Mohon tunggu...
urgent_penting
urgent_penting Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Apologi Trinitas – Menanggapi Tulisan Saudara Henny Mono “Al Quran Disandingkan dengan Kitab Kitab Suci yang Lain”

19 November 2009   01:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:17 1534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekarang untuk bukti-bukti dari buku-buku Hikmat: Di buku Sirakh., xxiv, 7, Hikmat disebutkan sebagai tidak terciptakan, "kelahiran pertama dari sang Maha Tinggi sebelum semua mahkluk", "sejak dari pertama dan sebelum Dunia aku dibuat" (ibid., 14) (catatan: ayat-ayat dari Sirakh tersebut diambil dari Alkitab versi Vulgata yang punya penomoran berbeda dan isi yang sedikit berbeda dengan Alkitab yang beredar kebanyakan. Ini dikarenakan sumber manuskrip yang berbeda. Ayat Sir 24:7 diatas ada di Alkitab Duoay-Rheims, Sir 24:5, meskipun tidak diketemukan di Alkitab LBI yang beredar sekarang. Sedangkan ayat Sir 7:14 ada di Sir 24:9 di Alkitab LBI). Begitu universal identifikasi Hikmat dengan Kristus, sampai-sampai para Arian sepakat dengan para Bapa [Gereja Awal]; dan [para Arian ini] mencoba membuktikan dari kata ektise, [yang berarti] dibuat atau diciptakan, di ayat 14 (catatan, ini berarti Sir 24:9 di Alkitab yang beredar sekarang), bahwa Hikmat yang berinkarnasi terciptakan [karena kata yang digunakan adalah ektise]. Para Bapa [Gereja Awal] tidak menjawab [sanggahan para Arian dengan mengatakan] bahwa kata "Hikmat" tidak dimengerti sebagai Kristus, tapi [para Bapa Gereja] menjelaskan bahwa kata ektise harus ditafsirkan dalam kesatuan dengan perikop-perikop lain di Kitab Suci dan tidak sesuai dengan makna umumnya,--seperti makna dari versi Septuaginta dari Kej., i, 1. Kita tidak tahu kata asli Ibrani atau Aramaic [dari terjemahan Yunani ekstise tersebut] (catatan: Buku Sirakh yang asli dipastikan berbahasa Ibrani atau Aramaic. Namun terjemahan buku Sirakh yang ada di Kitab Suci sekarang tidak didasarkan dari buku Sirakh yang asli, tapi dari manuskrip kopi-an yang berbahasa Yunani. Faktanya, semua buku di Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru didasarkan bukan dari manuskrip asli tapi dari manuskrip kopi-an. Fakta ini membuat mereka yang berpegangan pada prinsip Sola Scriptura mempunyai dasar yang rapuh atas doktrin bidaah tersebut, tapi tidak bagi umat Katolik dimana ada Gereja yang merupakan tiang penopang dan dasar kebenaran [1Tim 3:15] yang punya otoritas untuk menentukan apakah kopi-an sekalipun sudah tepat dengan iman Kristus); mungkin saja [kata asli di buku Sirakh yang berbahasa Ibrani atau Aramaic] adalah kata seperti yang ada di Amsal viii, 22: "The Lord possessed me (Ibrani, menghasilkan aku melalui kepenurunan; lihat Kej., iv, 1) in the beginning of His ways, before He made anything from the beginning, I was set up from eternity." (catatan: bhs Inggrisnya tidak aku terjemahkan). [Karenanya] Hikmat yang berbicara mengenai dirinya sendiri di buku Sirakh tidak dapat berkontradiksi dengan apa yang dikatakan Hikmat [juga] tentang dirinya di Amsal dan tempat lain. Karena itu, para Bapa [Gereja Awal] memang cukup benar dalam menjelaskan bahwa ektise tidak berarti dibuat atau diciptakan dalam artian yang kaku (lihat St. Athanasius, "Sermo ii contra Arianos", n. 44; Migne, P. G., XXVI, 239). Buku Kebijaksanaan Solomo juga berkata dengan jelas akan Hikmat sebagai "the worker of all things . . . a certain pure emanation of the glory of the almighty God . . . the brightness of eternal light, and the unspotted mirror of God's majesty, and the image of his goodness." (Keb., vii, 21-26.) (catatan: kata "worker of all things" di Alkitab LBI diterjemahkan "seniwati." Maksud dari kata ini sebenarnya adalah sang Hikmat itu adalah "penggerak" atau "pemberdaya" dari semua hal). St. Paulus menyadur perikop indah ini dan mengacukannya kepada Yesus Kristus (Ibrani, i, 3). Sudah jelas, dari studi tekstual atas buku-buku itu sendiri, dari penafsiran St. Paulus, dan khususnya, dari penafsiran para Bapa [Gereja Awal] dan penggunaannya dalam liturgi Gereja, bahwa Hikmat yang dipersonifikasikan di buku-buku Sapiential (Amsal, Pengkhotbah, Sirakh [deuterokanon], Kebijaksanaan Solomo [deuterokanon]) adalah sang Hikmat yang tak terciptakan, sang sabda yang berinkarnasi [menurut] st. Yohanes Penginjil, sang Sabda yang bersatu secara hypostasis dengan kodrat manusia, Yesus Kristus, Putra dari sang Bapa Abadi. Buku-buku Kebijaksanaan membuktikan bahwa Yesus adalah dan benar-benar Allah.

(c) KESAKSIAN DARI BUKU-BUKU NABI

Para nabi jelas menyebutkan bahwa sang Mesiah adalah Allah. Yesaya berkata "Allah sendiri akan datang dan menyelamatkan kamu" (xxxv, 4); "Bukalah jalan untuk Yahwe" (xl, 3) (catatan: ini dikutip Yohanes Pembaptis dan diaplikasikannya kepada Yesus); "Lihatlah itu Tuhan Yahwe akan datang dengan kekuatan" (xl, 10). Bahwa Yahwe disini adalah Yesus Kristus sudah jelas dari penggunaan ayat di [injil] St. Markus (i 3). Nabi-nabi besar Israel memberikan kepada sang Kristus sebuah nama ilahi yang spesial dan baru "Dia akan dipanggil Imanuel" (Yes., vii, 14). Nama Ilahi baru yang disebut St. Matius ini terpenuhi dalam Yesus, dan ditafsirkan dalam artian Keilahian Yesus. "Meraka akan menamakan Dia Imanuel - yang berarti: Allah menyertai kita." (Mat., i, 23.) Juga di ix, 5, Yesaya menyebut Mesiah sebagai Allah: "Seorang anak telah lahir bagi kita . . . namanya akan disebut: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa dunia yang akan datang, Pangeran Kedamaian." [Umat] Katolik menjelaskan bahwa anak yang sama tersebut adalah Allah yang Perkasa (ix, 5) dan Imanuel (vii. 14); terkandungnya anak tersebut dinubuatkan di ayat-ayat sebelumnya. Nama Imanuel (Allah menyertai kita) menjelaskan nama yang kita terjemahkan "Allah yang Perkasa." Adalah sesuatu yang tidak kritis dan berprasangka bagi para rationalist untuk keluar dari Yesaya dan mencari di Yehezkiel
(xxxii, 21) arti "orang-orang berkuasa yang gagah perkasa" untuk sebuah kata yang ditempat mana saja di Yesaya adalah nama dari "Allah yang Perkasa" (lihat Yes., x, 21) (catatan: maksudya para rationalist ini mencoba mencari artian kata "perkasa" yang diterapkan pada pribadi selain Allah sehingga gelar "Allah yang Perkasa" tidak mengacu pada sesuatu yang Ilahi). Theodotion menerjemahkan secara literal theos ischyros; Septuaginta [menerjemahkan] "utusan". Penafsiran kami adalah [penafsiran] yang diterima oleh Katolik dan Protestant yang sealiran dengan Delitzsch ("Messianic Prophecies", p. 145). Yesaya juga menyebut sang Mesiah "cabang Yahwe" (iv, 2), i. e. yang bercabang dari Yahwe dalam arti punya kodrat yang sama dengan Yahwe. Sang Mesiah adalah "Allah Raja kita" (Yesaya., lii, 7), "sang Penyelamat dikirim oleh Allah kita" (Yes., 1ii, 10, dimana kata 'Penyelamat' adalah bentuk abstrak dari kata 'Yesus' (catatan: kata "Yesus" sendiri dalam bahasa Ibrani berbunyi kira-kira "yehoshuwa" yang berarti "Allah adalah keselamatan")); "Yahwe Allah Israel" (Yes., lii, 12): "Dia yang menjadikan engkau, Allah (Yahwe) semesta alam nama-Nya" (Yes., liv, 5)".

Para nabi lain juga sejelas Yesaya, meskipun tidak begitu terperinci dalam ramalan mereka akan Keilahian dari sang Mesiah. Kepada Yeremia, Dia adalah "Yahweh sang Adil kita" (xxiii, 6; juga xxxiii, 16). Mikha berbicara akan dua-lapis kedatangan sang Anak, kelahiranNya di Bethlehem dan prosesiNya yang abadi dari Bapa (v, 2). Nilai ke-Mesiah-an dari ayat ini dibuktikan dari tafsiran Injil Matius atas ayat tersebut (Mat ii, 6). Zakharia menulis Yahwe menyebut sang Mesiah sebagai "orang yang paling karib kepadaKu"; namun seorang yang paling karib adalah seseorang yang derajatnya sama dengan Yahweh (xiii, 7). Maleakhi berkata: "Lihat, Aku menyuruh utusanKu, supaya ia mempersiapkan jalan dihadapanKu! Dengan mendadak Tuhan yang kamu cari itu akan masuk ke baitNya! Malaikat Perjanjian yang kamu kehendaki itu, sesungguhnya, Ia datang, firman Tuhan semesta alam." (iii, 1). Utusan yang disebut disini tentunya adalah St. Yohanes Pembaptis. Kata-kata Nabi Malaekhi akan adanya satu utusan [ie. Yohanes Pembaptis] ditafsirkan oleh Tuhan Kita sendiri, Yesus (Mat., xi, 10). Tapi sang Pembaptis (ie, Yohanes Pembaptis) menyiapkan jalan dihadapan Yesus Kristus. Oleh karena itu Kristus adalah pembicara kata-kata Malaekhi. Namun kata-kata Malaekhi diutarakan oleh Yahweh Allah Agung Israel. Oleh karena itu Kristus atau Mesiah dan Yahwe adalah Pribadi Ilahi yang satu dan sama. Argumen ini menjadi lebih kuat oleh fakta bahwa tidak hanya sang pembicara [dari kata-kata Mal., iii, 1] adalah Yahwe Allah Semesta Alam, yang satu dan sama dengan sang Mesiah yang jalannya dipersiapkan sang Pembaptis (ie, Yohanes Pembaptis); tapi [dari] nubuat akan kedatangan Tuhan ke kuil [terbaca adanya] peng-aplikasian kepada Mesiah sebuah nama yang hanya diberikan kepada Yahwe sendiri (catatan: maksudnya nama atau gelar "Allah semesta Alam." Gelar ini biasanya dipakaikan kepada Yahwe sendiri tapi di Mal., iii, 1 gelar tersebut dipakaikan juga kepada Mesiah. Ini menandakan bahwa Mesiah dan Yahwe adalah satu.). Nama itu muncul tujuh kali (Ex., xxiii, 17; xxxiv, 23; Is., i, 24; iii, 1; x, 16 and 33; xix, 4) diluar buku Malaekhi, dan jelas mengacu kepada Allah Israel. Nabi-nabi terakhir Israel memberikan kesaksian yang jelas bahwa Mesiah adalah Allah Israel itu sendiri. Argumen dari para nabi akan Keilahian sang Mesiah ini sangat meyakinkan bila dimengerti dalam terang wahyu Kristen, seperti yang telah kami sajikan. Daya kumulatif dari argumen ini disuguhkan dengan baik di buku "Christ in Type and Prophecy", oleh Maas.

Dan harus diingat MESKIPUN Trinitas tidak secara eksplisit diajarkan di Perjanjian Lama, iman Perjanjian Lama SAMA SEKALI TIDAK BERTENTANGAN dengan ajaran Trinitas. Bila di Perjanjian Lama diwahyukan bahwa Allah itu satu, iman Trinitas pun mengamini wahyu tersebut. Iman yang Trinitas tidak pernah berkata bahwa Allah itu ada tiga.

10.c. Menunjukkan kesalahan fatal moslem yang bersikeras menuduh bahwa karena ajaran Trinitas tidak eksplisit ada di Perjanjian Lama maka ajaran tersebut bukan berasal dari Allah.

DeusVult :

Sebagai tambahan,
Sebenarnya adalah sesuatu yang fatal sekali jika Moslem ingin berargumen bahwa karena di Perjanjian Lama iman akan Trinitas tidak ada (menurut Moslem "tidak ada" padahal sebenarnya "belum ada secara eksplisit") maka iman akan Trinitas adalah buatan manusia dan bukan dari Allah. Kenapa? Karena banyak bagian dari iman Islam yang adalah suatu iman yang jelas-jelas baru (meskipun tentunya ada kesamaan dengan iman Abraham, Musa etc).

Sebagai contoh:

1. Apakah Allah pernah mewahyukan bagi umatNya suatu Kitab Suci baru (ie. Quran) di jaman Abraham, Musa atau Yesus? Tentu saja tidak?

2. Apakah Allah pernah mewahyukan bagi umatNya untuk bersembahyang di Mesjid di jaman Abraham, Musa atau Yesus? Tentu tidak (umat Yahudi beribadah di Sinagoga).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun