Mohon tunggu...
Tri Puji lestari
Tri Puji lestari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

saya adalah Mahasiswa semester 5

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tehnk Strategi Refreaming Kelompok 4

5 November 2024   19:26 Diperbarui: 5 November 2024   19:32 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Nama anggota kelompok 4: 

  • TRI PUJI LESTARI
  • YESSI EKA SEPTIANI
  • IMROATUL FALASIFAH
  • ALFIYA

Judul: Teknik strategi refreaming

Dosen pengampu: Dr. Bachrudin Al Habsy M.pd

Universitas darul ulum jombang

                                                     

PENDAHULUAN

  • Pengertian Kemampuan Berpikir Positif

Kemampuan berpikir positif merupakan cara berpikir individu yang selalu memandang segala sesuatu dari segi yang positif, baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun situasi yang dihadapi. Seseorang yang berpikir positif mampu melihat setiap masalah dari sudut pandang yang positif meskipun masalah yang dihadapi cukup berat.

Menurut Arifin (2010) berpikir positif adalah aktifitas berpikir yang kita lakukan dengan tujuan untuk membangun dan membangkitkan aspek positif pada diri kita, baik itu yang berupa potensi, spirit (semangat), tekad, maupun keyakinan diri kita.

Najati (2005) mengemukakan kemampuan berpikir yang dimiliki oleh manusia akan membantunya dalam mengkaji dan meneliti berbagai peristiwa, menarik kesimpulan secara induktif, serta membuat kesimpulan secara deduktif. Dengan adanya kemampuan berpikir itu maka Allah mempercayakan kepada manusia untuk mengemban amanah kekhalifahan di bumi.

Abraham (2004) menjelaskan berpikir sebagai

 tindakan pikiran seseorang untuk memproduksi pemikiran.

Pemikiran yang diproduksi itu bisa positif atau negatif.

Pemikiran positif diarahkan pada perilaku pemecahan masalah, sedangkan pemikiran negatif terekspresi dalam bentuk alasan-alasan atas kegagalan untuk menghidari perilaku pemecahan masalah. Orang yang berpikir negatif akan terlihat pesimis sementara orang yang berpikir positif akan tampak optimis dalam hidupnya.

Senada dengan itu, Elfiky (2012) menjelaskan bahwa berpikir positif merupakan sumber kekuatan dan sumber kebebasan. Dikatakan sumber kekuatan karena bisa membantu seseorang memikirkan solusi sampai mendapatkannya sehingga seseorang bertambah mahir, percaya dan kuat. Dikatakan sumber kebebasan karena mampu membebaskan seseorang dari kungkungan pikiran negatif serta pengaruhnya pada fisik.

Berpikir positif menurut Andrea juga diartikan sebagai sikap mental yang melibatkan proses memasukkan pikiran-pikiran, kata-kata, dan gambaran gambaran yang konstruktif bagi perkembangan pikiran. Dengan demikian, pikiran positif akan melahirkan kebahagiaan, sukacita, kesehatan, serta kesuksesan dalam setiap situasi dan tindakan (Andrea, 2011). Berpikir positif lebih luas dari pada pikiran itu sendiri, yang mencakup pendekatan menyeluruh terhadap kehidupan. Dalam situasi apapun selalu berfokus pada hal-hal positif, berpikir baik pada diri sendiri dan bukan merendahkan diri, berpikir baik pada orang lain dan menghadapinya secara positif, berharap yang terbaik dari dunia dan percaya pada apa yang akan diberikannya (Quilliam, 2007)

 Nursiyah (dalam Peale, 2006) mengartikan berpikir positif sebagai suatu cara untuk mempertahankan gairah hidup dan mencapai tujuan yang diinginkan serta kecenderungan berpikir individu dalam menghadapi keadaan atau situasi, khususnya situasi yang tidak menyenangkan.

 Misalnya adanya rintangan sehingga dengan selalu berpikir positif menjadikan individu tidak mudah putus asa atau menghindar dari keadaan tersebut, tetapi justru akan mencari jalan keluarnya sehingga individu akan menemukan kebahagiaan dalam hal-hal kecil disekitar kehidupannya. Bisa disimpulkan bahwa berpikir positif merupakan kemampuan berpikir seseorang yang tertuju pada hal-hal yang positif dan menggunakan bahasa yang positif untuk mengungkapkan pikirannya, sehingga mampu menimbulkan ketenangan dan kebahagiaan seseorang dalam menjalani kehidupan serta selalu memandang segala sesuatu dari segi yang positif, baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun situasi yang dihadapi.

Ciri-Ciri Seseorang Berpikir Positif 

Menurut El-Bahdal (2010), ciri-ciri yang dimiliki oleh orang yang berpikir positif adalah :

  • Orang-orang yang berpikir positif mengakui bahwa ada unsur-unsur negatif dalam kehidupan setiap individu. Akan tetapi ia yakin bahwa semua masalah dapat diselesaikan.
  • Orang yang berpikir positif tidak mau kalah oleh berbagai kesulitan dan rintangan.
  • Orang yang berpikir positif memiliki jiwa yang kuat dan konsisten.
  • Orang yang berpikir positif tidak mau kalah oleh berbagai kesulitan dan rintangan.
  • Orang yang berpikir positif memiliki jiwa yang kuat dan konsisten.
  • Orang yang berpikir positif percaya pada kemampuan, keterampilan, dan bakatnya. Ia tidak pernah meremehkan semua itu.
  • Orang yang berpikir positif selalu membicarakan hal-hal positif dan selalu menginginkan kehidupan yang positif.
  • Orang yang berpikir positif selalu bertawakkal kepada Allah.
  • Orang yang berpikir positif yakin bahwa semua orang memiliki daya kreatif.

Arifin (2011) mengemukakan sangatlah mudah untuk menandai apakah pola berpikir seseorang sudah berubah menjadi lebih positif ataukah belum. Terdapat 10 ciri yang biasa dimiliki oleh orang-orang yang berpikir positif diantaranya adalah sebagai berikut :

  • Melihat masalah sebagai tantangan
  • Menikmati hidup
  • Memiliki pikiran yang terbuka
  • Menghilangkan pikiran negatif begitu pikiran itu terlintas di benak kita
  • Mensyukuri apa yang dimiliki
  • Tidak mendengar gosip yang tidak jelas
  •  Tidak membuat alasan tetapi mengambil tindakan
  •  Mengunakan bahasa yang positif
  • Mengunakan bahasa tubuh yang positif
  •  Peduli pada citra diri

Adapun menurut Abdul Aziz (2010), Ciri-ciri atau karakteritik seseorang yang berpikir positif akan melakukan hal-hal sebagai berikut :

  • Memandang masalah sebagai tantangan. Salah satu karakter orang yang berpikir positif akan terlihat ketika ia dihadapkan pada masalah. Orang dengan pikiran positif biasanya tidak takut menghadapi masalah.
  • Mensyukuri apa yang dimiliki. Dengan berpikir positif akan membuat seseorang menerima keadaan apapun dengan besar hati.
  • Selalu terbuka dan siap menerima saran atau kritikan. Mereka menyadari bahwa dengan saran dan kritikan dari orang lain akan menjadikan mereka lebih baik dan terkontrol.
  • Perkataannya seputar hal-hal yang positif. Perbedaan orang-orang yang berpikir positf dengan negatif terlihat pada saat ia berbicara, orang-orang yang berpikir positif selalu berbau hal-hal positif.
  • Berpandangan dan berpengharapan baik. Pandangan positif akan akan melahirkan harapan baik. Pandangan yang positif menjadi hal yang sangat penting untuk melahirkan harapan yang baik.
  • Cepat bangkit disaat gagal. Selalu optimis memandang masa depan dan mempunyai progresivitas tinggi dalam melakukannya merupakan ciri-ciri orang yang mempunyai pikiran positif.
  • Manfaat Berpikir Positif

Kebiasaan berpikir positif merupakan sikap dan tindakan yang mendatangkan manfaat besar bagi siswa yang bersangkutan, yaitu berkenaan dengan :

  • Mengatasi Stres
  • Berpikir positif dapat membantu siswa mengatasi situasi stres, mengabaikan pikiran negatif, dan mengganti pikiran pesimis menjadi optimis, mengrangi kecemasan dan mengrangi stres. Artinya siswa dapat mengatasi stres sehingga siswa dapat menanamkan pemikiran positif dalam dirinya dan mengganti pemikiran pesimis menjadi lebih optimis.
  • Menjadi lebih sehat
  • Pikiran dapat secara langsung mempengaruhi tubuh dan cara bekerja tubuh. Ketika siswa mengganti pikiran negatif dengan ketenangan, kepercayaan dan kedamaian, bukannya dengan kebencian, kecemasan, dan kekhawatiran, maka siswa akan merasakan kesejahteraan. Dan ini berarti akan membuat siswa tidak mengalami gangguan saat tidur, tidak merasakan ketegangan otot, kecemasan dan kelelahan, sehingga cara hidup siswa menjadi lebih sehat.
  • Percaya Diri
  • Dengan berpikir positif, maka akan lebih percaya diri dan siswa tidak mudah untuk mencoba menjadi orang lain. Jika tidak percaya diri maka siswa tidak akan pernah mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Berpikir positif dapat mencegah siswa memili keputusan yang salah atau melakukan hal-hal yang kemudian akan 15 disesali oleh siswa.

 Berpikir positif membuat siswa percaya diri dalam memilih keputusan yang cepat dan tepat. Selain itu, ketika siswa dapat berpikir positif, maka akan membuat siswa memiliki rasa percaya diri yang baik sehingga dapat menarik perhatian orang dan orang tersebut merasa nyaman ketika berdekatan dengan siswa yang memiliki pemikiran positif.

  •  Bisa Mengatur Waktu Lebih Baik. Dengan meningkatnya fokus serta kemampuan membuat keputusan yang lebih baik, siswa akan lebih terorganisir, hal ini akan membantu siswa untuk mendapatkan lebih banyak waktu bagi diri sendiri dan orang yang dicintai. Bepikir positif tak hanya bisa meningkatkan fokus namun dengan berpikir positif siswa lebih bisa mengatur waktu dengan baik sehingga akan mengarahkan siswa pada kebahagiaan dan keberhasilan.

Aspek-aspek Berpikir Positif 

Berpikir positif merupakan usaha mengisi pikiran dengan berbagai hal positif atau muatan yang positif, adapun tercakup aspek-aspek berpikir positif sebagai berikut (Albrecht 1994):

  • Harapan yang positif (positive expectation) Ketika individu mendapatkan masalah, maka aspek harapan yang positif akan mengarahkan pikirannya untuk melakukan sesuatu dengan lebih memusatkan perhatiannya pada kesuksesan, optimisme, pemecahan masalah, menjauhkan diri dari perasaan takut gagal, serta memperbanyak penggunaan katakata yang mengandung harapan, seperti: "saya dapat melakukannya", "mengapa tidak", dan sebagainya.
  • Afirmasi diri (self affirmation) Dengan aspek afirmasi diri ini, ketika seseorang mendapat masalah maka dia akan lebih memusatkan perhatiannya pada kekuatan diri, kepercayaan diri dan melihat dirinya secara positif dengan dasar pikiran bahwa setiap individu sama berartinya dengan orang lain.
  • Pernyataan yang tidak menilai (non judgment talking) Suatu pernyataan yang lebih menggambarkan keadaan dari pada menilai keadaan dan tidak fanatik dalam berpendapat. Pernyataan yang tidak menilai ini bertujuan sebagai pengganti pada saat seseorang cenderung memberi pernyataan atau penilaian yang negatif. Aspek ini akan sangat berperan ketika seseorang menghadapi keadaan yang cenderung negatif.
  • Penyesuaian diri yang realistis (reality adaptation) Dengan aspek penyesuaian diri yang realistis ini, seseorang yang menghadapi masalah akan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan kenyataan yang terjadi. Dia akan menerima masalah dan berusaha menghadapinya, menjauhkan diri dari penyesalan, frustrasi dan menyalahkan diri.
  • Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat empat faktor yang berkaitan dengan berpikir positif yaitu harapan yang positif (positive expectation), afirmasi diri (self affirmation), pernyataan yang tidak menilai    (non judgment talking) dan penyesuaian diri yang realistis (reality adaptation).

Langkah-Langkah Berpikir Positif 

Berpikir positif bukanlah cara berpikir yang muncul dengan instan, namun memerlukan beberapa langkah-langkah agar bisa melakukan kemampuan berpikir positif itu. Menurut Ubaedy (dalam Munashiroh, 2008), ada tiga langkah dalam berpikir positif, yaitu:

  • Menemukan pelajaran spesifik yakni dengan mengaktifkan pikiran untuk menemukan pelajaran-pelajaran spesifik yang benar-benar cocok untuk keadaan diri hari ini. Karena tidak mungkin menyerap hikmah secara keseluruhan dalam satu waktu, maka paling penting adalah menyerap hikmah yang relevan sebagai bahan koreksi diri.
  • Menggunakan pelajaran yang sudah didapatkan dalam hal spesifik atau dalam usaha meraih keinginan berikutnya.
  • Membuka diri atas berbagai pelajaran positif yang diilhamkan oleh kesalahan diri sendiri, nasehat, dan seterusnya. Menyimpan dan menggunakan pengetahuan yang sudah didapat serta mempersiapkan diri untuk menerima pengetahuan baru.

Selain yang telah dikemukan oleh Ubaedy di atas, Andrea (2011) juga menjelaskan beberapa langkah untuk menuju pikiran positif dalam kehidupan, yaitu:

  • Kuasai pikiran dengan penuh keyakinan
  • Tetapkan pikiran pada apa yang diinginkan
  • Singkirkan semua pikiran negatif
  • Berikan sugesti positif pada diri sendiri
  • Selalu bertoleransi
  • Gunakan kekuatan doa
  • Tetapkan tujuan

Pengertian Tehnik Refreming 

Reframing adalah keajaiban yang tersembunyi di balik sudut pikiran manusia. Reframing adalah proses mengubah cara kita memandang atau memahami suatu situasi atau peristiwa menjadi lebih positif. Proses ajaib ini dapat mengubah pola pikir kita menjadi cahaya yang menyinari kegelapan dalam hati. Ketika kita dihadapkan pada situasi yang sulit atau kegagalan, reframing mengajak kita untuk melihat dengan mata yang baru dan hati yang terbuka. Reframing adalah seni yang memungkinkan kita melihat peluang di tengah kesulitan, mengubah kegagalan menjadi batu loncatan untuk sukses, dan menemukan kebahagiaan dalam hal-hal sederhana.

Menurut Suharli (2009) "reframing berasal dari kata Freming  (pengulangan) dan framing (pembingkaian) jadi reframing adalah teknik membingkai ulang sebuah kejadian dengan cara mengubah sudut pandang atas kejadian tersebut". Darminto (2007) mengungkapkan bahwa teknik reframing digunakan untuk membantu konseli membentuk atau mengembangkan pikiran lain yang berbeda tentang dirinya. Namun sebelumnya peneliti akan menjelaskan salah satu pendekatan konseling dalam bimbingan dan konseling yang membahas salah satu teknik-teknik konseling tentang reframing yaitu Rational-Emotive Behavior Therapy (REBT) yang dikembangkan oleh Ellis pada tahun 1962, dimana teknik ini memandang bahwa manusia adalah makhluk yang berpotensi.

Reframing bukanlah sekadar perubahan pola pikir, tetapi perjalanan batin yang membebaskan kita dari belenggu pikiran negatif dan membawa kita ke tempat yang penuh kasih dan makna. Contoh reframing dalam mengubah pemikiran negatif menjadi lebih positif sering dijumpai saat seseorang sedang dalam keadaan kecewa, menyesal, sedih, dan emosi negatif lainnya. Ketika terdapat

seorang yang tidak lulus dalam mata kuliah misalnya, dalam hati orang tersebut pasti mengatakan "Kenapa saya gagal dalam mata kuliah ini. Apakah saya tidak cerdas?. Apa lebih baik besok menyontek saja ya?" Dari pada berpikiran seperti itu, lebih baik ubah saja pemikiran tersebut menjadi lebih postif dan menimbulkan emosi positif.

Contohnya: "Meskipun saya tidak mencapai hasil yang diharapkan, ini adalah kesempatan untuk belajar dari kesalahan. Saya akan menggunakan pengalaman ini untuk memperbaiki strategi belajar saya dan mencapai kesuksesan di masa depan." Contoh lain dalam dunia pertemanan "Saya iri dengan kesuksesan teman saya. Saya merasa tidak berharga." lebih baik berpikir "Kesuksesan teman saya adalah inspirasi bagi saya. Saya dapat menggunakan perasaan cemburu ini sebagai motivasi untuk meraih tujuan saya sendiri." Dalam situasi-situasi pertemanan ini, reframing membantu kita melihat peluang dan potensi pertemanan yang lebih dalam dan bermakna. Dengan mengubah perspektif negatif menjadi konstruktif.

 Dengan melakukan perjalanan reframing ini, seseorang dapat menemukan kekuatan dalam kerentanan, inspirasi dalam ketidakpastian, dan kedamaian dalam kekacauan. Tujuan uatama dari reframing adalah untuk menciptakan pola pikir yang lebih seimbang, optimis, dan memungkinkan seseorang untuk melihat potensi dan peluang dalam hidup serta menghadapi tantangan dengan kepercayaan diri dan ketahanan yang lebih besar. Perubahan bukanlah tentang mengubah situasi, tetapi mengubah cara kita melihat situasi tersebut. Reframing adalah alat yang kuat untuk mengatasi tantangan dan menjadikan setiap pengalaman sebagai peluang untuk pertumbuhan. Dengan melakukan perjalanan reframing ini, seseorang dapat menemukan kekuatan dalam kerentanan, inspirasi dalam ketidakpastian, dan kedamaian dalam kekacauan. Tujuan uatama dari reframing adalah untuk menciptakan pola pikir yang lebih seimbang, optimis, dan memungkinkan seseorang untuk melihat potensi dan peluang dalam hidup serta menghadapi tantangan dengan kepercayaan diri dan ketahanan yang lebih besar. Perubahan bukanlah tentang mengubah situasi, tetapi mengubah cara kita melihat situasi tersebut. Reframing adalah alat yang kuat untuk mengatasi tantangan dan menjadikan setiap pengalaman sebagai peluang untuk pertumbuhan.

Berkaca dari kasus ini, kehadiran pandemi pun dapat disikapi positif apabila sudut pandang yang dipakai mengarah kepada dengan persepsi yang positif. Mari kita ambil contoh kasus pembelajaran jarak jauh. Melalui teknik reframing, kehadiran pembelajaran jarak jauh menurut Ratih Zulhaqqi, seorang psikolog anak dan keluarga, dapat dimaknai sebagai kesempatan untuk mengenal lebih dalam anggota keluarga dan meningkatkan kemampuan menyelesaikan permasalahan secara bersama-sama.

Tidak hanya pada kasus pembelajaran jarak jauh saja, masalah-masalah lain yang timbul akibat dari pandemi ini bisa disesuaikan dengan teknik reframing. Berikut merupakan contoh dari cara menafsirkan masalah menurut Wira Arjuna dalam bukunya yang berjudul DOREMI Do Reframing Your Life: Sakit: kondisi ini adalah upaya tubuh untuk menyeimbangkan metabolisme tubuh agar saya mendapatkan kesehatan yang lebih baik.

Sulit: kesulitan yang saya hadapi ini merupakan bayaran yang harus dilakukan karena untuk mendapatkan sesuatu yang besar dan berharga tidaklah mudah.

Kematian: saya yakin seseorang yang dipanggil Tuhan akan terbebas dari kehidupan yang penat dan menyesakkan.

PHK: pemutusan hubungan kerja ini merupakan kesempatan saya untuk beralih kepada profesi yang lebih menjanjikan akan kesuksesan atau mencoba peluang untuk membuka usaha.

Dengan demikian, bagaimanakah cara mengubah perilaku negatif dengan menggunakan teknik reframing ini? Berdasarkan Bandler dan Grinder, terdapat enam langkah mudah dalam menerapkan teknik reframing (six steps reframing), yaitu:

Mengindentifikasi jenis perilaku yang akan diubah.Contoh: saya ingin mengubah perilaku A, tetapi saya tidak bisa.

Mengkomunikasikan bagian yang bertanggung jawab dari diri untuk mengubah perilaku A.  Contoh: apakah bagian diri saya akan berkomunikasi secara sadar dengan diri saya untuk mengubah A?

Memberikan pertanyaan tentang tujuan positif mengubah perilaku A kepada bagian diri sendiri.

Membuat alternatif perilaku lain yang positif dengan menggunakan kreativitas yang ada pada diri sendiri.

Mempertanyakan diri sendiri apakah bersedia mengubah perilaku A tersebut dengan alternatif yang baru.

Mempertanyakan diri sendiri apakah alternatif tersebut menggangu fungsi tubuh yang lain.

Dalam konteks psikologi, reframing sering digunakan dalam terapi kognitif dan terapi perilaku kognitif (Cognitive Behavioral Therapy/CBT). CBT didasarkan pada prinsip bahwa emosi dan perilaku seseorang sering kali merupakan hasil dari cara mereka berpikir tentang suatu situasi. Jika pikiran atau keyakinan dasar tentang suatu peristiwa negatif, maka perasaan dan tindakan mereka cenderung akan mengarah ke arah yang negatif pula. Reframing memungkinkan seseorang untuk memodifikasi pola pikir ini, sehingga dapat menghasilkan emosi yang lebih positif dan perilaku yang lebih adaptif. Terapi kognitif, yang dikembangkan oleh Aaron Beck, menekankan pentingnya mengidentifikasi dan menantang pikiran otomatis negatif (negative automatic thoughts) dan menggantinya dengan pemikiran yang lebih seimbang dan realistis. Reframing adalah alat penting dalam proses ini, karena dengan reframing, seseorang tidak hanya mengubah pikiran mereka, tetapi juga mampu mengubah cara mereka merasakan dan bereaksi terhadap peristiwa tertentu.

B.JENIS-JENIS REFRAMING

Reframing dapat dilakukan melalui berbagai cara, tergantung pada jenis masalah atau situasi yang dihadapi. Berikut adalah beberapa bentuk reframing yang umum:

  • Content Reframing (Reframing Isi): Dalam pendekatan ini, aspek dari situasi yang sama diinterpretasikan dengan makna yang berbeda. Misalnya, ketika seseorang merasa stres karena terlalu sibuk dengan pekerjaan, reframing dapat mengubah cara pandang dengan menekankan bahwa kesibukan tersebut adalah tanda dari tanggung jawab yang tinggi dan kepercayaan yang diberikan kepadanya oleh atasan. Peristiwa atau situasi yang sama dapat dipahami secara berbeda jika maknanya diubah. Cara kerja; Fokus pada inti dari pengalaman atau peristiwa, kemudian berikan interpretasi alternatif yang membuat pengalaman itu lebih diterima atau positif. Contoh; Perasaan Cemas: Seorang individu merasa cemas sebelum wawancara kerja. Dalam reframing isi, kecemasan tersebut bisa dipandang sebagai tanda bahwa individu tersebut sangat peduli dan termotivasi untuk melakukan yang terbaik.
  • Context Reframing (Reframing Konteks): Ini melibatkan pengubahan konteks di mana situasi atau perilaku tertentu dianggap negatif. Misalnya, jika seseorang dianggap terlalu keras kepala, context reframing akan menyoroti bahwa dalam beberapa situasi, kekerasan kepala ini mungkin menjadi aset, misalnya dalam hal memperjuangkan prinsip atau keyakinan yang benar. Setiap perilaku atau kejadian dapat dianggap sesuai atau tidak sesuai tergantung pada konteksnya. Cara Kerjannya Fokus pada perilaku atau sifat yang tampaknya negatif, dan kemudian cari konteks lain di mana perilaku tersebut bisa bermanfaat atau diinginkan. Contoh:  Keras Kepala: Seseorang dianggap keras kepala. Dalam konteks reframing, keras kepala bisa dilihat sebagai ketekunan atau komitmen pada tujuan, yang sangat dibutuhkan saat menghadapi tantangan besar.
  • Outcome Reframing (Reframing Hasil): Pendekatan ini menekankan pentingnya fokus pada hasil atau tujuan yang diinginkan. Daripada melihat hambatan sebagai kegagalan, reframing hasil mengajak seseorang untuk melihatnya sebagai langkah penting menuju pencapaian yang lebih besar. Ini memungkinkan orang tetap fokus pada tujuan akhir, alih-alih terpaku pada rintangan.
  • Personal Reframing (Reframing Diri): Melalui reframing ini, seseorang diajak untuk melihat kemampuan, bakat, dan kekuatannya yang sebelumnya tidak disadari. Reframing diri berguna untuk mengubah citra diri yang negatif menjadi lebih positif dan realistis, sehingga individu lebih percaya diri dalam menghadapi tantangan hidup.
  • Reframing Positif; Reframing positif adalah teknik yang digunakan untuk mengidentifikasi sisi positif dari suatu situasi yang secara umum dianggap negatif. Tujuan utama dari jenis reframing ini adalah mengurangi beban emosi negatif dan menggantinya dengan emosi yang lebih positif. Setiap situasi, bahkan yang tampaknya negatif, memiliki potensi untuk memiliki aspek positif yang tersembunyi. 
  • Fokus pada aspek positif dari peristiwa atau situasi tersebut, dan bagaimana hal itu dapat mempengaruhi individu secara konstruktif. Contoh; Putus Cinta: Seseorang putus hubungan. Reframing positif bisa melihat putus cinta sebagai kesempatan untuk mengevaluasi diri dan menemukan pasangan yang lebih sesuai di masa depan
  • Reframing Behavioral (Perilaku); : Reframing ini berkaitan dengan mengubah cara individu memahami dan merespons perilaku tertentu, baik perilaku sendiri maupun orang lain.Perilaku yang tampak negatif atau merugikan dapat diubah maknanya jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda.Fokus pada memahami alasan di balik perilaku dan bagaimana perilaku itu bisa dilihat sebagai adaptasi atau reaksi yang sesuai dalam konteks tertentu. Contoh: Anak yang Agresif: Seorang anak yang sering berperilaku agresif mungkin dipandang sebagai anak yang mencoba mendapatkan perhatian karena merasa diabaikan

C.Manfaat dan Keuntungan Reframing

          Reframing memiliki sejumlah manfaat signifikan bagi individu, baik dalam konteks pribadi maupun profesional. Beberapa manfaat utama reframing adalah:

  • Mengurangi Stres dan Kecemasan: Reframing dapat membantu seseorang untuk mengatasi stres dan kecemasan dengan mengubah cara mereka memandang situasi yang mereka anggap mengancam. Dengan cara pandang baru, peristiwa yang sebelumnya menimbulkan stres dapat dianggap sebagai tantangan atau kesempatan, bukan ancaman.
  • Meningkatkan Kemampuan Mengatasi Masalah: Orang yang terampil dalam reframing cenderung lebih fleksibel dalam menghadapi masalah. Mereka tidak mudah terjebak dalam pemikiran negatif atau pesimistis, melainkan cenderung mencari sudut pandang alternatif yang membuka peluang solusi.
  • Membangun Ketangguhan Psikologis: Dengan reframing, individu dapat membangun ketangguhan (resilience) yang lebih baik, karena mereka belajar untuk melihat tantangan dan kesulitan sebagai bagian dari proses pertumbuhan dan pembelajaran. Ini membuat mereka lebih tahan terhadap kegagalan dan lebih mudah bangkit setelah mengalami kesulitan.
  • Meningkatkan Relasi dan Interaksi Sosial: Dalam hubungan interpersonal, reframing bisa membantu seseorang memahami perspektif orang lain, sehingga mengurangi konflik dan meningkatkan komunikasi yang lebih efektif. Seseorang dapat belajar untuk tidak langsung bereaksi negatif terhadap kritik atau keluhan, tetapi mencoba untuk melihatnya dari sudut pandang yang lebih konstruktif
  • Membangun Pola Pikir Positif: Dengan membiasakan diri untuk melakukan reframing, seseorang dapat mengembangkan pola pikir yang lebih positif dan optimis. Ini sangat penting dalam menjaga keseimbangan emosional dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan.

D.Tantangan dalam Menerapkan Reframing

Meskipun reframing sangat bermanfaat, ada beberapa tantangan yang mungkin dihadapi saat menerapkannya;

  • Keterikatan pada Pola Pikir Lama: Orang sering kali terjebak dalam pola pikir yang sudah terbentuk lama, dan sulit untuk keluar dari kerangka berpikir tersebut. Keyakinan yang telah berakar dalam tentang diri sendiri, orang lain, atau dunia seringkali menjadi hambatan dalam proses reframing.
  • Kesadaran dan Latihan yang Konsisten: Reframing membutuhkan kesadaran yang tinggi dan latihan yang konsisten. Seseorang harus mampu mengenali pola pikir negatif secara real-time dan kemudian dengan sengaja memilih cara pandang yang lebih positif. Ini tidak selalu mudah, terutama dalam situasi yang penuh tekanan atau emosi yang intens.
  • Kegagalan Melihat Manfaat Reframing: Beberapa orang mungkin skeptis terhadap reframing, terutama jika mereka merasa bahwa reframing hanyalah cara untuk "mengabaikan" atau "meremehkan" masalah yang ada. Padahal, reframing bertujuan untuk memberikan pemahaman baru yang lebih memberdayakan, bukan mengabaikan kenyataan.

E.Tahap-tahap Refreming

1. Rasional Rasional digunakan dalam strategi reframing bertujuan untuk meyakinkan konseli bahwa persepsi atau retribusi masalah dapat menyebabkan tekanan emosi. Tujuannya adalah agar konseli mengetahui alasan atau gambaran singkat mengenai strategi reframing dan untuk meyakinkan konseli bahwa cara pandang terhadap suatu masalah dapat menyebabkan tekanan emosi.

2) Identifikasi persepsi Identifikasi persepsi merupakan suatu tahapan untuk mengidentifikasi persepsi atau pikiran-pikiran yang muncul dalam situasi yang menimbulkan kecemasan, selain itu tahapan Identifikasi persepsi juga bertujuan untuk membantu dalam menghadapi situasi masalah.

3) Menguraikan peran dari fitur-fitur persepsi terpilih untuk dapat memerankan kondisi kecemasan yang telah diidentifikasi.

 4) Identifikasi persepsi alternatif Identifikasi persepsi alternatif bertujuan untuk memilih persepsi alternatif atau sudut pandang baru sebagai pengganti dari persepsi sebelumnya

5) Modifikasi dan persepsi dalam situasi masalah untuk upaya berlatih dalam mengalihkan persepsi lama (yang menimbulkan situasi tekanan dan kecemasan) ke persepsi baru.

6) Pekerjaan rumah dan tindak lanjut untuk berlatih dalam melakukan pengubahan secara cepat dari persepsi lama ke persepsi atau sudut pandang yang baru dan menerapkannya dalam kondisi yang nyata atau sebenarnya.

F.Tujuan reframing

Framing mempunyai banyak tujuan yang dengannya dapat mengubah seseorang menjadi lebih baik. Menurut Cormier, fokus dari strategi reframing terletak pada alasan yang salah dan keyakinan serta kesimpulan yang tidak logis. Tujuannya adalah mengubah keyakinan irasional atau pernyataan diri negatif

penelitian ini menggunakan teknik Reframing yang mempunyai tujuan sebagai berikut:

1) Untuk memperluas gambaran tentang dunianya dan untuk memungkinkannya mempersepsi situasinya secara berbeda dengan cara yang lebih konstruktif

2) Memberikan cara pandang yang baru dan positif

3) Mengubah keyakinan, pikiran, cara padang konseli dari negatif irasional menjadi positif rasional

4) Membingkai ulang cara pandang konseli, dari: a) Sebuah masalah sebagai peluang b) Sebuah kelemahan sebagai kekuatan c) Sebuah kemustahilan sebagai kemungkinan yang jauh d) Kemungkinan yang jauh sebagai kemungkinan yang dekat e) Penindasan sebagai sesuatu yang netral f) Perbuatan buruk karena kurangnya pemahaman

G. Tujuan panduan teknik reframing

1. Mengubah Pola Pikir: Membantu seseorang melihat masalah bukan sebagai hambatan, tetapi sebagai kesempatan untuk belajar atau berkembang.

2. Mengurangi Pikiran Negatif: Menggantikan pikiran negatif atau destruktif dengan pikiran yang lebih positif dan produktif.

3. Meningkatkan Kesejahteraan Emosional: Dengan melihat situasi dari sudut pandang yang lebih positif, seseorang dapat merasa lebih tenang dan optimis.

4. Memperluas Perspektif: Mengarahkan individu untuk tidak terpaku pada satu sudut pandang, melainkan mempertimbangkan berbagai perspektif yang bisa memberikan pemahaman yang lebih luas.

5. Meningkatkan Fleksibilitas Kognitif: Membantu individu menjadi lebih fleksibel dalam cara berpikir, sehingga lebih mudah beradaptasi dengan perubahan atau tantangan.

TABEL 1.1

JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN EKSPERIMEN TEKNIK REFRAMING

PERTEMUAN KE

TOPIK PERTEMUAN

TUJUAN

KEGIATAN

ALOKASI WAKTU

1.

Indentifikasi masalah/situasi

 Mengindentivikasi masalah atau situasi yang ingin dirubah persepektifnya  

Diskusi sekaligus refreksi untuk memahami secara mendalam

30mnt

2.

Menyadari fikiran negative

Mengenali pikiran negatif atau keyakinan yang muncul dari masalah

Belajar mengenali pikiran negatif dan mengenali emosi reaksi yang muncul

20mnt

3

Mempertanyakan pikiran

Menggunakan pertanyaan tebuka ini biar bisa membedakan keraguan dan keyakinan

Bisa mengajukan pertanyaan seperti : apakah ini benar

Aoakah ini salah ?

Apakah ada cara lain untukmelihat ini

25mnt

4.

Mencari persepetif baru

Menemukan sudut pandang yang positif dan alternative yang positif atau produktif

Belajar beainstorming persepektif baru Dan bisa menanyakan keorang lain

20 menit

5

Implementasi reframing

Bisa konsisten dan mencoba berfikir dalam siklus sehari_hari

Belajar Menerapkan sudut pandan yang barudan bisa memahami masalah atau situasi

Harian

6.

Refleksi dan evaluasi

Mengevaluasi apalah reframing telah mengubah perasaan atau tindakan

Refleksi pribadi atau diskusi sesi bimbingan konseling

Mingguan

7

Penyusuain dan penguatan

Menyesuaikan cara pandang jika diperlukan dan memperkuat sudut pandang

Belajar memperkuat persepektif baru dan belajar menyesuaikan

30

 

A.Prosedur Perlakuan dan Skenario Pelaksanaan

TAHAP : Identivikasi masalah

 PERTEMUAN : 1

 KEGIATAN : mengungkapkan masalah/ mengindetintifikasi masalah masalah

   

B.Tujuan 

Mengenalkan masalah atau mengelompokkan masalah, dan sebagai bentuk dorongan dari suatu kegiatan dari penelitian.

C.Alokasi waktu : 30 menit 

D.Sarana prasarana  : 

  • Pulpen
  • Buku
  • Kursi

E.Kegiatan

  • Membangun kedekatan antara konselor dan konseli
  • Pengenalan teknik reframing
  • Dan meperkenalkan identifikasi masalah atau situasi
  • Latihan reframing awal
  • Penutup

F.Prosedur kegiatan

Identifikasi Masalah atau Situasi

a.Langkah:

  • Pendahuluan

Mengawali Pertemuan Dengan Menciptakan Hubungan baik dengan Anggota Individu atau konselor bersama individu mengidentifikasi masalah, situasi, atau pikiran negatif yang menjadi sumber ketidaknyamanan. Penciptaan hubungan baik pada awal kegiatan antara konselor dengan anggota kelompok sangat penting dalam membangun hubungan interpersonal yang baik,agar tercipta keterbukaan, kepercayaan dan penerimaan masing-masing individu. Penciptaan hubungan yang baik pada awal kegiatan antara konselor dengan konseli. Mengawali pertemuan dengan berdoa dan membicarakan topik netral diharapkan dapat saling mengenal dan memahami sehingga akan muncul keadaan saling percaya.

  • Identifikasi Masalah atau Situasi

Langkah: Peserta diminta untuk memilih satu masalah atau situasi yang ingin mereka ubah cara pandangnya. Fokus pada masalah yang paling sering menimbulkan stres atau kecemasan.

  • Latihan Reframing Awal

Langkah: Peserta diminta untuk mencoba latihan reframing secara praktis. Mereka diajak untuk mengubah salah satu pikiran negatif mereka dengan perspektif alternatif yang telah dibahas.

Tujuan: Memulai proses perubahan pola pikir dengan latihan sederhana dalam mengubah cara pandang terhadap situasi tertentu.

Menyimpulkan dan mengakhiri kegiatan

a.Melakukan refleksi kegiatan 

Apakah sudah selesai?, sekarang hasil dari jawaban kalian akan ibu tarik untuk ibu analisis. Nah, Tidak terasa juga ya, waktu kegiatan kita sudah habis, kira-kira apakah ada pengalaman baru hari ini? Sebelum mengakhiri kegiatan ibu akan bertanya beberapa hal: 1) Apakah kalian mengalami kesulitan saat mengisi  2) Bagaimana perasaan kalian dalam menuliskan cerita kalian?

b.Menutup kegiatan

Demikian yang dapat kita bahas. Saya ucapkan terimakasih.. Wassalamua'alaikum Wr. Wb. Sampai Jumpa..................................... 

         

Prosedur perlakuan dan scenario pelaksanaan

  • Membangun kedekatan antara konselor dan konseli
  • Pengenalan teknik reframing
  • Dan meperkenalkan identifikasi masalah atau situasi
  • Latihan reframing awal
  • Penutup

 

A.Tujuan

Untuk membantu seseorang mengembangkan kesadaran diri dan mengelola emosi serta respons secara sehat

 

B.Alokasi waktu

20 MENIT

 

C.SARANA PRASARANA

  • Pulpen
  • Buku
  • Kursi

  

D. KEGIATAN

Tahapan Kegiatan 

Kegiatan 

Alokasi Waktu

Pendahuluan

Ice breaking

5 menit

Kegiatan inti

Belajar mengenali pikiran negatif dan mengenali emosi reaksi yang muncul

10 menit

Penutup

Menutup pertemuan

5 menit

 

1. Pendahuluan

a) Mengawali pertemuan dengan menciptakan hubungan baik dengan anggota

Penciptaan hubungan baik pada awal kegiatan, antara konselor dengan anggota merupakan unsur yang sangat penting dalam membangun hubungan interpersonal yang baik. Hal ini bertujuan untuk mencapai suatu tujuan tertentu antara lain membentuk suatu keterbukaan. kepercayaan dan penerimaan masing- masing anggota kelompok.

Jika rapport terbentuk dengan baik antara konselor dengan anggota maka akan timbul motivasi untuk melakukan serangkaian kegiatan dalam proses konseling, dengan demikian. interaksi selanjutnya diharapkan dapat, berjalan dengan baik.

  • Pembukaan

Assalamualaikum Wr. Wb. Bagaimana kabarnya?

Pada pagi ini, Ibu sangat senang sekali bisa bertemu kalian dalam suasana yang begitu indah, mudah-mudahan kalian juga senang pada hari ini.

Selamat pagi anak anak Ibu  ucapkan selamat pada kalian, , kalian berkesempatan untuk mengikuti kegiatan ini. Mungkin juga kalian bertanya-tanya kenapa kok saya yang dipilih?,

Kalian mungkin masih ingat beberapa waktu yang lalu Ibu menjelaskan tentang teknik refreaming pada kalian,  apakah kalian masih ingat.

nah itu alasan ibu memilih kalian terpilih untuk mengikuti kegiatan ini.

Sebelum kegiatan ini kita mulai marilah kita membuka dengan bacaan doa.

Berdoa dimulai...

  • Ice Breaking

Sebelum ibu menjelaskan tentang materi tentang berfikir negatif , apakah disini sudah saling mengenal satu sama lain?, Agar kita bisa saling akrab satu sama lain, Ibu punya permainan yang Ibu beri nama "Marina menari diatas menara, nah ada yang tahu?, Adapun langkah-langkah dalam permainan ini, perhatikan instruksi Ibu baik-baik Ya?

Oke langsung saja, Dimohon semua siswa berdiri kita ice breaking bersama sama. Sebelum nya Ibu beri contoh ya kalian ikuti ya...

"Marina menari diatas menara" semua siswa harus menari ya karena ice breaking ini agar kalian lebih semangat mendengarkan materi dan tidak mengantuk. Oke tepuk tangan semuanya terimakasih boleh silahkan duduk kembali...

  • berpikir positif

         Prosedur perlakuan dan scenario pelaksanaan

D. KEGIATAN

Tahapan Kegiatan 

Kegiatan 

Alokasi Waktu

Pendahuluan

Ice breaking

5 menit

Kegiatan inti

mengajukan pertanyaan seperti : apakah ini benar Apakah ini salah ?Apakah ada cara lain untuk melihat ini

15 menit

Penutup

Menutup pertemuan

5 menit

1. Pendahuluan

a) Mengawali pertemuan dengan menciptakan hubungan baik dengan anggota

Penciptaan hubungan baik pada awal kegiatan, antara konselor dengan anggota merupakan unsur yang sangat penting dalam membangun hubungan interpersonal yang baik. Hal ini bertujuan untuk mencapai suatu tujuan tertentu antara lain membentuk suatu keterbukaan. kepercayaan dan penerimaan masing- masing anggota kelompok.

Jika rapport terbentuk dengan baik antara konselor dengan anggota maka akan timbul motivasi untuk melakukan serangkaian kegiatan dalam proses konseling, dengan demikian. interaksi selanjutnya diharapkan dapat, berjalan dengan baik.

2.  Pembukaan

Assalamualaikum Wr. Wb. Bagaimana kabarnya?

Pada pagi ini, Ibu sangat senang sekali bisa bertemu kalian dalam suasana yang begitu indah, mudah-mudahan kalian juga senang pada hari ini.

Selamat pagi anak anak Ibu  ucapkan selamat pada kalian, , kalian berkesempatan untuk mengikuti kegiatan ini. Mungkin juga kalian bertanya-tanya kenapa kok saya yang dipilih?,

Kalian mungkin masih ingat beberapa waktu yang lalu Ibu menjelaskan tentang teknik refreaming pada kalian,  apakah kalian masih ingat.

nah itu alasan ibu memilih kalian terpilih untuk mengikuti kegiatan ini.

Sebelum kegiatan ini kita mulai marilah kita membuka dengan bacaan doa.

  • Ice Breaking

1. Pengenalan diri: Setiap peserta diperkenalkan secara singkat termasuk nama, asal, pekerjaan atau hobi.

2. Perkenalan grup: Peserta dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil atau tim untuk berinteraksi.

3. Pose Bermakna: Berdiri di depan grup, minta orang-orang untuk mencontoh pose Anda. Kemudian, kemudian setiap orang harus memberikan interpretasi pose Anda dan mengatakan apa yang menurut mereka diwakili oleh gerakan-gerakan Sendi Anda.

NO

Pertanyaan

SS

S

KS

TS

STS

1.

Apakah anda sering merasa bahwa hal buruk akan terjadi, meskipun itu hal yg tidak jelas untuk dipikirkan

 

 

 

 

 

2.

Apakah anda pernah merasa ketika sesuatu yang baik terjadi, anda merasa itu hanya sementara dan hal buruk akan menyusul

 

 

 

 

 

3.

Saya sering merasa khawatir berlebihan terhadap hal-hal yang berada dikuar kendali saya

 

 

 

 

 

4.

Apakah anda pernah berfikir bahwa anda merasa masa depan anda penuh dengan tantangan dan kesulitan yang tidak dapat dihindari

 

 

 

 

 

5.

Ketika kamu mengalami kegagalan apakah kamu merasa cemas dan putus asa

 

 

 

 

 

6.

Apakah anda pernah menyerah tidak akan pernah mendapatkan pekerjaan yang baik

 

 

 

 

 

7.

Saya sering overthinking bahwa saya kurang bisa ketika ingin mencoba hal baru

 

 

 

 

 

8.

Saya selalu gagal ketika menjalani suatu hal

 

 

 

 

 

9

Kalo saya tidak sempurna berarti saya gagal

 

 

 

 

 

10.

Saya membuat kesalahan kecil, pasti akan merusak segalanya

 

 

 

 

 

11.

Saya selalu merasa bersalah dan berfikir negative terhadap lingkungan saya

 

 

 

 

 

12.

Saya seharusnya bias lebih baik, saya seharusnya tidak membuat kesalahan

 

 

 

 

 

13.

Saya selalu merasa kurang pandai ketika diskusi bersama orang lain\kelompok

 

 

 

 

 

14.

Saya sering merasa khawatir saat memikirkan hal hal yg belum tentu terjadi

 

 

 

 

 

15.

Saya sering merasa takut ketika mengutarakan pendapat

 

 

 

 

 

16. 

Saya sering merasa kurang percaya diri ketika berhadapan dengan orang yang lebih ber value dibandingkan saya

 

 

 

 

 

17. 

Saya sering merasa takut akan penilaian orang lain terhadap saya

 

 

 

 

 

18.

Saya sering kurang yakin dengan rencana saya kedepan nya

 

 

 

 

 

19.

Apa guna nya mencoba lagi pun nanti saya juga akan gagal

 

 

 

 

 

20.

Saya selalu berpikir mengapa saya tidak bias seperti orang lain

 

 

 

 

 

21.

Apakah saya cukup baik ketika bergaul dengan orang lain

 

 

 

 

 

22. 

Apakah anda pernah berfikir keras bagaimana jika masalah ini tidak bisa terselesaikan

 

 

 

 

 

23. 

Setiap saya bertemu dgn orang baru saya selalu berfikir negative tentang orang tersebut

 

 

 

 

 

24.

Apakah orang lain diam diam membicarakan hal buruk tentang saya

 

 

 

 

 

25.

Saya selalu merasa tidak bisa dalam menjaga anak saya dengan baik

 

 

 

 

 

26. 

Saya selalu berfikir bahwa saya tidak berguna karena saya tidak mampu melakukan apaun

 

 

 

 

 

27.

Saya kurang tegas disaat ada masalah dan kurang bijaksana dan ini adalah pembelajaran penting bagi saya

 

 

 

 

 

28.

Apakah kemungkinan terburuk yang akan terjadi bisakah aku melaluinya

 

 

 

 

 

29.

saya ragu untuk di dengar ketika ingin menceritakan apa yang menganjal pada perasaan saya

 

 

 

 

 

30.

Saya selalu berfikir bahwa masa depan saya akan sama saja dengan masa lalu saya

Penutup: Konselor menyimpulkan dari kegiatan hari ini dan menyepakati pertemuan yang akan dating Dan konselor menutup pembelajaran berfikir negative ini dengan mengucap terimakasih dan  salam...

 Prosedur perlakuan dan scenario pelaksanaan

Tahan: Mempertanyakan pikiran

Pertemuan: 3

Kegiatan: Bisa mengajukan pertanyaan seperti contohnya: apakah ini benar  apakah ini salah? Apakah ada cara lain untuk melihat ini

 

Tujuan

Menggunakan pertanyaan tebuka ini biar bisa membedakan keraguan dan keyakinan

Alokasi waktu

25 MENIT

Sarana prasarana

  • Pulpen
  • Buku
  • Kursi

D.Kegiatan

Tahapan Kegiatan

Kegiatan

Alokasi Waktu

Pendahuluan

Ice breaking

5 Menit

Kegiatan Inti

Bisa mengajukan pertanyaan seperti : apakah ini benar

Aoakah ini salah ?

Apakah ada cara lain untukmelihat ini

15 Menit

Penutupan

Menutup Pertemuan

5Menit

1. Pendahuluan

a) Mengawali pertemuan dengan menciptakan hubungan baik dengan anggota

Penciptaan hubungan baik pada awal kegiatan, antara konselor dengan anggota merupakan unsur yang sangat penting dalam membangun hubungan interpersonal yang baik. Hal ini bertujuan untuk mencapai suatu tujuan tertentu antara lain membentuk suatu keterbukaan. kepercayaan dan penerimaan masing- masing anggota kelompok.

Jika rapport terbentuk dengan baik antara konselor dengan anggota maka akan timbul motivasi untuk melakukan serangkaian kegiatan dalam proses konseling, dengan demikian. interaksi selanjutnya diharapkan dapat, berjalan dengan baik.

2, Pembukaan

Assalamualaikum Wr. Wb. Bagaimana kabarnya?

Pada pagi ini, Ibu sangat senang sekali bisa bertemu kalian dalam suasana yang begitu indah, mudah-mudahan kalian juga senang pada hari ini.

Selamat pagi anak anak Ibu  ucapkan selamat pada kalian, , kalian berkesempatan untuk mengikuti kegiatan ini. Mungkin juga kalian bertanya-tanya kenapa kok saya yang dipilih?,

Kalian mungkin masih ingat beberapa waktu yang lalu Ibu menjelaskan tentang teknik refreaming pada kalian,  apakah kalian masih ingat.

nah itu alasan ibu memilih kalian terpilih untuk mengikuti kegiatan ini.

Sebelum kegiatan ini kita mulai marilah kita membuka dengan bacaan doa

 Berdoa dimulai...

3. Ice Breaking
Sebelum ibu menjelaskan tentang materi tentang mempertanyakan pikiran, apakah disini sudah saling mengenal satu sama lain?, Agar kita bisa saling akrab satu sama lain, Ibu punya permainan yang Ibu beri nama " kalau kau suka hati hentak kaki dan  kalau kau suka hati hentak bumi? Pernah dengar kan kalimat ini? Pasti nya sering dan gampang sekali ya anak anak, Adapun langkah-langkah dalam permainan ini, perhatikan instruksi Ibu baik-baik Ya?
Oke langsung saja, Dimohon semua siswa berdiri kita ice breaking bersama sama. Sebelum nya Ibu beri contoh ya kalian ikuti ya...
"Kalau kau suka hati hentak kaki, kalau kau suka hati bilang hore kalau kau suka hati mari kita lakukan kalau kau suka hati bilang hore!!! Sambil loncat ya" semua siswa harus ceriat ya karena ice breaking ini agar kalian lebih semangat mendengarkan materi dan tidak mengantuk. Oke tepuk tangan semuanya terimakasih  silahkan duduk kembali...

  • Mempertanyakan pikiran
  • Mempertanyakan pikiran adalah proses kritis di mana seseorang mengajukan pertanyaan tentang pemikirannya sendiri. Ini melibatkan proses introspeksi dan refleksi yang membantu seseorang untuk memikirkan kembali keyakinan, nilai, dan sikap yang mereka miliki.
  • Mempertanyakan pikiran sangat penting dalam meningkatkan pemahaman diri dan memperbaiki keputusan yang diambil. Terkadang orang cenderung mengambil keputusan secara emosional atau tanpa pertimbangan yang matang. Mempertanyakan pikiran membantu seseorang mengatasi kecenderungan tersebut dan membuat keputusan berdasarkan pengamatan yang objektif dan logis. Dalam mempertanyakan pikiran, berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan:

1. Apa argumentasi saya untuk kepercayaan ini? Apakah argumen tersebut benar dan relevan?

2. Apakah saya memiliki bukti yang kuat untuk mendukung keyakinan ini?

3. Apakah pemikiran ini didasarkan pada pengalaman saya sendiri atau hanya pengaruh orang lain?

4. Apakah pikiran ini konsisten dengan nilai dan prinsip yang saya pegang?

5. Apakah ada alternatif lain untuk memandang masalah yang sama?

Dengan mengajukan pertanyaan ini, seseorang bisa mencari cara untuk meningkatkan pemahaman dan kebijaksanaan. Ini juga membantu seseorang memperbaiki keputusan yang diambil dan memperbaiki pikiran dan tindakan mereka yang terkadang salah.

Secara umum, mempertanyakan pikiran adalah penting dalam memperkuat pemahaman diri dan memperbaiki pengambilan keputusan. Ini membantu seseorang menghindari kesalahan dan menjadi lebih kritis dalam memandang masalah.

Penutup

          Dengan demikian, itulah penjelasan singkat tentang pertanyaan terbuka. Semoga materi ini dapat bermanfaat dan membantu kamu dalam memahami bagaimana membuat pertanyaan terbuka yang efektif dan efisien. Terima kasih atas perhatiannya dan sampai jumpa lagi.

        

Prosedur perlakuan dan scenario pelaksanaan 

Tahap: Mencari persepetif baru

Pertemuan: 4

Kegiatan: Belajar beainstorming persepektif baru Dan bisa menanyakan keorang lain

Tujuan

membantu pelajar mengasah kemampuan berpikir kreatif dan kritis, serta menyiapkan mereka untuk tantangan masa depan

Alokasi waktu

20 menit

                               

Sarana prasarana

  • Pulpen
  • Buku
  • Kursi

D.Kegiatan 

Tahapan Kegiatan

Kegiatan

Alokasi Waktu

Pendahuluan

Ice breaking

5 Menit

Kegiatan Inti

Belajar beainstorming persepektif baru Dan bisa menanyakan keorang lain

10 Menit

Penutupan

Menutup Pertemuan

5Menit

 

1. Pendahuluan

a) Mengawali pertemuan dengan menciptakan hubungan baik dengan anggota

Penciptaan hubungan baik pada awal kegiatan, antara konselor dengan anggota merupakan unsur yang sangat penting dalam membangun hubungan interpersonal yang baik. Hal ini bertujuan untuk mencapai suatu tujuan tertentu antara lain membentuk suatu keterbukaan. kepercayaan dan penerimaan masing- masing anggota kelompok.

Jika rapport terbentuk dengan baik antara konselor dengan anggota maka akan timbul motivasi untuk melakukan serangkaian kegiatan dalam proses konseling, dengan demikian. interaksi selanjutnya diharapkan dapat, berjalan dengan baik.

2, Pembukaan

Selamat pagi semua! Hari ini kita akan mempelajari sesuatu yang sangat menarik, yaitu BeaInstorming. Mungkin sebagian dari kalian pernah mendengar istilah brainstorming, sebuah metode untuk mengumpulkan ide-ide secara cepat. Namun, dalam BeaInstorming, kita tidak hanya berfokus pada ide-ide, tapi juga pada cara kita melihat sesuatu dari berbagai sudut pandang atau perspektif baru.

Sebelum kegiatan ini kita mulai marilah kita membuka dengan bacaan doa

 Berdoa dimulai...

3. Ice Breaking

Dua Kebenaran dan Satu Kebohongan"

Instruksi:

  • Setiap peserta diminta menyebutkan tiga pernyataan tentang diri mereka, dua di antaranya benar dan satu pernyataan salah.
  • Peserta lain harus menebak mana pernyataan yang merupakan kebohongan.
  • Tujuan: Membangun keakraban dengan cara yang menyenangkan, sekaligus belajar tentang satu sama lain.

4.Mencari perspektif baru
Perspektif baru adalah cara melihat sesuatu dengan sudut pandang yang berbeda dari yang biasa kita gunakan. Ini dapat berupa pandangan yang berasal dari orang lain, pengalaman yang tidak biasa, atau mencoba melihat sesuatu dengan pendekatan yang belum pernah dicoba sebelumnya
 Pentingnya Mencari Perspektif Baru

  • Meningkatkan Kreativitas: Melihat sesuatu dengan cara yang berbeda mendorong otak kita untuk berpikir di luar batasan biasa. Kreativitas ini membantu dalam menciptakan ide-ide baru atau solusi inovatif.
  • Memecahkan Masalah Lebih Efektif: Ketika menghadapi masalah, perspektif yang baru dapat memberikan solusi alternatif yang mungkin tidak terlihat dari sudut pandang awal.
  • Memahami Orang Lain Lebih Baik: Perspektif baru juga berarti mencoba memahami bagaimana orang lain memandang suatu situasi. Ini dapat meningkatkan empati dan komunikasi antarindividu.
  • Mengatasi Bias atau Prasangka: Dengan membuka diri terhadap perspektif yang berbeda, kita bisa mengurangi kecenderungan untuk membuat asumsi yang salah atau berpikir secara sempit.
  • Contoh Menerapkan Perspektif Baru

    Dalam belajar, siswa sering kali diajari untuk memahami konsep melalui metode tertentu. Namun, dengan mencoba metode pengajaran yang berbeda, seperti menggunakan teknologi digital atau simulasi interaktif, siswa dapat memahami konsep dengan cara yang lebih efektif dan relevan dengan kehidupan nyata.

Penutup

''Demikianlah pembelajaran kita hari ini tentang brainstorming Perspektif Baru. Dari sesi ini, kita dapat memahami bahwa pendekatan ini membantu kita melihat suatu masalah atau tantangan dari berbagai sudut pandang, yang dapat membuka peluang untuk solusi-solusi inovatif. Melalui kolaborasi dan keterbukaan terhadap ide-ide yang berbeda, kita tidak hanya mengembangkan kreativitas, tetapi juga memperkaya kemampuan analisis. Mari kita terus terapkan teknik ini dalam kehidupan sehari-hari, agar mampu menghasilkan ide-ide yang lebih segar dan relevan di masa depan. Terima kasih atas partisipasi aktifnya, dan sampai bertemu di sesi berikutnya''

Prosedur perlakuan dan scenario pelaksanaan

Tahap: Implementasi reframing

Pertemuan: 5

Kegiatan: Belajar Menerapkan sudut pandang yang barudan bisa memahami masalah atau situasi

                                                                                                                                                                

 Tujuan

membantu siswa atau peserta didik untuk belajar berpikir secara fleksibel. Dengan reframing, mereka dapat melihat suatu situasi atau masalah dari sudut pandang yang berbeda, yang pada gilirannya membuka kemungkinan solusi baru

   

Alokasi waktu

Harian

                                            

Sarana Dan Prasarana                                                                           

  • Pulpen
  • Buku
  • Kursi

 

D.Kegiatan

Tahapan Kegiatan

Kegiatan

Alokasi Waktu

Pendahuluan

Ice breaking

5 Menit

Kegiatan Inti

Belajar Menerapkan sudut pandang yang baru dan bisa memahami masalah atau situasi

10 Menit

Penutupan

Menutup Pertemuan

5Menit

 

Pendahuluan

''Hari ini, kita akan mempelajari bagaimana menerapkan sudut pandang yang baru dalam memahami masalah atau situasi. Seringkali, kita terbiasa melihat sesuatu hanya dari satu sudut pandang, yang bisa membatasi cara kita menemukan solusi atau memahami suatu permasalahan secara lebih mendalam. Dengan membuka diri pada perspektif yang berbeda, kita dapat menemukan cara-cara baru yang lebih kreatif dan efektif untuk menyelesaikan masalah. Pembelajaran ini penting tidak hanya dalam konteks akademik, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari, di mana kemampuan melihat masalah dari sudut pandang lain akan membantu kita menjadi lebih bijaksana dan fleksibel dalam mengambil keputusan."

Pembukaan

Selamat pagi, semua.  Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas topik yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, yaitu menerapkan sudut pandang yang baru dalam memahami masalah atau situasi. Dalam banyak hal, cara kita melihat sebuah masalah atau situasi seringkali menentukan bagaimana kita meresponsnya. Jika kita hanya berpegang pada satu sudut pandang, kita mungkin akan terjebak dalam pola pikir yang terbatas. Namun, dengan mencoba melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda, kita bisa menemukan solusi yang lebih kreatif dan mendapatkan pemahaman yang lebih dalam. Melalui materi ini, kita akan belajar bagaimana memperluas pandangan kita dan menerapkan keterampilan ini untuk menyelesaikan berbagai tantangan dengan cara yang lebih efektif dan inovatif..

Sebelum kegiatan ini kita mulai marilah kita membuka dengan bacaan doa

 Berdoa dimulai...

  • Ice breaking
  • Permainan Nama dan Gerakan
  • Instruksi: Setiap peserta memperkenalkan diri dengan menyebutkan nama mereka dan menambahkan satu gerakan atau tindakan yang menggambarkan hobi atau minat mereka. Peserta berikutnya harus menyebutkan nama dan gerakan peserta sebelumnya sebelum menambahkan nama dan gerakannya sendiri.
  • Tujuan: Meningkatkan keterlibatan dan membantu peserta saling mengenal.

4. Implementasi refreaming

  • Reframing adalah suatu teknik dalam psikologi dan komunikasi yang digunakan untuk mengubah cara pandang seseorang terhadap situasi atau permasalahan tertentu. Dengan mengubah perspektif, seseorang dapat menemukan makna baru, mengurangi stres, dan menciptakan solusi yang lebih efektif. 2. Tujuan Reframing:
  • Mengurangi Ketegangan Emosional: Membantu individu untuk melihat situasi yang menekan dari sudut pandang yang lebih positif.
  • Meningkatkan Kreativitas: Dengan melihat masalah dari berbagai sudut pandang, individu dapat menemukan solusi yang lebih inovatif.
  • Membantu Pengambilan Keputusan: Reframing dapat membantu individu membuat keputusan yang lebih baik dengan mempertimbangkan lebih banyak opsi dan kemungkinan.
    Langkah-Langkah Implementasi Reframing:
    • Identifikasi Situasi atau Masalah: Tentukan masalah atau situasi yang ingin diubah pandangannya.
    • Tanyakan Pertanyaan Terbuka: Ajukan pertanyaan yang membantu menggali pandangan baru, seperti "Apa hal positif yang bisa saya ambil dari situasi ini?" atau "Bagaimana orang lain melihat situasi ini?"
    • Ubah Kerangka Pikir: Cobalah untuk melihat situasi dari sudut pandang yang berbeda. Misalnya, jika Anda merasa stres tentang pekerjaan, Anda bisa melihatnya sebagai peluang untuk belajar dan berkembang.
    • Gunakan Metafora: Menggunakan metafora untuk menjelaskan situasi dapat membantu mengubah cara pandang. Misalnya, menggambarkan tantangan sebagai "sebuah batu loncatan" daripada "halangan."
    • Buat Rencana Tindakan: Setelah mengubah perspektif, buatlah rencana tindakan yang mencerminkan pandangan baru tersebut. Ini bisa membantu Anda merasa lebih berdaya dalam menghadapi situasi.
  • Contoh Reframing

    Jika seseorang merasa gagal karena tidak mendapatkan pekerjaan yang diinginkan, reframing dapat membantu mereka melihat bahwa ini adalah kesempatan untuk meningkatkan keterampilan atau mencari peluang lain yang lebih cocok.

    implementasi reframing adalah alat yang sangat berguna dalam berbagai konteks, termasuk terapi, pendidikan, dan manajemen. Dengan mengubah cara pandang terhadap situasi atau masalah, individu dapat mencapai pemahaman yang lebih baik, meningkatkan kesejahteraan emosional, dan menemukan solusi yang lebih kreatif. Melalui latihan dan aplikasi yang konsisten, reframing dapat menjadi bagian penting dari pengembangan diri dan peningkatan keterampilan dalam beradaptasi dengan tantangan hidup.

    5.Penutup

    Saya berharap Anda semua dapat mengintegrasikan teknik ini dalam kehidupan sehari-hari dan melatih diri untuk lebih terbuka terhadap berbagai perspektif. Ingatlah bahwa setiap tantangan adalah peluang untuk tumbuh dan belajar. Terima kasih atas partisipasi aktif Anda dalam sesi ini, dan mari kita terus berlatih untuk melihat dunia dengan cara yang lebih positif dan konstruktif.

     

    Prosedur perlakuan dan scenario pelaksanaan 

    Tahap: Refleksi dan Evaluasi

    Pertemuan: 6

    Kegiatan: Refleksi pribadi atau diskusi sesi bimbingan dan konseling.

    TujuanMengevaluasi apakah reframing telah mengubah perasaan atau tindakan.
    Alokasi waktu
    Mingguan

Sarana prasarana

  • Pulpen
  • Buku
  • Kursi

D.Kegiatan

Tahapan Kegiatan

Kegiatan

Alokasi Waktu

Pendahuluan

Ice breaking

5 Menit

Kegiatan Inti

Refleksi pribadi atau diskusi sesi bimbingan konseling.

10 Menit

Penutupan

Menutup Pertemuan

5Menit

 

1. Pendahuluan

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali dihadapkan pada berbagai pengalaman dan peristiwa yang memberi pelajaran berharga. Refleksi merupakan proses untuk meninjau kembali pengalaman-pengalaman tersebut, mengidentifikasi hal-hal yang telah dipelajari, serta memahami bagaimana pengalaman tersebut mempengaruhi diri kita. Refleksi membantu kita mengembangkan pemahaman yang lebih dalam mengenai diri sendiri, perilaku, dan cara kita berinteraksi dengan lingkungan. Dalam refleksi ini, saya akan menganalisis pengalaman yang saya alami selama [periode/kegiatan] untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, dan peluang untuk berkembang di masa depan.

Evaluasi adalah proses sistematis untuk menilai efektivitas dan efisiensi dari suatu kegiatan, program, atau kinerja terhadap tujuan yang telah ditetapkan. Melalui evaluasi, kita dapat menilai apa yang telah berjalan dengan baik, apa yang perlu ditingkatkan, dan bagaimana strategi yang telah diterapkan dapat memengaruhi hasil yang diinginkan. Evaluasi ini bertujuan untuk meninjau [aspek/aktivitas yang dievaluasi], mengidentifikasi keberhasilan dan tantangan, serta memberikan rekomendasi untuk perbaikan di masa mendatang.

 2, Pembukaan

"Melalui perjalanan [kegiatan/periode], saya menyadari bahwa setiap keputusan dan tindakan yang saya ambil memberikan pelajaran yang berarti. Refleksi ini saya lakukan untuk meninjau kembali pengalaman tersebut, memahami dampaknya terhadap diri saya, dan menemukan pelajaran yang dapat memperbaiki langkah saya ke depan."

   Pembukaan Evaluasi

"Setelah menyelesaikan [kegiatan/program], saya merasa penting untuk mengevaluasi pencapaian yang telah diraih serta tantangan yang dihadapi. Evaluasi ini bertujuan untuk melihat sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan tercapai dan apa yang dapat diperbaiki untuk meningkatkan hasil di masa mendatang."

3. Ice Breaking

Refleksi:

"Ayo kita mulai dengan sedikit permainan sederhana! Pikirkan satu momen selama minggu ini yang membuat kalian tersenyum, entah itu besar atau kecil. Setelah itu, coba renungkan, apa yang membuat momen tersebut berkesan dan bagaimana perasaan kalian saat mengalaminya. Siapa yang ingin berbagi dulu?"

 Evaluasi:

"Sebelum kita memulai evaluasi, mari lakukan aktivitas singkat. Bayangkan bahwa kalian harus memberi nilai pada pengalaman ini dengan skala dari 1 sampai 10. Apa yang membuat kalian memberikan nilai tersebut? Sekarang, coba pikirkan satu hal yang bisa membuat nilai itu naik satu poin lebih tinggi. Yuk, kita diskusikan!"

4. Langkah -- Langkah Refleksi dan Evaluasi

1. Identifikasi Tujuan

Tentukan apa yang ingin dicapai dari proses refleksi atau evaluasi. Apakah untuk memahami diri sendiri, memperbaiki tindakan, atau menilai keberhasilan suatu proyek?

2. Pengumpulan Informasi

Kumpulkan data atau informasi yang relevan dari pengalaman atau situasi yang ingin dievaluasi. Informasi ini bisa berasal dari observasi, hasil kerja, atau umpan balik dari orang lain.

3. Analisis Pengalaman atau Hasil

Teliti dan analisis apa yang telah terjadi. Tanyakan pada diri sendiri:

Apa yang berhasil?

Apa yang tidak berjalan sesuai rencana?

Mengapa hal-hal tertentu terjadi seperti itu?

4. Identifikasi Pelajaran yang Diperoleh

Dari analisis yang dilakukan, apa saja pelajaran atau wawasan penting yang dapat diambil? Refleksi ini membantu memahami tindakan yang baik untuk diteruskan atau yang perlu diperbaiki.

5. Perumusan Rencana Perbaikan

Berdasarkan evaluasi, buatlah rencana untuk perbaikan atau pengembangan. Tentukan langkah-langkah konkret yang akan diambil untuk mencapai hasil yang lebih baik di masa depan.

6. Aksi dan Penerapan

Terapkan hasil refleksi dan evaluasi ke dalam tindakan nyata. Ini bisa berupa perubahan sikap, pendekatan baru, atau peningkatan keterampilan.

7. Umpan Balik dan Re-evaluasi

Setelah menerapkan perubahan, lakukan re-evaluasi untuk melihat apakah ada perbaikan atau perkembangan. Refleksi dan evaluasi adalah proses berulang, jadi penting untuk terus mengulang siklus ini.

5. Penutup

1. Kesimpulan Utama: Rangkuman dari hasil refleksi atau evaluasi yang telah dilakukan. Apa yang telah dipelajari atau disadari?

2. Poin Perbaikan: Hal-hal yang perlu diperbaiki atau ditingkatkan berdasarkan refleksi atau evaluasi tersebut.

3. Langkah Selanjutnya: Tindakan yang akan diambil setelah mengevaluasi diri atau situasi, yang mencerminkan keputusan atau komitmen yang diambil.

4. Penegasan Sikap Positif: Menutup dengan nada optimis, mengakui perkembangan yang dicapai dan niat untuk terus maju dengan sikap yang lebih baik atau pemahaman yang lebih mendalam.

 

Prosedur perlakuan dan scenario pelaksanaan 

Tahap: Penyesuaian dan Penguatan

Pertemuan: 7

Kegiatan: Belajar memperkuat perspektif baru dan belajar menyesuaikan.

Tujuan

Menyesuaikan cara pandang jika diperlukan dan memperkuat sudut pandang.

Alokasi waktu

30 menit

                               

Sarana prasarana

  • Pulpen
  • Buku
  • Kursi

 

D.Kegiatan

Tahapan Kegiatan

Kegiatan

Alokasi Waktu

Pendahuluan

Ice breaking

5 Menit

Kegiatan Inti

Belajar memperkuat perspektif baru dan belajar menyesuaikan.

10 Menit

Penutupan

Menutup Pertemuan

5Menit

 

1. Pendahuluan

Dalam upaya untuk mencapai hasil yang lebih baik dan meningkatkan efektivitas kinerja, diperlukan proses penyesuaian dan penguatan. Penyesuaian dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki aspek-aspek yang selama ini belum optimal, baik dari segi strategi maupun pelaksanaan. Sementara itu, penguatan bertujuan untuk mempertahankan dan mengembangkan potensi yang telah terbukti efektif dalam mendukung tercapainya tujuan. Dengan melakukan evaluasi secara berkala, kita dapat mengidentifikasi area mana yang perlu disesuaikan dan diperkuat, sehingga mampu menghasilkan perubahan positif secara berkelanjutan. Proses ini tidak hanya berfokus pada hasil akhir, tetapi juga pada peningkatan kemampuan dan daya adaptasi dalam menghadapi tantangan yang mungkin muncul di masa mendatang.

 2, Pembukaan

Dalam dinamika yang terus berkembang, proses penyesuaian dan penguatan menjadi kunci untuk menjaga stabilitas dan mencapai kesuksesan. Penyesuaian dilakukan untuk memastikan bahwa setiap langkah yang diambil sesuai dengan kebutuhan dan tantangan terkini, sementara penguatan bertujuan untuk memperdalam hal-hal positif yang telah berjalan dengan baik. Melalui penyesuaian dan penguatan ini, kita diharapkan mampu menghadapi perubahan secara lebih adaptif dan terus mengembangkan kualitas kerja serta pencapaian. Dengan pendekatan ini, kita tidak hanya berusaha untuk menyelesaikan masalah saat ini, tetapi juga membangun fondasi yang lebih kuat untuk masa depan.

3. Ice Breaking

1. "Perubahan Kecil, Dampak Besar"

Instruksi: Minta setiap peserta memikirkan satu kebiasaan kecil yang mereka ubah dalam hidup mereka (misalnya, bangun lebih awal, minum air lebih banyak, dll.), dan bagikan bagaimana perubahan kecil tersebut memberikan dampak besar dalam keseharian mereka.

Tujuan: Menghubungkan gagasan bahwa penyesuaian kecil dapat menghasilkan penguatan positif yang signifikan dalam kehidupan atau pekerjaan.

2. "Apa yang Akan Anda Ubah?"

Instruksi: Bagikan kartu atau potongan kertas dan minta setiap orang menuliskan satu aspek dari pekerjaan/tim/proyek yang mereka ingin ubah. Setelah itu, kumpulkan jawaban, bacakan, dan diskusikan bagaimana perubahan tersebut dapat diterapkan.

Tujuan: Mendorong partisipasi aktif tentang penyesuaian yang diperlukan, sekaligus membuka percakapan tentang area-area yang bisa diperkuat.

3. "Bangun Jembatan"

Instruksi: Bagi kelompok menjadi dua atau tiga tim kecil. Setiap tim diberi alat sederhana (misalnya, sedotan, kertas, selotip), dan diminta membangun jembatan yang kuat dalam waktu terbatas. Setelah selesai, jembatan diuji kekuatannya dengan menempatkan benda di atasnya.

Tujuan: Aktivitas ini menggambarkan pentingnya penyesuaian (misalnya, menyesuaikan desain saat membangun) dan penguatan (memperkuat jembatan agar lebih stabil), dan bagaimana kolaborasi serta kreativitas memainkan peran penting dalam proses tersebut.

4. "Kilas Balik dan Ke Depan"

Instruksi: Minta peserta membagi pengalaman mengenai satu penyesuaian yang pernah mereka buat di masa lalu dan bagaimana hal tersebut membantu mereka berkembang. Kemudian, mintalah mereka untuk memikirkan satu penguatan yang ingin mereka lakukan ke depannya.

Tujuan: Menghubungkan pengalaman masa lalu dengan tujuan untuk penguatan di masa depan, menciptakan suasana saling berbagi dan belajar dari satu sama lain.

5. "Kartu Kejutan"

Instruksi: Buat beberapa kartu dengan pertanyaan terkait penyesuaian dan penguatan, seperti:

"Hal apa yang bisa Anda lakukan dengan lebih baik?"

"Apa yang ingin Anda pertahankan dari cara kerja saat ini?"

"Apa satu hal yang Anda butuhkan untuk diperkuat dalam tim?"

Bagikan secara acak kepada peserta, lalu minta mereka menjawab secara bergiliran.

Tujuan: Mendorong diskusi terbuka dan refleksi tentang perbaikan diri atau tim.

4. Langkah-langkah Penyesuaian dan Penguatan

a. Identifikasi Kebutuhan Penyesuaian

Lakukan evaluasi untuk menentukan area mana yang memerlukan penyesuaian. Ini bisa dilakukan melalui survei, wawancara, atau analisis kinerja.

b. Tentukan Tujuan yang Jelas

Definisikan tujuan spesifik yang ingin dicapai melalui penyesuaian dan penguatan. Pastikan tujuan ini terukur dan realistis.

c. Rencanakan Tindakan

Buat rencana aksi yang mencakup langkah-langkah konkret untuk melakukan penyesuaian. Sertakan siapa yang bertanggung jawab, sumber daya yang diperlukan, dan batas waktu.

d. Implementasi

Laksanakan rencana yang telah dibuat. Pastikan bahwa semua anggota tim terlibat dan memahami peran mereka dalam proses ini.

e. Monitoring dan Evaluasi

Pantau kemajuan dari tindakan yang telah diambil. Evaluasi secara berkala untuk mengetahui apakah penyesuaian dan penguatan yang dilakukan efektif dan sesuai dengan tujuan.

f. Umpan Balik dan Revisi

Kumpulkan umpan balik dari semua pihak yang terlibat dan lakukan revisi jika diperlukan. Penyesuaian dapat menjadi proses berkelanjutan yang memerlukan adaptasi berdasarkan hasil yang diperoleh.

5. Contoh Penerapan

Dalam Lingkungan Kerja:

Sebuah tim proyek mungkin perlu menyesuaikan pendekatan mereka setelah menerima umpan balik dari klien. Penguatan bisa dilakukan dengan terus meningkatkan komunikasi dan kolaborasi dalam tim.

Dalam Pendidikan:

Seorang guru mungkin menyesuaikan metode pengajaran untuk memenuhi kebutuhan siswa yang beragam, sementara penguatan dapat dilakukan dengan mempertahankan teknik yang sudah terbukti efektif.

6. Penutup

Proses penyesuaian dan penguatan merupakan langkah krusial dalam menghadapi tantangan dan perubahan yang tidak terhindarkan dalam kehidupan, baik di lingkungan kerja, pendidikan, maupun dalam konteks sosial. Dengan melakukan penyesuaian yang tepat, kita dapat memastikan bahwa strategi dan tindakan yang diambil tetap relevan dan efektif. Sementara itu, penguatan terhadap hal-hal positif yang telah terbukti berhasil membantu menciptakan fondasi yang kuat untuk pertumbuhan dan perkembangan lebih lanjut. Melalui evaluasi yang berkelanjutan, umpan balik, dan kolaborasi, kita dapat menciptakan lingkungan yang mendukung inovasi dan perbaikan. Penting untuk diingat bahwa penyesuaian dan penguatan bukanlah satu kali proses, tetapi merupakan perjalanan yang berkelanjutan. Dengan mengadopsi sikap terbuka terhadap perubahan dan komitmen untuk memperbaiki diri, kita dapat mencapai tujuan bersama dan menciptakan dampak positif yang lebih besar dalam masyarakat. Mari kita terus beradaptasi, memperkuat yang baik, dan meraih kesuksesan bersama-sama.

LEMBAR EVALUASI

1. Apa saja yang sudah dicapai dari awal pertemuan hingga akhir pertemuan?

 

2. Hambatan apa saja yang dialami?

 

 

 

3. Bagaimana anda menghadapi hambatan tersebut ?

 

 

 

 

Daftar Pustaka

1. Bandler, R., & Grinder, J. (1979). Frogs into Princes: Neuro Linguistic Programming. Real People Press.

2. Beck, A. T. (1976). Cognitive Therapy and the Emotional Disorders. International Universities Press.

3. Cormier, S., & Cormier, B. (1998). Interviewing and Change Strategies for Helpers: Fundamental Skills and Cognitive Behavioral Interventions. Brooks/Cole Publishing.

4. Darminto. (2007). Teknik-teknik Konseling dalam Bimbingan dan Konseling: Pendekatan, Teori, dan Aplikasi. Pustaka Widya.

5. Ellis, A. (1962). Reason and Emotion in Psychotherapy. Lyle Stuart.

6. Suharli. (2009). Pengantar Reframing dan Teknik-teknik Pendukung dalam Konseling. Laksana Pustaka.

7. Abdul Aziz. (2010). Cara Mudah Berpikir Positif. Jakarta: Penerbit Alfabeta.

8. Abraham, D. (2004). The Power of Positive Thinking. New York: Simon & Schuster.

9. Albrecht, K. (1994). The Power of Your Subconscious Mind. San Francisco: Jossey-Bass.

10. Andrea, T. (2011). Positive Thinking for Success. Bandung: Penerbit Bumi Aksara.

11. Arifin, Z. (2010). Berpikir Positif: Kunci Menuju Sukses. Jakarta: Penerbit Kencana.

12. Arifin, Z. (2011). Psikologi Berpikir Positif: Pendekatan Terhadap Diri dan Lingkungan. Yogyakarta: Andi Offset.

13. Elfiky, I. (2012). Power of Positive Thinking: Mengoptimalkan Potensi Diri. Cairo: Dar Al-Tiba'a.

14. El-Bahdal, M. (2010). Menumbuhkan Pikiran Positif dalam Kehidupan Sehari-hari. Riyadh: Penerbit Al-Nur.

15. Wira Arjuna. (2020). DOREMI: Do Reframing Your Life. Gramedia Pustaka Utama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun