Mohon tunggu...
urgent_penting
urgent_penting Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Apologi Trinitas – Menanggapi Tulisan Saudara Henny Mono “Al Quran Disandingkan dengan Kitab Kitab Suci yang Lain”

19 November 2009   01:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:17 1534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Berikut dari Msgr. Philip Hughes dari karyanya A History of the Church - To the Eve of the Reformation: http://www.netacc.net/~mafg/book/v1toc.htm

Sekolah kedua yang terbesar akan filsafat keagamaan adalah sekolah Platonist, dan ini, tidak seperti sekolah Epictetus, tidak hanya populer, tapi seiring berlalunya abad, tumbuh menjadi satu kekuatan yang besar dalam kehidupan beragama. Bapi para Platonist ada dua prinsip asal akan benda-benda - roh dan materi. Allah, tidak hanya tidak identik dengan dunia, seperti yang dinyatakan para Stoic, tapi begitu transenden (tak terjangkau) dari dunia dan diluar segala kekuatan utuk mengenal Dia. Hanya dalam suatu ekstase seorang bisa mencapai yang ilahi. Dualisme ini, dan ajaran akan Keilahian yang tak terjangkau, terlacak sampai ke Plato sendiri. Adalah penerus langsung Plato, Xenocrates yang mengembangkan sistem dualisme, dan Plutarch menurunkan dari [sistem tersebut] pemahaman lain mengenai ketidakterjangkauan yang Ilahi oleh akal budi manusia. Dalam abad-abad berikutnya dua ide tersebut [yang berasal dari Xenocrates dan Plutarch] mendominasi pengajaran keseluruhan sekolah tersebut, dan karenanya mengurangi ke-menarik-an sistem [filsafat] tersebut dan menyebabkan sistem tersebut diancam oleh skeptisme.

Karena Allah tidak ter-akses, dan karena semua benda mendapatkan dari Allah asal dan kelangsungan keberadaan mereka, para Platonist mem-postulasikan ("postulasi" adalah pernyataan yang diasumsikan benar), sebagai satu medium dari aksi Ilahi, adanya satu atau lebih mahkluk yang menghubungkan antara Allah dan manusia. Mahkluk yang berbagi kodrat ilahi dengan Allah tetapi subordinat (berada dibawah) Allah sebagai asal mereka. Ini adalah daemon-daemon, kuasa-kuasa, roh-roh, logos. Bagi Stoic logos adalah hukum mutlak yang imanen akan benda-benda. Bagi Platonist, Logos adalah agen Ilahi, dan pola yang membuat semua hal apa adanya mereka; para logos adalah unsur ilahi yang membuat unsur-unsur mutlak lain dari dualitas yang universal dikoreksi - semua benda tunduk pada hukum ganda, i.e. dari pengaruh yang didapat dari kodrat suatu benda, dan dari pengaruh yang didapat dari sang Ilahi. Dualitas ini ada dalam benda-benda tak bergerak, dan juga jiwa manusia. Logos dan kodrat, yang dianggap satu oleh Stoic, bagi Platonist adalah dua daya yang saling ber-rivalitas.

Seperti dijelaskan diatas Platonisme menganut dualisme, yaitu roh dan materi. Dua hal tersebut begitu terpisah sehingga Allah yang roh tidak dapat diakses oleh manusia yang materi. Karena itu agar keduanya terhubungkan perlu suatu penghubung yang mempunyai sebagian kodrat ilahi Allah tapi lebih rendah dari Allah karena berasal dari Allah. Penghubung ini bisa "daemon-daemon, kuasa-kuasa, roh-roh, logos."

Nah, pemikiran inilah yang mirip dengan peran sang sabda, Yesus Kristus, sebagai perantara. Dalam Platonisme penghubung-penghubung antara Allah dan manusia (daemon-daemon, kuasa-kuasa, roh-roh, logos) adalah semacam manusia setengah dewa (demi-god). Ini sangat berbeda dengan iman Kristen akan Kristus yang menyatakan bahwa dia adalah benar-benar manusia dan benar-benar Allah. Iman yang Katolik juga mengatakan bahwa Bapa dan Putra adalah setara dan bukannya yang satu subordinat terhadap yang lain (subordinansi Yesus kepada Bapa adalah sebatas kodratNya yang manusiawi).

Dibagian bawah akan lebih dijelaskan perbedaan-perbedaan yang akan membuat kita semakin paham beda antara Logos Hellenistik dengan Logos Katolik. Bila ingin segera kesana silahkan tekan Ctrl+F dan masukkan kata "heraclitus" untuk tiba pada bagian terseut. Namun aku anjurkan untuk tidak bergegas membaca bagian tersebut sebelum membaca tulisan-tulisan diatasnya terutama mengenai nubuat implisit akan Trinitas di buku-buku Sapiential (Amsal, Pengkhotbah, Sirakh [deuterokanonika], Kebijaksanaan Solomo [deuterokanonika]).

Hal lain yang perlu diketahui pembaca adalah bahwa beberapa pendapat mengatakan bahwa Plato dan Platonism bukanlah pencipta konsep Logos (bdk. Catholic Encyclopedia: Logos - http://www.newadvent.org/cathen/15047a.htm ). Namun terlepas dari perdebatan siapakah yang pertama kali mengajarkan konsep Logos, bisa disepakati bahwa konsep tersebut adalah konsep budaya Hellenistik yang muncul jauh sebelum Kristus dilahirkan di dunia.

2.b. Bukti dari Kitab Suci dari Perjanjian Baru dan Perjanjian Lama akan iman Trinitas.

DeusVult :

Sementara berikut adalah bukti dari Kitab Suci akan doktrin Trinitas dari Catholic Encyclopedia: The Blessed Trinity. -  Disini akan terlihat bagaimana iman Trinitas sama sekali tidak berasal dari Logos Hellenistik (baik menurut Heraclitus, Plato, Stoic etc) tapi adalah kebenaran iman yang ada di Kitab suci sendiri.

II. Bukti Ajaran dari Kitab Suci

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun