Mohon tunggu...
urgent_penting
urgent_penting Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Apologi Trinitas – Menanggapi Tulisan Saudara Henny Mono “Al Quran Disandingkan dengan Kitab Kitab Suci yang Lain”

19 November 2009   01:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:17 1534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Beberapa [dari Bapa Gereja Awal yang berpandangan bahwa tidak ada penjelasan spesifik akan ajaran Trinitas di Perjanjian Lama] mengakui bahwa suatu pengetahuan akan misteri tersebut (ie. Trinitas) diberikan kepada Nabi-Nabi dan para Kudus dari Dispensasi Lama (maksudnya Perjnajian Lama) (Epiph., "Haer.", viii, 5; Cyril Alex., "Con. Julian.," I). Dapat segera diakui bahwa cara pewahyuan [akan Trinitas] dipersiapkan dalam beberapa nubuat. Nama Imanuel (Yesaya 7:14) dan Allah yang Perkasa (Yesaya 9:6, atau di penomoran lain Yesaya 9:5) yang menegaskan [nubuat] akan Mesiah menyebutkan Kodrat Ilahi dari sang pembebas (ie. Mesiah) yang dijanjikan. Namun tampaknya wahyu dari Injil diperlukan untuk mengerti secara penuh makna dari perikop-perikop [nubuat di Perjanjian Lama]. Bahkan gelar-gelar agung ini tidak menuntun para Yahudi untuk mengenali sang Penyelamat yang akan datang adalah Allah sendiri. Penerjemah Septaguinta bahkan tidak berusaha untuk menerjemahkan kata Allah yang Perkasa secara literer, tapi [menerjemahkannya] "sang malaikat pembimbing agung." Sebuah persiapan yang lebih matang lagi ditemukan di ajaran dari buku-buku Sapiential (Amsal, Pengkhotbah, Sirakh [deuterokanon], Kebijaksanaan Solomo [deuterokanon])mengenai sang Hikmat Ilahi. Di Amsal 8, Hikmat terlihat dipersonifikasikan (mempunyai sifat sebuah personalitas/pribadi), dan dengan suatu gaya yang menunjukkan bahwa penulis Kitab suci tidak menggunakan sebuah kiasan saja, tapi dalam pikirannya (ie. pikiran penulis Kitab Suci) mengungkapkan satu pribadi nyata (cf. ayat 22, 23). Ajaran yang sama ada di Ecclus., 24, dalam sebuah paparan dimana dinyatakan bahwa Hikmat berbicara di "jemaah yang Maha Tinggi", i.e. dalam kehadiran para malaikat. Frase ini jelas menganggap bahwa Hikmat dipandang sebagai satu pribadi. [Namun] sifat dari personalitas sang Hikmat dibiarkan tidak terjelaskan; tapi kita diberitahu bahwa seluruh Bumi adalah Kerajaan sang Hikmat, bahwa menemukan kesukaannya dalam semua karya Allah, tapi Israel secara khusus adalah bagiannya dan warisannya (Ecclus., 24:8-13).

Dalam Buku Kebijaksanaan Solomo kita menemukan pendekatan yang lebih jauh. Disini Hikmat jelas-jelas dibedakan dari Jehovah: "Dia adalah. . .pancaran murni dari kemuliaan Yang Mahakuasa. . .pantulan cahaya kekal, dan cermin tak bernoda dari kegiatan Allah dan gambar kebaikan-Nya (Kebijaksanaan 7:25-26. Cf. Ibrani 1:3). Dia, selebihnya, digambarkan sebagai "seniwati segala sesuatu" (panton technitis, 7:21), sebuah ekspresi yang mengindikasikan bahwa penciptaan diatributkan ke dia (ie. sang Hikmat). Namun dalam Yudaisme lebih lanjut, ajaran yang mengagungkan ini terlupakan dan sepertinya hilang ke kepunahan. Tapi juga tidak bisa dikatakan bahwa perikop-perikop tersebut, meskipun periop-perikop tersebut mewujudkan suatu pengetahuan akan pribadi kedua dalam Ke-Allah-an, merupakan suatu wahyu akan Trinitas. Karena tidak ada di Perjanjian Lama kita temukan satu indikasi yang jelas akan sang Pribadi Ketiga. Sering disebut-sebut Roh Tuhan, tapi tidak ada yang tertunjukkan bahwa sang Roh dipandang sebagai sesuatu yang berbeda dari Yahweh sendiri. Istilah tersebut selalu digunakan untuk menunjukkan Allah dalam pekerjaan-pekerjaanNya, baik dalam semesta atau dalam jiwa manusia. Masalah ini secara lebih tepat disimpulkan oleh Epiphanius, ketika dia berkata: "Ke-Allah-an yang satu, diatas segalanya, dinyatakan oleh Musa, dan dua personalitas (akan Bapa dan Putra) ditegaskan secara kuat oleh para Nabi. Trinitas dinyatakan oleh Injil" ("Haer.", Ixxiv).

3. Menyanggah tuduhan bahwa Trinitas berasal dari mythologi Mesir, Babilonia, Yunani. Juga dipaparkan singkat mithology-mythology tersebut sebagai pembanding.

Quote MeningkapKabut :

Ajaran tiga Tuhan dalam satu ini bukan hanya dianut masyarakat Yunani dan Romawi, tetapi juga mereka yang mendiami wilayah Asia Barat, Tengah, Afrika Utara dan pengaruhnya menjalar ke beberapa kawasan lainnya di dunia.

Watch Tower and Bible Tract Society of Pennsylvania, 1984, menjelaskan:

"Throuqhout the ancient word, as far back as Babylonia the worship of paqan qods qrouped in triplets were common. This practice was also prevalent, before, during, and after Christ in Egypt, Greece and Rome. After the death of the Apostles, such pagan be(iefs beqan to invade Christianity".

(Dunia di zaman purbakala, sejak masa kerajaan Babilonia, sudah terbiasa menyembah berhala, tiga Tuhan dalam satu. Kebiasaan ini juga banyak ditemukan di Mesir, Yunani dan Romawi, baik sebelum, selama maupun sesudah Yesus. Setelah kematian murid-murid Yesus, kepercayaan penyembah berhala ini kemudian merasuk ke dalam agama Kristen).

DeusVult :

Sekali lagi harus dijelaskan kepada moslem bahwa GEREJA TIDAK PERNAH MENGIMANI ADANYA TIGA TUHAN!!

Kutipan diatas masih berasal dari bagian yang sama dari buku terbitan saksi Yehuwa yang berjudul Should You Believe in Trinity , yaitu bagian How Did The Trinity Doctrine Develop? .

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun