Ini kuncinya, ingat motor warna merah yang paling mengkilat parkir di sebelah kanan depan sendiri. Awas jangan samapi lecet dan satu lagi bannya jangan samapi kotor.”
“Kalau perlu motornya di museumin aja.” Ku ambil kuncinya lalu ku ajak Yosa jalan.
“Kamu yakin mau ngenterin dia?”
“Yosa, emang aku mau cari mati. Aku yakin, dia nggak tulus pengin di anterin aku. Pasti dia ada maunya.”
“Udah nyampe di parkiran? tolong, anterin cewek yang pake kaos olahraga ya.”
Itu sms yang aku terima dari Nandi. Ternyata dia punya gebetan juga di sekolah ini, hatiku jadi hancur. Apa maksudnya dia nyuruh aku nganter cewek itu? Pamer atau dia sendiri tidak mau mengantar tu cewek? Tau ah, banyak kemungkinan untuk alasan insiden ini. Di temani Yosa, aku menghampiri cewek yang pastinya adik kelas kita. Dia tersenyum kepada kita, aku akui aku memang tak sebanding dengan dia, tapi hati ini lebih tulus di banding dia.
“Nunggu Nandi, ya?” tanya Yosa sok akrab.
“Iya, Nandi udah keluar kelas kan?” suaranya mengalir lembut.
“Udah, dia lagi sakit. Mending kamu samperin deh, ini kunci motornya. Mana kuncinya, Nin?” Yosa menyenggol tubuhku. Ku berikan kunci motor yang ku pegang, aku masih ternganga dengan kejadian ini.