Sikap antijabatan juga menurun ke Mas Karwo. Anak tunggal keluarga Pak Tejo ini juga paling alergi bila diminta menjadi ketua organisasi. Bahkan, untuk menjadi pengurus setingkat seksi pun, dia tidak bersedia. Dia pasti menolak tawaran itu dengan senyum penuh canda, "Kamu semua itu kok menunjuk saya sebagai pengurus. Mana ada potonganku jadi pemimpin, apalagi jahitannya. Blas tidak ada sama sekali! Tapi, tak usah khawatir, aku mau membantu kegiatan organisasi demi kemajuan kita bersama."
Kalau Mas Karwo sudah berkata seperti itu, panitia penjaringan pengurus pun hanya bisa tertunduk lesu karena jagoannya tak mau dijagokan. Namun, mereka tetap bangga karena jagonya tetap mau berkokok dalam membantu jalannya roda organisasi, khususnya masalah dana.
***
Apapun pendapat warga desa terhadap keluarga Pak Tejo, khususnya terhadap Pak Tejo sendiri, tetap tidak dapat mengubah fakta yang terjadi saat ini. Pak Tejo yang mereka sungkani itu kini harus berada di tahanan Polresta Kediri. Sudah sehari semalam tokoh berkumis putih kelimis itu mendekam di balik terali besi. Selama itu pula, tidak ada penyesalan apapun yang terpancar di wajahnya. Bahkan, dia amat geram dengan Surat Keterangan Dokter Ahli Jiwa itu. Dia juga sangat puas setelah menghabisi nyawa penanda tangannya. Bukan itu saja, dia malah sangat optimis dan berkata dalam hati, "Diriku pasti akan bebas dari tuntutan hukuman di pengadilan nanti berkat Surat Keterangan Dokter Jiwa yang keblinger itu."
Bila membayangkan kemenangannya secara yuridis tersebut, dia senyum sendiri berkali-kali. Lalu, mulutnya tertawa-tawa kecil. Akhirnya, terbahak-bahak bagai si pungguk yang berhasil menggapai rembulan. Lima penghuni satu sel tahanan dengannya merasa terganggu dengan tingkah lakunya yang aneh seperti itu. Kelimanya akhirnya yakin terhadap isu gilanya Pak Tejo seperti mereka dengar dan dirilis oleh media massa. Mereka berlima lebih yakin lagi setelah mendengar kabar angin kalau tersangka Pak Tejo itu nggak nyambung ketika diwawancarai reporter televisi swasta tadi siang.
***
Hampir semua stasiun televisi meliput pembunuhan dokter ahli jiwa oleh caleg. Sebab, ini baru pertama kalinya terjadi di alam demokrasi dan politik Indonesia. Bahkan, tercatat tiga media massa dari luar negeri, yaitu ABC dari Australia, CNN dari Amerika Serikat, dan BBC dari London, Inggris. Mereka rela bersusah payah datang ke Kota Tahu Kuning demi liputan kasus pembunuhan bermotif politik yang amat istimewa itu.
"Selamat siang, Pak Tejo," sapa salah satu reporter televisi didampingi teman-teman seprofesinya di ruang pemeriksaan.
"Selamat siang juga. Wah, terima kasih kalian semua telah bersusah payah menyebarluaskan kegilaan saya," jawab Pak Tejo tersenyum bangga di bawah hujan kilatan cahaya lampu blitz kamerakamera digital serta sorot lampu kamera televisi.
"Anda punya masalah apa sebelumnya dengan korban?"
"Ndak ada masalah apa-apa antara saya dengan dokter itu. Ketemu pun baru dua kali."