Tapi Mama...??! Tak pernah satu kali pun!!
Namun, justru aku makin giat dan gencar lagi memperhatikannya dan ingin memenuhi segala kebutuhannya dengan yang baik...!!
Maka, tak heran, kini pun, aku jadi makin hebat memperjuangkan kebaikan para pribumi Indonesia, dan juga orang-orang Tionghoa yang membenciku. Dan yang kubenci juga...!
Belum juga lima hari, baru 4 hari, Matsuda-san sudah bersikeras hendak berdinas juga. Aku menahannya dengan sia-sia. Semakin kutahan, malah semakin kuat tekadnya!
Tapi tiba-tiba jam 3 siang dia pulang...!
Kukira, ada yang tertinggal. Karena itu, alangkah kagetnya aku waktu dia turun dari mobil. Wajahnya makin pucat, dari yang tadinya memang masih pucat karena belum pulih benar dari flunya. Namun, yang membuat miris itu gaya jalannya. Bukan saja tidak tegap, tapi jadi bungkuk, seperti orang sakit paru-paru!
Aku bisa membaca satu berita duka lagi di wajahnya. Benar saja. Kali ini, dia langsung bercerita.
Kaisar Hirohito menyatakan menyerah tanpa syarat kepada Sekutu...!!!
Bisa kupahami, betapa dahsyatnya itu memukul harga diri bangsa Jepang! Sang kaisar, sang putera Amaterasu, menyatakan menyerah??!! Benar-benar tidak terbayangkan oleh mereka!
Besoknya, pagi-pagi benar, Matsuda-san memanggilku. Ada 2 hal yang ingin diutarakannya, katanya.
Pertama, dia memintaku melakukan satu misi lagi. Misi terakhir. Benar-benar terakhir, katanya. Tapi ini permintaan, bukan kewajiban seperti misi-misiku sebelumnya. Tugasku kali ini adalah mencegah kabar penyerahan Jepang itu terdengar rakyat Indonesia. Jepang takut, kalau orang Indonesia tahu Jepang sudah kalah perang, keberanian mereka akan beratus kali lipat besarnya. Sebelum Sekutu datang untuk melucuti, mereka dulu yang akan memaksa melucuti persenjataan Jepang dan memakainya untuk membalas dendam pada penjajah mereka itu. Selain itu, aku juga ia minta untuk mencari tahu apakah desas-desus akan diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia oleh para pemukanya itu benar atau tidak. Kalau benar, di mana dan kapan rencananya.