Mohon tunggu...
Aksal
Aksal Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Siswa

Siswa Menulis.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dilarang Duduk di Tepi Sungai Itu

24 November 2024   20:15 Diperbarui: 24 November 2024   20:17 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

   Apakah pertemuan selalu menjadi awal dari perpisahan.

Udara di luar dingin menurut berita dari ponsel. Aku setuju, saat aku membuka gorden terlihat embun dan sedikit terasa dingin dari gorden yang aku buka.

   Jam sebentar lagi menunjuk makan siang, hari ini aku di apartemen. Belum ada jadwal yang harus aku kerjakan. Jadi, sedari tadi aku hanya duduk-duduk di sofa apartemen mendengarkan lagu-lagu dari penyanyi Amerika. "I think of you every morning." Liriknya Masih samar-samar teringat olehku. 

    Aku turun dengan lift dari lantai 5 apartment menuju kafe Albartos untuk membeli kopi hangat dan beberapa iris kue untuk menemani dingin hari ini. Cukup sulit memberhentikan taksi di sekitar apartemen ini. Jadi aku meminta sedikit bantuan pihak apartemen untuk memberhentikan taksi agar saya dapat cepat-cepat pergi ke kafe Albartos saat ini.

    Taksi saya menyusuri jalan ke arah taman, melewati Bar City yang terlihat masih tutup, karena cuaca dingin pagi ini. Taksi akhirnya berhenti di halaman kafe Albartos, terlihat dari luar hanya ada satu pasangan yang tengah berpegangan tangan di kafe itu. Mereka sepertinya memesan dua teh hangat dan seiris kue dengan balutan keju di bagian atasnya.

    Aku memesan dua kopi latte, jujur, aku tak pernah meminum langsung kopi yang aku pesan. Aku biasanya membawa ke apartemen atau meminumnya di tempat lain. Tempat yang menurutku cocok untuk aku jadikan tempat meminum kopi bersama denganku.

    Aku menyusuri jalan taman, menyebrang ke arah taman yang memang selalu ramai setiap harinya. Aku kurang mengerti perihal nama-nama bunga di taman ini. Tapi jujur saja aku sangat senang dengan warna-warnanya. Beberapa dari bunga itu tersusun pada tempatnya. "Jangan di cabut tanpa izin." Sebuah larangan terpasang di dekat bunga-bunga itu. Beberapa meter dari tempat ini terdapat sebuah bangku panjang yang mengarah ke arah jalan kecil, jalan kecil ini jika di telusuri akan menuju ke sebuah sungai kecil terawat dengan air yang terlihat begitu jernih dengan hiasan rumput-rumput kecil yang sepertinya sengaja di tanami untuk menghias sungai kecil ini.

    Memang tidak ada larangan untuk sungai kecil ini. Tapi, ini kali pertama saya melihat orang memancing di sungai terawat seperti sungai ini. Dan saya pikir tidak ada sesuatu apapun di sungai kecil ini. 

    Orang itu mengenakan jaket dari bulu halus berwarna krem dan duduk di pinggir sungai menghisap sigaret nya perlahan dan menghembuskan asapnya ke arah langit di iringi hisapan berikutnya. Lalu kail pancingnya dia letakan tepat di bawahnya.

    Aku menghampirinya dan mengeur dengan baik padanya. Dia berbalik dan melirik pada saya dengan air muka bertanya-tanya begitu terlihat jelas olehku.

   "Apa kau dapat sesuatu?," tanya aku. Dia tersenyum tampak jelas di bibirnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun