Mohon tunggu...
Samuel Edward
Samuel Edward Mohon Tunggu... Seniman - Pecinta dunia literatur, pecinta kopi, pecinta satwa khususnya anjing, pecinta alam. Dan semua itu dalam stadium 4 dan grade 4!

Tugas yang kuemban adalah membawa dan membuat mulia nama Bos-ku di mana pun aku hidup, apa pun yang aku lakukan, kepada siapa pun yang aku temui, kapan pun waktu dan kesempatannya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Ujung Bayonet dan Merah Putih

18 Agustus 2018   18:12 Diperbarui: 18 Agustus 2018   19:07 1311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: emangmantep.com

Kedua, dia mengatakan padaku bahwa dia akan pulang ke Jepang besok paginya. Dia berkata, aku tidak usah kuatir. Dalam beberapa hari, Papa, Mama, dan Koko-koko sudah bisa dibawa keluar dari persembunyian, sebab seluruh Kempei Tai akan ditarik pulang ke Jepang, yang akhirnya berakibat harus pulangnya juga Matsuda-san. Sedangkan aku bebas memilih, mau tetap tinggal di rumah yang sekarang, atau mau ikut pulang ke rumah keluargaku.

Air mataku spontan memecah!... Aku bagai ayam kehilangan induk.... Sekian lama bersama, kemudian dipisahkan, benar-benar menyakitkan...!

Ia terdiam. Tak ada tawa....

Siangnya, aku langsung pergi menuju misi terakhirku. Misi yang diminta Matsuda-san secara pribadi. Aku baru kembali ke rumah jam setengah sepuluh malam. Langsung melaporkan hasil misiku kepada Matsuda-san. Dia tampak puas.

Pagi esoknya, pagi yang tak diharap olehku maupun Matsuda-san, aku mengantarnya ke Tanjung Priok.

Perpisahan tersebut sungguh berat...! Aku tidak menangis. Sudah tidak mampu aku menangis. Tapi aku terkoyak di dalam...!!

Lambaianku terasa pahit tatkala mengantar kapal Matsuda-san berangkat....

Malam ini, 16 Agustus 1945, untuk pertama kalinya sejak 2 Januari 1943 aku tinggal di rumah sendiri.... Tanpa Matsuda-san.... Matsuda-san-ku....

Malam ini, gamang pertemuan pertamaku dengan Matsuda-san kembali menguasai. Aku merasa terancam, entah oleh apa.

Aku hanya terbaring di sini, membayangkan kembali saat-saat terakhir di dermaga, menunggu kapal Matsuda-san siap.

Kali itu, barulah dia menjawab semua tanyaku dulu....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun